LAPORAN
PRAKTIKUM PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI
ACARA
IV
PEMELIHARAAN
KAKAO
Disusun
oleh :
Nama : Nico
Dwi Ardiyansah
NPM : E1J013079
Shift : A1 . Senin (08:00-10:00)
Dosen :
Dr.Ir. M.Taufik, MS
Coass : Iche Puspitasari
LABORATORIUM
AGRONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2015
LEMBAR PEMGESAHAN
Disusun
sebagai laporan akhir semua kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan
PRODUKSI
TANAMAN INDUSTRI
Oleh
Nama : Nico Dwi Ardiansyah
NPM
: E1J013079
Laporan
ini telah diperiksa dan disetujui
Oleh
dosen / Co-ass pada
Tanggal
28 Mei 2015
Bengkulu, 28 Mei 2015
Mengetahui Mengesahkan Praktikan
Dosen, Co-Ass
Dr. Ir.
M.Taufik,M.S. Iche Puspitasari Nico
Dwi Ardiyansah
Daftar Isi
COVER................................................................................................................................................. i
LEMBAR
PENGESAHAN................................................................................................................ ii
DAFTAR
ISI........................................................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN....................................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................
1
1.2 Tujuan...............................................................................................................................................
1
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................
2
BAB
III PELAKSANAAN PRAKTIKUM......................................................................................
3
3.1 Waktu Dan Tempat..........................................................................................................................
3
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................................................................
3
3.3 Cara Kerja.........................................................................................................................................
3-4
3.4 Sifat-sifat Yang
Diamati..................................................................................................................
4
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................
5-6
4.1 Hasil..................................................................................................................................................
5-6
4.2 Pembahasan......................................................................................................................................
6-7
BAB
V PENUTUP...............................................................................................................................
8
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................................................
8
JAWABAN
PERTANYAAN.............................................................................................................
iv
LAMPIRAN.........................................................................................................................................
v
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................................... vi
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penanaman
tanaman kakao di jawa baru dimulai sekitar tahun 1880. Beberapa perkebunan kopi
di jawa tengah milik orang-orang belanda dan disusul oleh perkebunan di jawa
timur mulai melakukan percobaan tanaman kakao. Hal ini disebabkan pada saat itu
Tanaman kopi arabika mengalami kerusakan akibat terserang penyakit karat daun.
Pada tahun 1888, Henry D. Macgilavry yakni orang yang mengenal sifat-sifatbaik
kakao dari venezuela, terutama mengenai mutunya mendatangkan puluhan semaian
kakao jenis baru dari Venezuela, tetapi sangat disayangkan karena yang bertahan
hidup hanya 1 pohon. Pada saat penanaman kakao tersebut mulai menghasilkan,
ternyata hasil buahnya kecil, berbiji gepeng, dan warna kotiledonnya ungu.
Saat ini, perluasan areal perkebunan
tanaman kakao terus berlanjut. Walaupun tidak sebesar kurun waktu 1985-1995.
Laju perluasan rata-ratadi atas 20% per tahun. Pada periode 1995-2002,
rata-rata pertumbuhan perluasan perkebunan kakao hanya 7,5% per tahun. Pada
periode 2002-2010, areal perkebunan kakao diperkirakan tumbuh dengan laju 2,5 %
per tahun. Dengan demikian, total areal perkebunan kakao diharapkan mencapai
1.105.430 ha dengan total produksi 730.000 ton. Pada periode 2010-2025,
diproyeksikan pertumbuhan areal perkebunan kakao indonesia berlanjut dengan
laju 1,5% per tahun sehingga total arealnya mencapai 1.354.152 ha pada tahun
2005 dengan produksi 1,3 juta ton.
Berdasarkan pada kondisi lahan
tanaman kakao (umur 3 tahun), tingkat kemiringan lahan >30% dan curah hujan
>2.000 mm/th, maka pemanfaatan lahan menjadi lebih besar atau dengan luasan
±70%, dan tanaman tegakan rendah/semusim ±30% (Yustika et al. 1996). Saat ini
sudah banyak lahanlahan kosong sudah yang dibuka oleh petani, diantaranya untuk
perkebunan kakao berada pada lahan kritis dengan tingkat kemiringan di atas
25%, tanpa mengindahkan kaidah konservasi tanah dan air sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan lahan. Salah satu upaya untuk mengurangi kerusakan
lahan tersebut adalah dengan menerapkan sistem usahatani konservasi.
