Laporan
Praktikum Genetika
ACARA 3
Hukum Mendel II
DISUSUN
OLEH :
NAMA :
NICO DWI ARDIYANSAH
NPM : E1J013079
Dosen : Ir.Dotti Suryati.M.Sc
Co-ass : Chrisman
Shift 1. Senin (10.00-12.00)
Kelompok 3
Kelompok 3
Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Bila semua gamet individu
diketahui, maka genotipe individu itu juga akan diketahui. Suatu uji silang
monohibrida menghasilkan ratio fenotipe 1:1, menunjukkan bahwa ada satu pasang
faktor yang memisah. Suatu uji silang dihibrida menghasilkan ratio 1:1:1:1,
menunjukkan bahwa ada dua pasang faktor yang berpisah dan berpilih secara bebas
(johnson ,
1983: 98).
Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi
ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal akan dimengerti
mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu sifat tetap ada dalam
populasi. Demikian juga akan dimengerti bagaimana pewarisan dua sifat atau
lebih Banyak sifat pada tanaman, binatang dan mikrobia yang diatur oleh satu
gen. Gen-sgen. Gen-gen dalam individu diploid berupa pasangan-pasangan alel dan
masing-masing orang tua mewariskan satu alel dari satu pasangan gen tadi kepada
keturunannya. Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua kepada
keturunannya secara genetik disebut hereditas (Crowder, 1990).
Dua sifat beda yang dipelajari Mendel yaitu bentuk dan
warna kapri. Pada penelitian terdahulu diketahui bahwa biji bulat (W) dominan
terhadap biji berkerut (w), dan menghasilkan nisbah 3:1. Pada keturunan F2,
Mendel juga mendapatkan bahwa warna biji kuning (G) dominan terhadap biji hijau
(g), dan segregasi dengan nisbah 3:1. Persilangan kapri dihibrida berbiji
kuning bulat dan berbiji hijau berkerut menghasilkan nisbah fenotipe 9:3:3:1.
Nisbah genotipenya dapat diperoleh dengan menjumlahkan genotipe-genotipe yang
sama di antara 16 genotipe yang terlihat dalam segitiga Punnett (Crowder,
1999).
Prinsip segregasi berlaku untuk kromosom homolog. Pasangan-pasangan
kromosom homolog yang berbeda mengatur sendiri pada khatulistiwa metafase I
dengan cara bebas dan tetap bebas selama meiosis. Sebagai akibatnya, gen-gen
yang terletak pada kromosom nonhomolog, dengan kata lain, gen-gen yang tidak
terpaut mengalami pemilihan bebas secara meiosis Pengamatan ini menghasilkan
formulasi hukum genetika Mendel kedua, yaitu hukum pilihan acak, yang
menyatakan bahwa gen-gen yang menentukan sifat-sifat yang berbeda dipindahkan
secara bebas satu dengan yang lain, dan sebab itu akan timbul lagi secara
pilihan acak pada keturunannya. Individu-individu demikian disebut dihibrida
atau hibrida dengan 2 sifat beda .
Tujuan
Praktikum:
- Menentukan dan membuktikan perbandingan fenotipe menurut hukum mendel pada persilangan dengan dua sifat berbeda (dihibrid)
- Menentukan dan membuktikan perbandingan fenotipe menurut hukum mendel pada persilangan dengan dua sifat berbeda (dihibrid)
BAB II
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM
Bahan:
-
Model Gen (
kancing Genetik) 4 warna.
-
2 buah stoples.
Prosedur Kerja :
1. diambil sepasang model gen merah,putih,kuning, dan hijau. dalam hal ini warna gen merah (B) pembawa sifat untuk bentuk biji bulat dan dominan terhadap putih(b) pembawa sifat untuk bentuk biji keriput. sedangkan warna gen kuning(K) adalah pembawa sifat untuk warna biji kuning dan dominan terhadap warna hijau(k) pembawa sifat untuk warna biji hijau.
2. dibukalah pasangan gen tersebut di atas. hal ini diumpamakan sebagai pemisah gen pada saat pembentukan gamet dari kedua induk. pada proses ini diasumsikan bahwa fertilisasi terjadi secara acak.
3.ditentukan kombinasi genotipe yang terbentuk pada F1.
4. di buatlah pasangan model gen untuk meneruskan macam gen yang terbentuk pada F1. harus ingat bahwa 1 pasang gen dianggap satu macam gamet.