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk memelihara tanaman kakao yang masih tergolong dalam tanaman
belum menghasilkan (TBM).
1.3 Manfaat Yang Diharapkan
Dengan
adanya praktikum pemeliharaan tanaman kakao, diharapkan kami nantinya dapat mengetahui
dan mempraktekan cara pemeliharaan tanaman kakao hingga mengendalikan penyakit
pada tanaman kakao.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Kakao merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya
sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, dan devisa negara. Di
samping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan
pengembangan agroindustri. Menurut Balai Penelitian dan Pengembanga
ertanian (2006) pada tahun 2002 perkebunan kakao telah menyediakan lapangan
kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang
sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan
sumbangan devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa
sawit. Biji kakao yang telah difermentasi dijadikan serbuk yang disebut cokelat
bubuk. Cokelat dalam bentuk bubuk ini banyak dipakai sebagai bahan untuk
membuat berbagai macam produk makanan dan minuman, seperti susu, selai, roti,
dan lain–lain. Kulit buah dapat difermentasi untuk dijadikan pakan ternak
(Balai Pertanian dan Pengembangan Pertanian, 2006) dalam jurnal (Ika W, dkk.,
2009).
Indonesia merupakan produsen kakao
terbesar ketiga setelah Pantai gading dan Ghana (ICCO, 2008) dengan produksi mencapai
779 ribu ton dan luas areal mencapai 1.44 juta hektar yang tersebar di seluruh
propinsi, kecuali DKI Jakarta (Dirjen Perkebunan, 2007). Petani kakao di
Indonesia sekarang diperkirakan berjumlah 1.4 juta rumah tangga, dan umumnya
berskala kecil dengan areal berkisar 2 hektar atau kurang, sekalipun di luar
Jawa (Anonim, 2008). Kenaikan harga kakao yang sangat tinggi pada saat
terjadinya krisis ekonomi pada akhir 1990an benar-benar telah membawa berkah
tersendiri bagi petani kakao, terutama kawasani Indonesia bagian Timur. Hal ini
membuktikan bahwa kakao di Indonesia telah berkontribusi signifikan pada
pengentasan kemiskinan, terutama di kawasan pedesaan (Amran, 2009).
Pada tahun 1984 harga kakao
mengalami lonjakan cukup tinggi sehingga mampu mendorong negara0negara produsen
untuk memperluas areal perkebunan kakao. Negara-negara produsen utama kakao
adalah pantai gading, Ghana, Malaysia, dan Indonesia. Dalam kurum waktu 7 tahun
ini, laju peningkatan produksi terbesar datang dari indonesia sekitar 33 %, malaysia
sekitas 18,9%, Ghana sekitar 8,16%, dan pantai gading sekitar 4,72%. Dengan
demikian, situasi perKakaoan dunia selalu ditandai dengan kelebihan produksi
(Susanto, 1994).
Dengan kondisi harga kakao dunia
yang relatif stabil dan cukup tinggi maka perluasan areal perkebunan kakao
Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dan hal ini perlu mendapat dukungan
agar kebun yang berhasil dibangun dapat memberikan produktivitas yang tinggi.
Pada tahun 2025, sasaran untuk menjadi produsen utama kakao dunia dapat menjadi
kenyataan karena pada tahun tersebut total areal perkebunan kakao Indonesia
diperkirakan mencapai 1,35 juta ha dan mampu menghasilkan 1,3 juta ton/tahun
biji kakao (Goenadi, 2005).
BAB
III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari
selasa pukul 12:00 WIB. Di lahan
percobaan belakang fakultas pertanian Universitas Bengkulu.
3.2 Bahan Dan Alat
Bahan dan alat yang
digunakan meliputi : tanaman kakao (sudah diitanam) ,pupuk urea,TSP,KCL, handsprayer,ember,
tali rafia, herbisida (round upm,sun up), jangka sorong, timbangan digital,
cangkul, dan sabit.
3.3 Cara
Kerja
1.
Dibuat piringan
dengan ukuran dimeter atau lingkaran 1 m dari tanaman. Pembuatan piringan
meliputi : pembersihan rumput, penyiangan dan pendangiran/penggemburan (lakukan
dengan hati-hati, jangan sampai merusak tanaman dan perkaranya.
2.
Diberi pupuk
kandang pada tanaman yang menjadi tanggung jawab sebanyak 2 kg pupuk setiap
tanaman (pupuk dicampurkan bersamaan dengan penggemburan /pendangiran)tanaman.
3.
Diberi pupuk
urea :SP-36 dan KCL = 30 g : 15 g :15 g, campurkan pupuk tersebut dan
disebarkan merata pada alur lingkar tanaman berjarak 20 cm ( dalam alur
secukupnya).
4.
Dibuat label
dengan menggunakan plastik bekas MAP pada tanaman yang menjadi tanggung jawab
praktikan meliputi : nama,NPM, tanggal mulai dilakukan pemeliharaan.
5.
Diukur pada
tanaman kakao yang menjadi tanggung jawab praktikan terhadap peubah /parameter
sebagai berikut :
a.
Tinggi tanaman
(cm)
Tinggi tanaman diukur dengan
menggunakan meteran dengan cara mengukur tinggi dari permukaan tanah sampai
bagian tunas paling ujung. Pengamatan dimulai sejak pengamatan dann diulang
setiap dua minggi sekali sampai selesai praktikum.
b.
Diameter batang
(cm)
Diameter lubang diukur
menggunakan jangka sorong, pada ketinggian kurang lebih 3 cm dari permukaan
tanah (diberi tanda dengan spidol). Pengamatan dimulai sejak penanaman dan
diulang setiap dua minggu sekali sampai selesai praktikum (akan diberitahu pada
waktu praktikum)
c.
Luas sepasang
daun (cm2)
Luas daun diukur terhadap
sepasang daun ke 3 dari ujung, dengan cara mengukur bagian terpanjang dan
terlebar dari daun tersebut. Kemudian data yang diperoleh digunakan untuk
mencari luas daun dengan cara mengalihkan panjang (cm) kali lebar (cm) dan
angka tersebut dikalikan faktor koreksi 85%. Pengamatan dimulai sejak penanaman
dan diulang setiap dua minggu sekali sampai selesai praktikum
Contoh : panjang daun = 15
cm : lebar daun = 10 cm
Luas daun = 15 cm x 10 cm x
0,85 cm = 127,5 cm2
d. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung
terhadap daun yang telah membuka sempurna terhadap seluruh daun. Pengamatan
dimulai sejak penanaman dan diulang setiap dua minggu sekali sampai selesai
praktikum.
6.
Dilakukan penggemburan dan penyiangan selanjutnya
dengan menggunakan sabit/cangkul terhadap tanaman yang ditanam bersamaan pada
waktu pengamatan (2 minggu sekali)
7.
Diamati terhadap segala serangan yang terjadi pada
tanaman saudara dan segera dilakukan
pengendalian sesuai dengan
serangan yang terjadi.
8.
Dilakukan pengendalian gulma dengan menyemprotkan
herbisida jika diperlukan.