5. dibuatlah model gamet yang sama seperti diatas (langkah 4). masing-masing 16.
6. delapan pasang dari masing-masing pasangan model gen(gamet) masukan ke dalam stoples 1 dan
8 pasangan lagi ke toples II. kocok atau aduk sehingga bercampur dengan baik.
7. secara serentak dan acak, ambil model gamet dari masing-masing stoples tersebut, lalu pasangkan guna menentukan kombinasi genotipenya.
8. dicatat hasil kombinasi yang didapatkan. bila stoples 1 terambil model gen(gamet) pasangan putih-kuning (bK) dari stoples II terambil merah-hijau (Bk), maka kombinasi genotipenya adalah BbKk. demikian seterusnya.
9. pasangan yang terambil kembalikan ke stoples masing-masing dan lakukan pengambilan sebanyak 32 kali dan 64 kali.
1. diambil sepasang model gen merah,putih,kuning, dan hijau. dalam hal ini warna gen merah (B) pembawa sifat untuk bentuk biji bulat dan dominan terhadap putih(b) pembawa sifat untuk bentuk biji keriput. sedangkan warna gen kuning(K) adalah pembawa sifat untuk warna biji kuning dan dominan terhadap warna hijau(k) pembawa sifat untuk warna biji hijau.
2. dibukalah pasangan gen tersebut di atas. hal ini diumpamakan sebagai pemisah gen pada saat pembentukan gamet dari kedua induk. pada proses ini diasumsikan bahwa fertilisasi terjadi secara acak.
3.ditentukan kombinasi genotipe yang terbentuk pada F1.
4. di buatlah pasangan model gen untuk meneruskan macam gen yang terbentuk pada F1. harus ingat bahwa 1 pasang gen dianggap satu macam gamet.
5. dibuatlah model gamet yang sama seperti diatas (langkah 4). masing-masing 16.
6. delapan pasang dari masing-masing pasangan model gen(gamet) masukan ke dalam stoples 1 dan
8 pasangan lagi ke toples II. kocok atau aduk sehingga bercampur dengan baik.
7. secara serentak dan acak, ambil model gamet dari masing-masing stoples tersebut, lalu pasangkan guna menentukan kombinasi genotipenya.
8. dicatat hasil kombinasi yang didapatkan. bila stoples 1 terambil model gen(gamet) pasangan putih-kuning (bK) dari stoples II terambil merah-hijau (Bk), maka kombinasi genotipenya adalah BbKk. demikian seterusnya.
9. pasangan yang terambil kembalikan ke stoples masing-masing dan lakukan pengambilan sebanyak 32 kali dan 64 kali.
BAB III
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
Tabel 1: Nisbah Pengamatan Fenotipe
FENOTIPE
|
GENOTIPE
|
Frekuensi Genotipe
|
Rasio Fenotipe
|
||
32 x
|
64 x
|
32 x
|
64 x
|
||
Bulat-Kuning
|
BBKK
BBKk BbKK
BbKk
|
1
3
5
9
|
3
5
10
20
|
18
|
38
|
Bulat-hijau
|
BBkk
Bbkk
|
1
2
|
3
7
|
3
|
10
|
keriput -
Kuning
|
bbKK
bbKk
|
1
8
|
2
10
|
9
|
12
|
Keriput-hijau
|
bbkk
|
2
|
4
|
2
|
4
|
Total
|
9
|
32
|
64
|
32
|
64
|
Tabel 2. Perbandingan/nisbah fenotipe
Pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E)
Fenotipe
|
Pengamatan
|
Harapan
|
Deviasi
|
|||
32 x
|
64 x
|
32 x
|
64 x
|
32 x
|
64 x
|
|
Bulat-Kuning
|
18
|
38
|
18
|
36
|
0
|
2
|
Bulat-hijau
|
3
|
10
|
6
|
12
|
-3
|
-2
|
Keriput-Kuning
|
9
|
12
|
6
|
12
|
3
|
0
|
Keriput-hijau
|
2
|
4
|
2
|
4
|
0
|
0
|
Total
|
32
|
64
|
32
|
64
|
0
|
0
|
Fenotipe
|
Genotipe
|
Tab ijiran
|
Jumlah
|
Bulat-Kuning
Toples
I Toples II
Merah-kuning Merah-kuning
Merah-kuning Merah-hijau
Merah-Kuning
putih-Kuning
Merah-Kuning putih-hijau
|
32 x
|
64 x
|
9
|
BBKK |
BBKk | | |
BbKK | | | |
BbKk | | | | | | | | |
| | |
| | | |
| | | |
| | | |
| | | | | | | | | | | |
| | | | |
||
Bulat-hijau
Toples I Toples II
Merah-hijau Merah-hijau
Merah-hijau putih-hijau
|
BBkk |
Bbkk | | |
| | |
| | | | | | |
3
|
Keriput-Kuning
Toples I Toples II
putih-Kuning putih-Kuning
putih-Kuning putih-hijau
|
bbKK |
bbKk | | | | | | |
|
| |
| | | | | | | |
|
3
|
Keriput-hijau
Toples I Toples II
putih-hijau putih-hijau |
Bbkk | |
|
| | | |
|
1
|
BAB IV
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Dari hasil yang
didapatkan pada persilangan dihibrid, yaitu persilangan dengan dua sifat
berbeda yang menggunakan 4 macam kancing genetik yaitu warna,
merah,putih,kuning dan hijau . warna merah sebagai pembawa sifat untuk biji
bulat (B) dan dominan penuh terhadap putih yang dianggap sebagai pembawa sifat
untuk biji keriput (b) sedangkan kancing kuning sebagai pembawa sifat
untuk warna biji kuning (K) dan dominan
penuh terhadap hijau sebagai pembawa sifat untuk warna biji hijau (k).
-
setelah diambil secara acak sebanyak 32x
didapatkan hasil berupa jumlah fenotip:
a) Bulat-Kuning
dengan Genotipe (BBKK) :
(BBKK):1
(BbKK):3
(BBKk):5
(BbKk):9
(BbKK):3
(BBKk):5
(BbKk):9
b) Bulat-hijau
dengan genotipe (BBkk) :
(BBkk) : 1
(Bbkk) : 2
(BBkk) : 1
(Bbkk) : 2
c) keriput-Kuning
dengan genotipe (bbKK) :
(bbKK) : 1
(bbKk) : 8
(bbKK) : 1
(bbKk) : 8
d) keriput-hijau
dengan genotipe (bbkk):
(bbkk) : 2
(bbkk) : 2
maka didapatkan rasio fenotipe nya yaitu
18:3:9:2 dengan total 32.
e) Untuk pengambilan sebanyak 64 x didapatkan
hasil berupa jumlah fenotipe:
Bulat-Kuning dengan Genotipe (BBKK) :
(BBKK):3
(BbKK):5
(BBKk):10
(BbKk):20
Bulat-Kuning dengan Genotipe (BBKK) :
(BBKK):3
(BbKK):5
(BBKk):10
(BbKk):20
e) Bulat-hijau
dengan genotipe (BBkk) :
(BBkk) : 3
(Bbkk) : 7
(BBkk) : 3
(Bbkk) : 7
f) keriput-Kuning
dengan genotipe (bbKK) :
(bbKK) : 2
(bbKk) : 10
(bbKK) : 2
(bbKk) : 10
g) keriput-hijau
dengan genotipe (bbkk):
(bbkk) : 4
(bbkk) : 4
maka didapatkan rasio fenotipe nya yaitu
38:10:12:4 dengan total 64.
setelah
semua hasil pengamatan telah didapatkan, sekarang saatnya melakukan pengujian
terhadap hasil pengamatan tersebut, apakah percobaan baik atau buruk dengan
berpatok pada materi dimana pada percobaan persilangan dua sifat beda, rasio
fenotip nya adalah 9:3:3:1. Angka-angka hasil pengamatan yang telah lakukan
diselisihkan dengan angka harapan(yaitu angka yang ada pada teori) pada
tiap-tiap percobaan, yaitu masing-masing sebanyak 32 kali dan 64 kali, maka
didapatlah hasil deviasi, yaitu nilai yang tidak sesuai dengan harapan, lalu
ditotalkan.
Hasil rasio fenotipe/pengamatan yang telah didapatkan tadi secara berurutan, maka :
Hasil rasio fenotipe/pengamatan yang telah didapatkan tadi secara berurutan, maka :
·
Untuk 32 kali pengambilan :
Fenotipe : Pengamatan – Harapan = Deviasi
Bulat-Kuning : 18-18 = 0
Bulat-hijau : 3-6 = -3
keriput-Kuning : 9-6 = 3
keriput- hijau : 2-2 = 0
Totalnya didapatkan dengan cara menjumlahkan setiap hasil deviasi, dan total deviasi yang didapat pada percobaan ini yaitu 0+(-3)+3+0 = 0
· Untuk 64 kali pengambilan
Fenotipe : Pengamatan – Harapan = Deviasi
Bulat-Kuning : 38-36 = 2
Bulat-hijau : 10 – 12 = -2
keriput-Kuning : 12 – 12 = 0
keriput- hijau : 2 – 4 = 4
Totalnya didapatkan dengan cara menjumlahkan setiap hasil deviasi, yaitu 2+(-2)+0+4 = 0
Dari hasil percobaan tersebut di dapat bahwa rasio Fenotipe untuk percobaan dengan 32 kali pengambilan =18:3:9:2, dan untuk percobaan dengan 64 kali pengambilan = 38:10:12:4 mendekati angka rasio fenotipe hukum mandel 2 yaitu 9:3:3:1, dan masing-masing nilai deviasi tidak melebihi 3, maka dapat dianggap percobaan ini berhasil sesuai dengan ketentuan pada Hukum Mendel II.
Fenotipe : Pengamatan – Harapan = Deviasi
Bulat-Kuning : 18-18 = 0
Bulat-hijau : 3-6 = -3
keriput-Kuning : 9-6 = 3
keriput- hijau : 2-2 = 0
Totalnya didapatkan dengan cara menjumlahkan setiap hasil deviasi, dan total deviasi yang didapat pada percobaan ini yaitu 0+(-3)+3+0 = 0
· Untuk 64 kali pengambilan
Fenotipe : Pengamatan – Harapan = Deviasi
Bulat-Kuning : 38-36 = 2
Bulat-hijau : 10 – 12 = -2
keriput-Kuning : 12 – 12 = 0
keriput- hijau : 2 – 4 = 4
Totalnya didapatkan dengan cara menjumlahkan setiap hasil deviasi, yaitu 2+(-2)+0+4 = 0
Dari hasil percobaan tersebut di dapat bahwa rasio Fenotipe untuk percobaan dengan 32 kali pengambilan =18:3:9:2, dan untuk percobaan dengan 64 kali pengambilan = 38:10:12:4 mendekati angka rasio fenotipe hukum mandel 2 yaitu 9:3:3:1, dan masing-masing nilai deviasi tidak melebihi 3, maka dapat dianggap percobaan ini berhasil sesuai dengan ketentuan pada Hukum Mendel II.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Dari praktikum mengenai persilangan dihibrid diperoleh kesimpulan seperti Persilangan dihibrid atau dihibridisasi adalah suatu persilangan (pembastaran) dengan dua sifat beda.Percobaan yang telah dilakukan adalah merpakan Hukum Pemilihan Bebas : Dimana segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas serta Persilangan dihibrid, selalu menghasilkan fenotip normal 9: 3: 3: 1.
Dari praktikum mengenai persilangan dihibrid diperoleh kesimpulan seperti Persilangan dihibrid atau dihibridisasi adalah suatu persilangan (pembastaran) dengan dua sifat beda.Percobaan yang telah dilakukan adalah merpakan Hukum Pemilihan Bebas : Dimana segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas serta Persilangan dihibrid, selalu menghasilkan fenotip normal 9: 3: 3: 1.
Pertanyaan :
1. ada berapa kombinasi genotipe yang muncul dari persilangan tersebut.?
2. tulis perbandingan fenotipe yang diperoleh !
3. jelaskan prinsip persilangan yang dilakukan di atas dengan kejadian di alam nyata !
1. ada berapa kombinasi genotipe yang muncul dari persilangan tersebut.?
2. tulis perbandingan fenotipe yang diperoleh !
3. jelaskan prinsip persilangan yang dilakukan di atas dengan kejadian di alam nyata !
Jawab :
1) Jumlah kombinasi genotip yang muncul dalam percobaan ini adalah 9 macam, yaitu :
⦁ BBKK
⦁ BBKk
⦁ BbKK
⦁ BbKk
⦁ BBkk
⦁ Bbkk
⦁ bbKK
⦁ bbKk
⦁ bbkk
2) Perbandingan fenotip yang diperoleh :
⦁ fenotip yang diperoleh :
⦁ Pada 32 kali pengambilan :
Bulat-Kuning =18 Bulat-Hijau = 3
Keriput-Kuning = 9 Keriput-Hijau =2
⦁ Pada 64 kali pengambilan :
Bulat-Kuning = 38
Bulat-Hijau =10
Keriput-Kuning =12
Keriput-Hijau = 4
⦁ Perbandingan :
⦁ Pada 32 kali pengambilan :
18 : 3 : 9 : 2
⦁ Pada 64 kali pengambilan :
38 : 10 : 12 : 4
3) Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan dua sifat beda. Tujuan dari persilangan ini adalah mempelajari dan memahami hubungan antara pasangan-pasangan alela dari karakter gen tersebut kemudian diterapkan dalam kehidupan. Dalam kehidupan, prinsip persilangan ini sangat berperan penting dalam kehidupan bahwa setiap individu yang memiliki dua pasang atau dua sifat, maka sifat tersebut dapat diturunkan secara bebas dan tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain dan ini membuktikan bahwa di dalam kehidupan, sifat-sifat pada satu makhluk hidup tak akan mempengaruhi sifat lainnya. Misalnya untuk memperoleh tanaman apel yang rasanya manis dan berbuah banyak, maka disilangkanlah tanaman yang rasanya asam dan berbuah lebat dengan tanaman yang rasanya manis dan berbuah sedikit. Sehingga F2 yang terbentuk diharapkan tanaman apel yang rasanya manis dan berbuah lebat. Ini membuktikan bahwa dua macam sifat itu tidak mengikat sifat yang lain, sehingga sifat lain bebas untuk berkombinasi dengan sifat dari pohon lain.
1) Jumlah kombinasi genotip yang muncul dalam percobaan ini adalah 9 macam, yaitu :
⦁ BBKK
⦁ BBKk
⦁ BbKK
⦁ BbKk
⦁ BBkk
⦁ Bbkk
⦁ bbKK
⦁ bbKk
⦁ bbkk
2) Perbandingan fenotip yang diperoleh :
⦁ fenotip yang diperoleh :
⦁ Pada 32 kali pengambilan :
Bulat-Kuning =18 Bulat-Hijau = 3
Keriput-Kuning = 9 Keriput-Hijau =2
⦁ Pada 64 kali pengambilan :
Bulat-Kuning = 38
Bulat-Hijau =10
Keriput-Kuning =12
Keriput-Hijau = 4
⦁ Perbandingan :
⦁ Pada 32 kali pengambilan :
18 : 3 : 9 : 2
⦁ Pada 64 kali pengambilan :
38 : 10 : 12 : 4
3) Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan dua sifat beda. Tujuan dari persilangan ini adalah mempelajari dan memahami hubungan antara pasangan-pasangan alela dari karakter gen tersebut kemudian diterapkan dalam kehidupan. Dalam kehidupan, prinsip persilangan ini sangat berperan penting dalam kehidupan bahwa setiap individu yang memiliki dua pasang atau dua sifat, maka sifat tersebut dapat diturunkan secara bebas dan tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain dan ini membuktikan bahwa di dalam kehidupan, sifat-sifat pada satu makhluk hidup tak akan mempengaruhi sifat lainnya. Misalnya untuk memperoleh tanaman apel yang rasanya manis dan berbuah banyak, maka disilangkanlah tanaman yang rasanya asam dan berbuah lebat dengan tanaman yang rasanya manis dan berbuah sedikit. Sehingga F2 yang terbentuk diharapkan tanaman apel yang rasanya manis dan berbuah lebat. Ini membuktikan bahwa dua macam sifat itu tidak mengikat sifat yang lain, sehingga sifat lain bebas untuk berkombinasi dengan sifat dari pohon lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.2013. http://kacangbuntung.blogspot.com/2013/08/laporan-praktikum-genetika-hukum-mendel_23.html. (diakses pada tanggal 26 Maret 2014)
Crowder, L.V., 1999. Genetika Tumbuhan.
Diterjemahkan oleh L. Kusdiarti. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Johnson, L.G., 1983. Biology. Wm. C.
Brown Company Publishers, Iowa
Kimball, J.W., 1983. Biologi. Jilid I
Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh S.S. Tjitrosomo dan N. Sugiri. Erlangga,
Jakarta
Sumartono Adisoemarto. Erlangga, Jakarta
Suryati, Dotti. 2013. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas
Bengkulu. (dikutip pada 17 maret 2014)
Suryo. 1990. Genetika. Yogyakarta: UGM
Press
Assalamualaikum mas, izin copas bagian daftar pustaka sama tinjauan pustaka ya mas 🙏🙏
BalasHapusYa ngpp
BalasHapus