3.4 Sifat –
Sifat Yang Diamati
Pada praktikum pemeliharaan kakao,
adapun variabel yang diamati antara lain tinggi tanaman,lebar daun dan panjang
daun yang akan menentukan luas daun, kemudian jumlah daun dan diameter batang.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Pengamatan
pada tanggal 17 maret 2015
Tanaman
|
Tinggi tanaman (Cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
Diameter batang (cm)
|
Luas
Daun (Cm2)
|
Tanaman
1
|
58
cm
|
15
helai
|
0,5
cm
|
76,5
cm2
|
Tanaman
2
|
81
cm
|
60
helai
|
1,5
cm
|
193,8
cm2
|
Tanaman
3
|
45
cm
|
8
helai
|
0,5
cm
|
120,2
cm2
|
Pengamatan pada tanggal 31 Maret 2015
Tanaman
|
Tinggi tanaman (Cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
Diameter batang (cm)
|
Luas Daun
(Cm2)
|
Tanaman
1
|
59
cm
|
15
helai
|
0,5
cm
|
113,5
cm2
|
Tanaman
2
|
Mati
|
Mati
|
Mati
|
Mati
|
Tanaman
3
|
60
cm
|
10
helai
|
0,5
cm
|
124
cm2
|
Pengamatan
pada tanggal 14 April 2015
Tanaman
|
Tinggi tanaman (Cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
Diameter batang (cm)
|
Luas
Daun (Cm2)
|
Tanaman
1
|
59
cm
|
15
helai
|
0,7
cm
|
114,7
cm2
|
Tanaman
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tanaman
3
|
64
cm
|
15
helai
|
0,6
cm
|
79,4
cm2
|
Pengamatan
pada tanggal 28 April
Tanaman
|
Tinggi tanaman (Cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
Diameter batang (cm)
|
Luas
Daun (Cm2)
|
Tanaman
1
|
60
cm
|
12
helai
|
0,8
cm
|
116,2
cm2
|
Tanaman
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tanaman
3
|
65
cm
|
13
helai
|
0,7
cm
|
84,15
cm2
|
Pengamatan
pada tanggal 12 Mei 2015
Tanaman
|
Tinggi tanaman (Cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
Diameter batang (cm)
|
Luas
Daun (Cm2)
|
Tanaman
1
|
62
cm
|
11
helai
|
1
cm
|
76,5
cm2
|
Tanaman
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tanaman
3
|
67
cm
|
13
helai
|
0,8
cm
|
120,2
cm2
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan,variabel
tanaman yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan
luas daun. Untuk luas daun didapatkan dari pengamatan panjang daun dikalikan
lebar daun kemudian dikalikan faktor koreksi (0,85). Pengamata dilakukan 2
minggu sekali hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman perkebunan yang cukup
lama. Tanaman yang diamati awalnya berjumlah 3 tanaman, namun setelah 7 hari
kemudian tanaman yang kedua mati. Hal ini dikarenakan akar tanaman putus pada
saat pemindahan bibit dari persemaian ke lahan sehingga tidak mampu menyerap
air dan unsur hara lagi dilahan yang baru.
Pada pengamatan pertama (minggu
pertama), tanaman 1 memiliki tinggi
sebesar 58 cm dengan jumlah daun 15 helai, diameter batang 0,5 cm dan
luas daun 76,5 cm2. Tanaman 2 memiliki tinggi sebesar 81 cm dengan jumlah daun 60 helai,
diameter batang 1,5 cm dan luas daun 193,8 cm2. Tanaman 3 memiliki
tinggi sebesar 45 cm dengan jumlah daun
8 helai, diameter batang 0,5 cm dan luas daun 120,2 cm2.
Pada pengamatan kedua, tanaman 1
memiliki tinggi sebesar 59 cm dengan
jumlah daun 15 helai, diameter batang 0,5 cm dan luas daun 113,5 cm2.
Tanaman 2 mati sehingga tidak dapat dilakukan pengamatan lagi. Tanaman 3
memiliki tinggi sebesar 60 cm dengan jumlah daun 10 helai, diameter batang 0,5
cm dan luas daun 124 cm2.
Pada pengamatan ketiga, tanaman 1
memiliki tinggi sebesar 59 cm dengan jumlah
daun 15 helai, diameter batang 0,7 cm dan luas daun 114,7 cm2. Tanaman
3 memiliki tinggi sebesar 64 cm dengan jumlah daun 15 helai, diameter batang
0,6 cm dan luas daun 79,4 cm2.
Pada pengamatan keempat, tanaman 1
memiliki tinggi sebesar 60 cm dengan
jumlah daun 12 helai karena beberapa daun terserang hama belalang sehingga
perlu dilakukan pengendalian hama. Diameter batang 0,8 cm dan luas daun 116,2 cm2. Tanaman
3 memiliki tinggi sebesar 65 cm dengan jumlah daun 13 helai, diameter batang
0,7 cm dan luas daun 84,1 cm2.
Pada pengamatan kelima, tanaman 1
memiliki tinggi sebesar 62 cm dengan
jumlah daun 11 helai karena beberapa daun terserang hama belalang sehingga
perlu dilakukan pengendalian hama. Diameter batang 1 cm dan luas daun 115,2 cm2.
Tanaman 3 memiliki tinggi sebesar 67 cm dengan jumlah daun 13 helai, diameter batang
0,8 cm dan luas daun 113,1 cm2.
Pemberian pupuk perlu dipertimbangkan dan disesuaikan dengan
kondisi. Pupuk urea memungkinkan perkembangan akar dan ketahanan, serta memacu
pertumbuhan vegetatif baru dan produksi bunga. Sedangkan pupuk kimia dan pupuk
kandang menyediakan unsur hara ekstra untuk membentuk ketahanan dan memperbaiki
kesehatan tanaman, sehingga mampu meningkatkan produksi. Pemakaian pupuk kimia
sebaiknya pada akhir periode panen untuk memacu pembungaan. Saat ini pupuk
kimia yang sering digunakan adalah urea dan NPK (nitrogen, fosfor, kalium). NPK
membantu tanaman dewasa untuk memasok nutrisi pada buah muda dan menunjang
perkembangan buah sampai masak. Disamping pupuk kimia, bisa digunakan pupuk
kandang yang dikomposkan selama 3 bulan agar bisa memperbaiki tanah dan
bermanfaat dalam produksi tanaman kakao.
Salah satu tahap pemeliharaan
tanaman kakao yaitu dengan pemupukan. Metode pemupukan tanaman kakao dilakukan
dengan membuat alur sedalam kurang lebih 10 cm di sekeliling batang kakao. Alur
tersebut memiliki diameter sekitar setengah tajuk tanaman kakao. Waktu
pemupukan tanaman kakao lebih baik dilakukan pada awal musim hujan dan akhir
musim hujan. Pada praktikum yang telah dilaksanakan , pemupukan tanaman kakao
dilakukan pada siang hari, sebenarnya cara ini kurang tepat karena pada siang
hari matahari sedang terik dan dapat menguapkan urea namun untuk lahan yang
kami berikan pupuk ternaungi oleh pohon-pohon sekitar sehingga tidak terlalu
berpengaruh terhadap penguapan urea.
Untuk pengendalian gulma , Untuk
jenis gulma yang tumbuh seperti rumput teki
kami hanya menggunakan cara mekanik dengan menggunakan tangan serta alat
seadanya untuk membersihkan rumput-rumput yang tumbuh disekitar piringan. Namun
untuk gulma yang tumbuh diluar piringan maka kami menggunakan herbisida sebagai
obat pengendalianya.
BAB
V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa :
1.
Pemeliharaan tanaman kakao sangat penting dilakukan
mengingat tanaman kakao merupakan tanaman perkebunan. Sehingga hasilnya baru
dapat dirasakan beberapa tahun kemudian setelah masa tanam. Apabila
pemeliharaan dilakukan secara rutin dan benar, maka hasil yang didapatkan akan
lebih besar dengan kualitas yang baik. Begitu pula sebaliknya apabila
pemeliharaan tidak dilakukan secara rutin dan tepat maka hasil yang didapatkan
akan rendah dengan kualitas yang buruk.
2.
Pemeliharaan tanaman kakao meliputi pemupukan, dan pengendalian
hama/gulma dan penyakit. Untuk
pemupukan, digunakan pupuk NPK dengan perbandingan 30 g : 15 g : 15 g. Dengan cara pemberian disekitar tanaman dalam
alur lingkaran kemudian ditutup dengan tanah.
Diusahakan agar penimbunan pupuk lebih dalam supaya tidak terjadi
penguapan urea dan ketika hujan , pupuk tidak terbawa aliran permukaan (run
off). Untuk pengendalian gulma digunakan 2 cara , pertama secara mekanis yaitu
dengan tangan/alat dan yang kedua dengan herbisida. Pada gulma yang tumbuh
dipiringan tanaman maka dikendalikan dengan mencabut atau memotong dengan alat.
Tetapi untuk gulma yang tumbuh didalam areal maka digunakan herbisida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar