Blogger Widgets
Powered By Blogger

Minggu, 16 April 2017

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK VEGETATIF DAN MANAGEMENT NURSERI


LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK VEGETATIF DAN MANAGEMENT NURSERI

Oleh :
                          NAMA :  Nico Dwi Ardiyansah        
     NPM      :  E1J013079
     Shift   :  Kamis Pukul 14:00-16.00 WIB
     DOSEN :  Ir. Hermansyah, M.P
     Coas   :  Hendry Susilo Wibowo

            LABORATORIUM AGRONOMI
        JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
                  FAKULTAS PERTANIAN
                        UNIVERSITAS BENGKULU
                                    2016



LEMBAR PENGESAHAN

           Disusun sebagai laporan akhir semua kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan
                      Mata kuliah teknik Pembiakan Vegetatif dan Management Nurseri

Oleh :
Nico Dwi Ardiyansah
NPM. E1J013079
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui
Oleh dosen/co assisten pada tanggal 23 Desember 2016




                                                                  
                                                          Bengkulu, 23 Desember 2016

          Menyetujui,                                            
   Dosen Pembimbing




   (Ir. Hermansyah, M.P)
NIP.19571207 198603 1 001

                                 Praktikan,





             (Nico Dwi Ardiyansah)
               (NPM. E1J013079)




ACARA I
“BANGUNAN PERSEMAIAN KOLEKTIF”

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan.
Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct planting) dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu.
           Perencanaan merupakan taraf permulaan dari setiap proses penyelenggaraan kegiatan. dimanai kita menggambarkan di muka hal-hal yang harus dikerjakan dan cara mengerjakannya dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam pekerjaan persemaian, perencanaan dasar meliputi unsur-unsur kegiatan yang mencakup pemilihan jenis persemaian, lokasi persemaian, kebutuhan bahan, kebutuhan peralatan dan tenaga kerja yang diperlukan, serta tata waktu penyelenggaraan persemaian. Umumnya penyediaan semai/tahun sebanyak 20.000 batang merupakan kebutuhan minimum untuk memulai persemaian berukuran kecil.
1.2 Tujuan Praktikum          
1. Merencanakan kebutuhan bahan pembuatan bangunan persemaian kolektif
2. Menyebutkan dengan dua persyaratan lahan yang dapat dimanfaatkan (diperlukan) sebagai tempat persemaian.
3. Menyebutkan pengaturan cahaya yang diperlukan dalam persemaian sampai bibit berumur enam bulan
4. mendirikan bangunan persemaian dengan benar (memenuhi persyaratan teknis dan persyaratan agronomis)
1.3 Manfaat yang Diharapkan
Mahasiswa diharapkan mampu mempraktekan cara membuat bangunan persemaian kolektif sendiri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
            Bibit merupakan bahan tanaman yang siap untuk ditanam di lapangan. Bibit bisa berasal dari organ reproduktif (benih) atau hasil perbanyakan vegetatif (ramet) (PPKS, 2003). Pembibitan merupakan cara atau usaha yang dilakukan untuk menumbuhkan bahan tanaman agar menjadi bibit yang bermutu dan berkualitas serta siap untuk ditanam. Pembibitan merupakan awal kegiatan lapang yang harus dimulai setahun sebelum penanaman dimulai. Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi yang harus tersedia pada saat penyiapan lahan tanam telah selesai (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Sedangkan menurut PPKS (2003) sasaran akhir dari kegiatan pembibitan adalah menyediakan bibit yang asli dan jagur. Bibit kelapa sawit yang asli dan jagur merupakan jaminan untuk memperoleh kebun dengan produktivitas tinggi.
Persiapan pembibitan akan menentukan sistem pembibitan yang akan dipakai meliputi keuntungan dan kerugian secara komprehensif. Keputusan untuk menggunakan sistem pembibitan akan membawa dampak pada vigor bibit yang akan dihasilkan dan biaya yang harus dikeluarkan. Kegiatan pembibitan memerlukan suatu persiapan atau perencanaan agar proses pembibitan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien sehingga hasil yang didapatkan lebih optimal. Beberapa perencanaan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan pembibitan seperti menurut Pahan (2010) :
1. Pemilihan lokasi
2. Penentuan jumlah bibit yang dibutuhkan dan luas areal pembibitan
3. Penyediaan bahan tanaman
4. Sistem pembibitan yang digunakan (pre nursery dan main nursery)
5. Penyediaan media dan wadah tanam (polibag)
6. Penentuan teknik budidaya dan manajemen pembibitan
Menurut Pahan (2010), lokasi pembibitan kelapa sawit harus memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Areal diusahakan memiliki topografi yang rata dan berada di tengah kebun
2. Dekat dengan sumber air
3. Drainase harus baik sehingga air hujan tidak akan tergenang
4. Memiliki akses jalan yang baik sehingga memudahkan dalam pengawasan
5. Terhindar dari gangguan hama, penyakit, ternak dan manusia
6. Dekat dengan emplasemen sehingga pengawasan dapat dilakukan lebih intensif.



III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
      Praktikum dilaksanakan hari Kamis Pukul 14.00 – 16.00 WIB di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
3.2    Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu kayu pancang, bambu, atap rumbiah, paranet kerapatan 50-60%, paku, tali rapiah, plastik bening (transparan). Alat-alat yang digunakan yaitu cangkul, sekop, parang, palu, gergaji, meteran, garpu.
3.3    Metode Pelaksanaan
1.      Persiapan bedengan persemaian.
a.       Meratakan tanah dan membersihkan dari gulma yang tumbuh diatas bedengan.
b.      Mengukur bedengan dengan  panjang 350 cm dan lebar 150 cm, membuat pembatas bedengan dengan papan serta disekelilingan bedengan dibuat parit sedalam 10 cm.
c.       Jika menggunakan sungkup, maka dibagian tengah sepanjang bedengan dibuat parit sedalam 20 cm, dan dilapisi dengan plastik bening serta diisi dengan air.
2.      Pembuatan naungan dan sungkup semaian.
a.    Pada masing-masing ujung bedengan ditancapkan bambu dengan ketinggian sebelah timur 1,50 meter dan sebelah barat 1,25 meter, di atasnya dibentangkan pilahan-pilahan  bambu dengan jarak 30-40 cm dan diikat dengan kuat.
b.    Memasang atap rumbiah dan tata secara teratur, sehingga pencahayaan  dibawah naungan  25-30 %.
c.       Membuat kerangka sungkup dari bambu dengan ukuran panjang 3 meter dan lebar 1,2 meter serta tinggi bagian tengah 90 cm.
d.      Kerangka bambu ditutupi dengan lembaran plastik, pada sekeliling bagian bawah kerangka lembaran plastik dilebihkan kurang lebih 15 cm.
3.      Pembuatan naungan pemeliharaan
a.    Permukaan tanah dibersihkan dari tunggul –tunggul lalu diratakan.
b.      Ukuran naungan : lebar 3 meter x panjang 15 meter x 2 tinggi.
c.       Diatasnya diberi kerangka bambu dan ditutup dengan paranet 70 %
4.      Penanaman dan penyungkupan.
a.    Membuat lubang tanam sedikit lebih besar dari diameter setek dengan kedalaman 3-5 cm ditengah polibag.
b.      Menanam setek dalam polibag dengan menggunakan tangan kanan, ambil dipadatkan dengan ibu jari dan telunjuk ke arah batang setek agar setek dapat berdiri tegak dan kokoh.
c.       Polibag  diletakan di  bawah naungan dan autau di dalam sungkup.
d.      Melakukan penyiraman dengan menggnakan botol semprot (hand sprayer) pada setek yang telah ditanam untuk menghilangkan tanah atau kotoran lain yang melekat pada daun.
e.       Meletakan alat termo-higrometer di dalam sungkup selama percoabaan.
f.       Menutup sungkup dengan plastik bening dengan rapat agar tidak terkena pengaruh suhu kelembaban diluar sungkup.
Jawablah Pertanyaan berikut :
1.      Jelaskan mengapa lebar bedengan dibuat maksimal 1 meter.
2.      Mengapa pencahayaan perlu ditata dan berangsur-angsur diperbesar pencahayaanya.
3.      Apa fungsi sungkup pada sistem pembibitan ini.


















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil Pengamatan
Pembuatan bangunan persemaian kolektif dilakukan di kebun percobaan Jurusan Budidaya Pertanian. Alat dan bahan yang diperlukan meliputi bambu, kayu, plastik sungkup, palu, paku, gergaji, meteran, dan cangkul. Pembuatan  bangunan persemaian kolektif dimaksudkan untuk melindungi bibit pada fase nursery dari lingkungan yang ekstrim sehingga bibit mampu beradaptasi. Suhu dan kelembaban pada sungkup diukur setiap minggu untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bibit. Pembuatan sungkup dapat dilihat pada Gambar 1.
(a)
(b)

(c)
(d)
 Keterangan: (a) Pemasangan kerangka sungkup. (b) Pemasangan plastik penampung air. (c) kerangka sungkup dan penampung air yang selesai dipasang. (d) Pemasangan plastik sungkup.
4.2 Pembahasan
Sebelum memulai pembuatan bangunan persemaian kolektif perlu ditentukan dulu bangunan apa yang akan dibuat apakah bangunan sementara atau permanen. Bangunan sementara dibuat apabila kegiatan pembibitan dilakukan paling lama 5 tahun sedangkan bangunan permanen untuk memproduksi bibit dalam jangka waktu yang lama dan biasanya melayani areal penanaman yang luas.(Rusmana, 2012).
Persiapan pembibitan akan menentukan sistem pembibitan yang akan dipakai meliputi keuntungan dan kerugian secara komprehensif. Keputusan untuk menggunakan sistem pembibitan akan membawa dampak pada vigor bibit yang akan dihasilkan dan biaya yang harus dikeluarkan. Kegiatan pembibitan memerlukan suatu persiapan atau perencanaan agar proses pembibitan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien sehingga hasil yang didapatkan lebih optimal.
Pembuatan bangunan persemaian kolektif penting dilakukan pada nursery sebagai pelingung bibit dari lingkungan ekstrim. Syarat-syarat lokasi persemaian atau pembibitan diharapkan terhindar dari tiupan angin kencang dan diupayakan dekat dengan areal penananaman sehingga transfortasi ke lokasi penanaman dapat dilakukan secara singkat dan murah. Dibagian tengah bangunan dibuat lubang sepanjang sekitar 1 meter dengan kedalaman 10 cm yang berfungsi sebagai tempat penampung air sehingga kelembaban didalam sungkup tetap terjaga.













V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.      Bangunan persemaian diperlukan sebagai tempat nursery tanaman. Bibit perlu beradaptasi pada lingkungan yang tercontrol baik agar bibit tidak mengalami stress sehingga diperlukan bangunan yang biasa disebut sungkup.
2.      Bangunan yang dibuat harus memenuhi persyaratan teknis dan agronomis seperti lokasi yang dekat dengan sumber air, mendapat cahaya yang cukup, jauh dari tiupan angin kencang, dekat dengan areal penanaman dan faktor lain yang menunjang pertumbuhan bibit yang cepat.

5.2 Saran
Diharapkan pada praktikan vegetatif dan management nursery yang akan datang praktikan diberikan pengarahan yang mumpuni di kelas sebelum melakukan praktikum dilapangan.




















PERTANYAAN DAN JAWABAN
1.      Jelaskan mengapa lebar bedengan dibuat maksimal 1 meter ?
Jawab : sebab apabila lebar bedengan melebihi 1 meter maka suhu dan kelembaban dalam sungkup akan sulit terkontrol.
2.      Mengapa pencahayaan perlu ditata dan berangsur-angsur diperbesar pencahayaanya?
Jawab : tanaman semakin lama membutuhkan intensitas cahaya yang semakin tinggi untuk keperluan fotosintesism sehingga cahaya yang diperlukan berangsur-angsur harus diperbesar sehingga tanaman mampu beradaptasi dilahan terbuka nantinya.
3.      Apa fungsi sungkup pada sistem pembibitan ini :
Jawab : fungsi sungkup sebagai pelindung tanaman dari faktor lingkungan yang ekstrim seperti suhu, angin, kelembaban, patogen dan pengaruh luar.
























DAFTAR PUSTAKA
Mangoensoekerjo, S. Dan H. Semangun. 2008. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Universitas Gajah Mada press. Yogyakarta. 605 hal.

Pahan, I. 2010. Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal.

PPKS. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Dalam L. Buana, D. Siahaan, dan S. Adiputra (Eds.). Kultur Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Rusmana dan Danu, 2012. Teknik Produksi Bibit Tanaman Kehutanan. Materi Pelatihan
Persemaian. Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru.






















ACARA II
PENGISIAN POLYBAG DAN PEMBUATAN MEDIA
I.         PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Media tanam merupakan salah satu faktor penting didalam budidaya tanaman, sebab kecocokan antara media tanam dengan tanaman akan mempengaruhi hasil produksi dari tanaman itu sendiri.dan pada masa dewasa saat ini makin berkembang berbagai je is media tanam seperti media tanam menggunaan hidroponik dan aeroponik.
Setiap tanaman membutuhkan berbagai jenis media yang berbeda, misalnya tanaman yang memiliki batang besar dan perakaran dalam membutuhkan media yang lebih padat dan solid, hal itu bertujuan untuk membuat tanaman menjadi lebih kokoh dan berbeda dengan tanaman horti yang membutuhkan media lebih remah, hal itu bertuuan untuk membuat tanaman tersebut mudah dalam pemanjangan akar untuk mencari unsur hara.
Untuk membuat media tanam yang baik diperlukan unsur tanah, bahan pengikat atau penyimpan air dan penyedia unsur hara. Mengingat pentingnya peran media tanamn ini maka acara kedua tentang pengisian polibag dan pembuatan media tanam praktikum Teknik pembiakan vegetatif dan manajemen nurseri perlu dilakukan.

1.2 Tujuan
1.    Dapat mengisi polibag dengan media tanah dengan benar    
2.    Dapat membuat media dengan benar.
3.    Dapat menyusun polibag dengan benar. 

1.3 Manfaat yang Diharapkan
Mahasiswa diharapkan dapat mengisi polybag dengan media tanam yang telah ditentukan guna sebagai tempat pembibitan.





II.       TINJAUAN PUSTAKA
Media tanam merupakan tempat yang berfungsi selain sebagai tempat berdirinya tanaman tetapi juga sebagai tempat penyedia unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Sebab  lewat media tanam tumbuh-tumbuhan mendapatkan sebagian besar nutrisinya. Untuk budidaya tanaman dalam wadah pot atau polybag, media tanam dibuat sebagai pengganti tanah. Oleh karena itu, harus bisa menggantikan fungsi tanah bagi tanaman.(Alamtani, 2012).
Media tanam yang baik harus memiliki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Secara umum, media tanam yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut: (Hendromono, 1994).
1.      Mampu menyediakan ruang tumbuh bagi akar tanaman, sekaligus juga sanggup menopang tanaman.
2.      Memiliki porositas yang baik, artinya bisa menyimpan air sekaligus juga mempunyai drainase (kemampuan mengalirkan air) dan aerasi (kemampuan mengalirkan oksigen) yang baik.
3.      Menyediakan unsur hara yang cukup baik makro maupun mikro.
4.      Tidak mengandung bibit penyakit, media tanam harus bersih dari hama dan penyakit (Shakai, 1995).
Terdapat banyak media yang bisa digunakan utuk pembuatan media tanam baik itu bahan yang bersifat sintetik maupun organik, tetapi pada pratikum kali ini kami hanya menggunakan media tanam yang bersifat organik. (Nurhalisyah, 2007).
a.       Tanah (bahan utama)
Tanah yang baik untuk media tanam sebaiknya diambil dari lapisan bagian (top soil). Tanah yang baik untuk media tanaman tidak terlalu berpasir dan tidak terlalu lempung, melainkan harus gembur.(Hendromono, 1994).
b.      Kompos atau humus
Kompos merupakan bahan organik yang berfungsi sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman. Penambahan bahan-bahan organik seperti kompos atau humus pada media tanam bisa memperbaiki struktur fisik tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation. Kompos yang ditambahkan sebaiknya berupa kompos yang telah matang.
c.       Arang sekam atau sabut kelapa
Arang sekam merupakan hasil pembakaran tak sempurna dari sekam padi. Arang sekam berguna untuk meningkatkan kapasitas porositas tanah. Penambahan arang sekam pada media tanam akan memperbaiki struktur media tanam karena mempunyai partikel-partikel yang berpengaruh pada pergerakan air, udara dan menjaga kelembaban.
III.            PELAKSANAAN PRAKTIKUM
 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
      Praktikum dilaksanakan hari Kamis Pukul 14.00 – 16.00 WIB di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
3.2    Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain : cangkul, ember, sekop kecil, gunting, pisau, bahan-bahan yang digunakan antara lain : air, tanah, pupuk kandang, dan polibag (15 x 20 cm).
3.3 Prosedur Kerja
Langkah-langkah menyiapkan media tanam dalam bedengan sebagai berikut:
Pada Bedengan
1.      Panjang dan lebar bedengan  diukur ,(biasanya lebar 1–1.5 m, panjang sesuai kebutuhan).
2.      Tanah digemburkan pada bedeng tersebut sampai pada kedalaman 25 cm dari permukaan tanah.
3.      Pupuk kandang dicampur ke tanah  bedengan tersebut, dengan kira-kira perbandingan tanah terolah, pupuk kandang dan sekam padi 1 : 1 : 1 .
4.      Diberikan batas keliling bedengan dengan belahan bambu atau papan agar media tidak longsor.
5.      Media disiram di bedeng tersebut sampai lembab.
6.       Media siap ditanam bahan tanaman.  
Pada Polibag
1.      Tanah diambil bagian atasnya (lebih kurang sampai ketebalan 25 cm dari permukaan)
2.      Diambil juga pupuk kandang dan sekam padi.
3.      Dicampurkan tanah bagian atas tersebut dan pupuk kandang secara merata dengan perbandingan 1: 1  berdasarkan volume; misal; 1 ember tanah lapisan atas dan 1 ember pupuk kandang.
4.      Polibag diambil dan dibuat lubang (jika polibag belum dilubangi) pada  masing2 sisi polibag lima lubang, tinggi lubang ± 6 cm dari dasar polibag.
5.      Sudut-sudut digunting polibag sehingga terjadi dua lubang dan balikan permukaan polibag.
6.       Media tersebut dimasukkan ke dalam wadah polybag.
7.      Polibag diisi ½ bagian dan dijatuhkan/dihentakan ke tanah sebanyak tiga kali, diisi kembali sampai dua pertiga bagian dijatuh-jatuhkan kembali tiga kali, selanjutnya diisi sampai penuh.
8.      Media polibag disusun pada bedeng-bedeng pembibitan.
9.      Media tanam disiram sampai lembab.
10.   Media dalam wadah siap ditanam dengan bahan tanaman yang tersedia.





























IV.           HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil Pengamatan
Pengisian polybag dilakukan di lahan dekat dengan bangunan persemaian kolektif. Polybag diisi dengan campuran pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1 :1. Polybag yang diisi sebanyak 22 kantong. Tahapan pengisian polybag dapat dilihat pada Gambar 1.
(a)
(b)
(c)
(d)
 Keterangan: (a) Polybag  yang diisi dengan volume 3 Kg. (b) dan (c) pengisian polybag dengan campuran tanah dan pupuk kandang. (d) Polybag yang telah diisi.
4.2 Pembahasan
Pada acara kedua praktikum teknik pembiakan vegetatif ini dilakukan pengisian 9 polybag, 3 berukuran kecil, 3 berukuran sedang dan 3 berukuran besar. Polybag diisi dengan tanah, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.
Wadah media tanam polibag dipilih karena harganya murah, mudah diperoleh, memerlukan ruang sedikit untuk penyimpananya, ukuran dari kecil sampai besar, tidak memerlukan pendukung tambahan dalam persemaian. Namun kelemahan dari polybag ini adalah hanya bisa sekali pakai, mudah rusak,  akar menembus polybag, membutuhkan media lebih banyak, waktu dan tenaga untuk pengisian diperlukan lebih banyak, pertumbuhan akar kurang baik, bibit lebih berat sehingga menyulitkan dalam transportasinya.
Selain polybag wadah media tanam yang lain yang dapat digunakan adalah polytube yang dapat digunakan berulang, sistem perakaran tersebar, pruning akar secara alami, kokoh dan kuat, bibit relatif kecil dan ringan sehingga memudahkan dalam transportasinya, mudah diisi dan ekonomis dalam pengisian dan penyiraman. Namun polytube ini juga memilki kelemahan yaitu harganya relatif mahal, pemasarannya masih terbatas, membutuhkan ruang lebih luas dalam penyimpanannya, memerlukan rak atau bangunan untuk menyokong bibit.


















V.       KESIMPULAN
5.1    Kesimpulan
1.      Pengisian polybag menggunakan komposisi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.  Polybag yang diisi sebanyak 22 kantong polybag yang nantinya akan diisi stek tanaman.
2.      Wadah Polibag banyak digunakan karean  harganya lebih  murah, mudah diperoleh, memerlukan ruang sedikit untuk penyimpananya, ukuran dari kecil sampai besar, tidak memerlukan pendukung tambahan dalam persemaian.
5.2 Saran
            Sebaiknya  kakak Co assisten mengawasi kegiatan pengisian polyabg sebab hanya ada beberapa praktikan saja yang melakukan ini. Semoga praktikum selanjutnya dapat berjalan lebih baik lagi. Terimakasih.












                                                                                                            




PERTANYAAN DAN JAWABAN
1.      Jelaskan tujuan pembuatan lubang pada polibag, dan jelaskan pula mengapa polibag sebelum diisi perlu dibalik terlebih dahulu
Jawab : pembuatan lubang bertujuan untuk mempercepat aliran air yang keluar dari dalam polibag sehingga polibag tidak tergenang air. Polibag yang tergenang akan memicu pertumbuhan patogen.
2.      Mengapa peletakan polybag harus disusun secara teratur pada bedeng-bedeng pembibitan?
Jawab : polybag yang disusun secara teratur akan memperkecil ruang tumbuh gulma pada bedengan.
3.      Apakah warna polibag mempengaruhi pertumbuhan bibit ?
Jawab : belum diketahui secara pasti mengenai warna polibag mempengaruhi pertumbuhan bibit. Kemungkinan besar akan mempengaruhi pertumbuhan bibit. Warna hitam pada polybag cenderung menyerap panas sehingga suhu tanah dalam polybag akan tinggi dan tanaman cepat mengalami kekeringan.




















DAFTAR PUSTAKA
Alamtani.2012.Media Tanam.  From http://alamtani.com/media-tanam-sayuran-polybag.html
            Diakses pada tanggal 23 Desember 2016.

Hendromono.1994. Pengaruh Media Organik dan Tanah Mineral Terhadap Mutu Bibit
Pterygota alata Roxb. Buletin Penelitian Hutan no.617 : 55- 64.

Nurhalisyah. 2007. Pembungaan tanaman krisan (Chrysantenum sp.) pada berbagai komposisi media tanam. Jurnal Agrisistem 3(2) : 103.

Rahardja, P.C. 1988. Kultur Jaringan: Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Moderen. 
Penebar Swadaya. Cetakan II. Jakarta.

Shakai, C. Y Yamamoto, Hendromono, D Prameswari, A Subiakto. 1995. Sistem Pendingin
Dengan Pengkabutan Pada Pembiakan Vegetatif Dipterocarpaceae. Buletin Penelitian Hutan No. 588. Bogor



















ACARA III
PERBANYAKAN ATAU PERKEMBANG BIAKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN CANGKOKAN
I.             PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Salah satu teknik perbanyakan tanaman sacara vegetatif yaitu dengan cara mencangkok. Dimana dengan mencangkok diharapkan dapat menghasilkan bibit yang sesuai dengan sifat indukannya seperti sifat ketahanan atas serangan penyakit, rasa buah yang enak, warna yang menarik dan juga bentuk tanaman yang indah.
Namun demikian didalam mencangkok tidak selalu menghasilkan hasil yang memuaskan seperti cukup tingginya tinggkat kegagalan, kegagalan itu sendiri disebka oleh ketikmampuan kulit yang dipotong untuk membentuk kalus sehingga tidak mampu berakar, dan seperti kekeringan juga merupakan faktor yang dapat membuat cangkokan mati.
Teknik mencangkok dapat menggunakan cara cangkok sayat atau cangkok belah. Prinsip utama pembuatan cangkok adalah merangsang bagian batang tanaman untuk berakar dengan cara memutus sistem kambiumnya. Agar dapat melakukan teknik pencangkokan tanaman ini dengan baik dan benar maka praktikum teknik pembiakan vegetatif dan manajemen nurseri acara ketiga tentang perbanyakan berbagai tanaman dengan cara mencangkok harus dilakukan.

1.2  Tujuan
4.        Dapat memahami bahwa cara cangkokan adalah salah satu bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
5.      Dapat melakukan perbanyakan tanaman dari berbagai jenis tanaman dengan cara  cangkokan.
6.      Dapat mengerti dan mampu tentang  bagaimana cara yang  benar dalam mencangkok  dari berbagai jenis tanaman.

1.3  Manfaat yang Diharapkan
Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan teknik cangkok yang benar sehingga menghasilkan bibit yang bermutu.


II.       TINJAUAN PUSTAKA
Cangkok merupakan salah satu alternatif didalam perbanyakan tanaman yang dapat dilakukan ketika tekniklain yang akan kita gunakan tidak mampu dilakukan seperti halnya perbanyakan secara Stek . jenis tanaman yang daapat diperbanyak secara cangkok merupakan tanaman yang memiliki batang yang keras dan umumnya tanaman dikotil seperti  buah-buahan, misalnya: mangga, beberapa jenis jeruk, berbagai jenis jambu, delima, belimbing, lengkeng dan sebagainya.  Selain tanaman buah-buahan, tanaman hias bisa juga dicangkok misalnya: bunga sakura, kemuning, soka, nusa indah, bougenvile, cemara dan sebagainya (Prastowo, 2005).
Bahan tanaman yang akan dijadikan sebagai tanaman induk sebaiknya tanaman yang telah diketahui sifat  unggul dan identitas sumbernya : unggul yang nampak kuat, subur, memiliki penampilan fenotipa bagus, tidak terserang hama penyakit, dan cukup umur. Pohon induk sebaiknya tidak terlau muda dan juga tidak terlalu tua. Pada pohon yang terlalu tua, relatif sulit untuk didapatkan bahan cangkok yang memenuhi syarat, sedangkan pohon yang terlalu muda belum diketahui kualitas pohonnya dengan jelas (Jaenicke, 2002).
Media yang digunakan untuk mencangkok banyak sekali macamnya tergantung mana yang kita sukai dan tidak susah mendapatkannya.  Media yang sering dipakai adalah: mos, bubuk sabut kelapa, pupuk kandang, kompos dan lumut yang tumbuh pada batu-batuan, tetapi hindari penggunaan tanah mentah untuk media karena jenis tanah demikian jika kering akan mengeras dan juga berat sehingga dapat mematahkan cabang cangkokan. (Wudianto, 2001)
Bahan untuk membalut media diantaranya ijuk, sabut kelapa yang tinggal seratnya, daun pisang bahkan serpihan lain. Sekarang banyak orang memilih yang lebih gampang dan praktis, yaitu plastik bening.  Bahkan banyak juga digunakan pot dari plastik atau tanah yang khusus untuk mencangkok, kaleng bekas, tabung bambu dan tali rapia (Rifaid, 2006).
Waktu pencangkokan tidak menjadi masalah baik dimusim hujan maupun musim kemarau sebab kedua musim tersebut sama-sama memilikisifat enggulaan dan kelemahan masing-masing, sehingga setiap musim memiliki perlakuan yang berbeda. Dan didalam melakukan kegiatan mencangkok tidak harus menggunakan peralatan yang super canggih dan terbaru. Tetapi didalam mencangok cukup diperlukan alat sederhana seperti pisau yang tajam untuk memotong dan membuka kulit dahan (Rahardja, 2003).





III.           PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1    Waktu dan Tempat Praktikum
      Praktikum dilaksanakan hari Kamis Pukul 14.00 – 16.00 WIB di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
3.2    Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi berbagai jenis tanaman buah-buahan dan tanaman hias, tanah, plastik, pupuk kandag, tali, label, polybag, spidol permanen, gunting setek, pisau/catter, dan ember.
3.3    Prosedur Kerja
   a.  Tahapan mencangkok adalah sebagai berikut :
1.      Pohon induk ditentukan.
2.      Jangan yang terlalu muda atau terlalu tua.
3.      Sudah pernah berbunga (tanaman hias) dan berbuah (tanaman buah).
4.      Tumbuh kuat dan subur, tidak terserang hama penyakit.
5.      Mempunyai banyak cabang.
b.         Memilih cabang/ranting.
1.    Ukurannya tidak terlalu besar (sebesar kelinking atau pinsil).
2.    Bentuk cabang tegap dan mulus, dan berwarna coklat muda.
3.    Panjang cabang antara 20 – 30 cm.
4.    Jumlah daun cabang harus banyak.
5.    Cabang mengarah ke atas atau ke samping.
c.     Menyayat dan mengupas kulit kayu
Besar kecilnya sayatan disesuaikan dengan diameter cabang/batang.
Cabang kecil  sayatan ± 2 cm arah vertical, cabang besar sayatan > 2 cm ,sepertiga cabang arah horizontal.Sayatan berada tepat di bawah kuncup daun.
d.    Kambium dikerok.
e.         Cangkokan dibungkus.

3.4    Sifat yang Diamati
Sifat yang diamati pada praktikum ini yaitu perkembangan akar pada cangkokan.




IV.           HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
            Cangkok yang dilakukan meliputi cangkok tanaman bunga melati, tanaman sawo, tanaman jambu dan tanaman rambutan. Tahapan cangkok dapat dilihat pada Gambar 1.
(a)
(b)
(c)
(d)
Keterangan: (a) Cabang tanaman dikupas dan dibersihkan dari kulitnya. (b) Cabang yang dicangkok dibungkus dengan campuran tanah dan pupuk kandang lalu ditutup dengan plastik. (c) cangkok disiram setiap hari untuk mempercepat pertumbuhan akar. (d) akar tanaman cangkok yang telah berumur kurang lebih 1 bulan.

4.2 Pembahasan
Pratikum mencangkok ini saya lakukan pada tanggal 15 november 2016 di Unib depan (kosan dedi rian) dan di medan baru (kediaman Mas Yono). Tanaman yang saya cangkok yaitu tanaman jambu biji, bunga melati, rambutan, sawo dan mangga. Tanaman yang saya cangkok sebanyak 8 tanaman terdapat 3 tanaman yang hidup yaitu tanaman mangga, tanaman jambu dan tanaman melati.
Tanaman rambutan mati disebakan karena kurangnya pengawasan dan perawatan sehingga tidak diketahui bahwa tanaman itu mengalami kekeringan. Kekeringan itu endiri disebabkan oleh terlalu besar dan banyaknya lubang yang dibuat, sehingga menyebabkan air yang keluar dari media terlalu tinggi dan tidak diimbangi dengan penyiraman yang rutin. Tanaman sawo yang mati disebabkan banyaknya kandungan fenol (getah) pada bagian cabang tanaman yang dicangkok sehingga tidak tumbuh akar pada bagian yang dicangkok.
 Biasanya setelah 1-2 bulan pada cangkokan yang berhasil akan tumbuh akar. Pada cangkok akar keluar karena aliran zat makanan (karbohidrat) dan auksin (hormon tumbuh yang mendorong keluarnya akar) mengalir ke bawah melalui kulit kayu (phloem) dan tertahan di bagian keratan sebelah atas, sehingga pada keratan bagian atas ini penimbunan karbohidrat dan hormon jadi meningkat dan berbentuk kalus yang berubah menjadi akar tanaman.
Terbuangnya jaringan floem yang terdapat pada kulit cabang, maka zat-zat makanan berupa karbohidrat, zat pembentuk akar rizokalin dan auxin sebagai zat perangsang pertumbuhan dari daun bagian atas sayatan tidak akan mengalir ke bawah.  Zat-zat ini mengumpal pada bagian atas sayatan sehingga terjadi pembengkakan.  Dengan adanya media dalam suasana lembab maka akan merangsang tumbuhnya akar pada bagian atas sayatan. Apabila perakarannya telah sempurna, batang cangkok dapat disapih dari pohon induknya dengan cara memotong batang pada arah batang induknya. Setelah itu ditanam pada polybag dengan ukuran yang sudah disesuaikan dengan ukuran cangkoknya, biasanya polybag berukuran diameter lebih dari 30 cm dan disimpan dibawah naungan untuk mencegah respirasi berlebihan.
Pencangkokan kurang cocok dikembangkan pada tanaman industri seperti kakao, kopi, cengkeh, teh, dsb.Karena tanaman hasil cangkokan tidak tahan kering ketika musim kemarau panjang, hal ini tentunya akan menyebabkan kerugian pada industri. Kemudian dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini. Padahal tanaman industri seperti kakao, kopi, cengkeh, teh dsb memerlukan perbanyakan yang sangat banyak, sehingga perbanyakan tanaman industri kurang cocok dilakukan dengan cara mencangkok.





V.     KESIMPULAN
5.1    Kesimpulan
1.         Cangkok merupakan teknik perbanyakan vegetatif dengan cara menyayat bagian tanaman dan  kemudian memberikan media pada bagian sayatan lalu ditutup dengan plastik. Bagian yang dicangkok diusahakan selalu dalam kondisi lembab agar tumbuh dengan cepat.
2.         Hasil tanaman dengan perbanyakan cangkok akan memiliki sifat sama seperti indukanya sehingga cangkok menjadi salah satu solusi perkembangbiakan tanaman buah-buahan dan tanaman ornamental.

5.2    Saran
Sebaiknya pada praktikum cangkok dosen atau co assisten mempraktekan terlebih dahulu teknik pencangkokan yang benar sehingga pada saat penerapan oleh praktikan dirumah tidak terjadi kesalahan teknik yang menyebabkan akar tidak tumbuh atau mati.














Pertanyaan dan Jawaban
1.    Apa keuntungan dan kelemahan mencangkok?
Jawab :
Keuntungan:
1. Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji.
2. Tumbuhan yang dicangkok memiliki sifat yang sama dengan induknya. Tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk.
3.  Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan.
Kelemahan :
1.      Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering.
2.      Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang.
3.      Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong.
4.      Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini.
2.      Apa alasan menggunakan plastik berwarna hitam/putih?
Jawab : plastik putih transparan digunakan karena lebih mudah melihat perkembangan akar pada tanaman yang dicangkok apakah cangkokan sudah memiliki akar yang cukup atau belum.

3.      Persyaratan pohon induk yang dicangkok?
Jawab : Pohon induk dipilih dari tanaman yang sudah jelas asal-usul dan keunggulan sifatnya, baik dari segi pertumbuhan, kuantitas dan kualitas potensi produksi, maupun ketahannya terhadap serangan hama dan penyakit. Semua kriteria ini harus terpenuhi karena akan mempengaruhi kualitas bibit perbanyakan yang dihasilkan.




DAFTAR PUSTAKA
Jaenicke, Hannah, Beniest, Jan. 2002.Vegetative Tree Propagation in Agroforestry, Training
Guidelines and References. ICRAF. Nairobi. Kenya. Kul Graphics Ltd.

Prastowo N, J.M. Roshetko. 2005. Direktori Usaha Pembibitan Tanaman buah, Kayu,
Perkebunan, Hias dan Obat di Kota/Kabupaten Bogor dan sekitarnya.World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock International. Bogor. Indonesia.

Rahardja, P.C.,Wahyu Wiryanta. 2003.Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Cetakan ke-1.
Depok. Penerbit AgroMedia Pustaka.

Rifaid,Yohan,M.dkk.2006. Sintesis Kopolimer Tercangkok Asam Akrilat pada Film LLDPE. Sintesis Kopolimer Tercangkok Asam Akrilat pada Film LLDPE vol 1.Depok :Departemen Teknik Metalurgi dan Material FT-UI.

Wudianto, Rini. 2001. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Cetakan ke-9. Jakarta.
Penebar Swadaya.


































                                       ACARA IV
PERBANYAKAN/PERKEMBANGBIAKAN  BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK STEK
I.    PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Setek adalah suatu cara perbanyakan tanaman dengan cara perlakuan pemisahan/pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, daun dan tunas) untuk mendapatkan individu baru. Pada setek batang kondisi daun pada cabang yang hendak diambil sebaiknya berwarna hijau tua. Dengan demikian seluruh daun dapat melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan zat makanan dan karbohidrat. Nantinya zat ini akan disimpan dalam organ penyimpanan, antara lain di batang. Karbohidrat pada batang ini penting sebagai sumber energi yang dibutuhkan pada waktu pembentukan akar baru.
Menstimulir pertumbuhan akar dan tunas sangat ditentukan oleh kerja zat pengatur tumbuh yang bekerja di dalam setek, namun demikian faktor pertumbuhan yang lain pun masih tetap harus diperhatikan, di antaranya adalah penyediaan media tumbuh yang efektif menyediakan zat hara bagi pertumbuhan setek. Pada perbanyakan secara vegetatif dengan stek, pemberian ZPT dimaksudkan untuk merangsang dan memacu terjadinya pembentukan akar stek. Sehingga perakaran stek akan lebih baik dan lebih banyak.
Mengingat pentingnya mengetahui teknik perbanyakan tanamn dengan cara stek maka praktikum teknik pembiakan tanaman acara perbanyakan tanaman dengan berbagai macam stek perlu dilakukan. Agar dapat mngetahui dan melakukan stek batang, stek daun, dan stek cabang.

1.2  Tujuan
1.      Dapat memahami bahwa cara setek adalah salah satu bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
2.      Dapat melakukan perbanyakan tanaman dari berbagai jenis tanaman dengan cara setek.
3.      Dapat mengerti dan mampu tentang  bagaimana cara yang benar dalam menyetek dari berbagai jenis tanaman.         

1.3  Manfaat yang Diharapkan
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan berbagai macam teknik pengembangbiakan vegetatif setek.
II.     TINJAUAN PUSTAKA
Setek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegatatif untuk ditumbuhkan menjadi tanaman dewasa secara mandiri dan terlepas dari tanaman induknya. Penggolongan stek berdasarkan bahan tanaman terdiri dari: stek pucuk, stek batang, dan stek akar. Faktor yang mempengaruhi perbanyakan stek diantaranya: (Bem, 2003).
Sumber bahan stek :
a.       Asal bahan stek
Bahan stek yang masih juvenil (muda secara fisiologis) memiliki kemampuan berakar yang lebih baik dari pada biakan stek yang telah tua ).
b.      Tipe tunas dari bahan stek .
Bahan stek berasal dari batang atau tunas orthotrop dari pohon donor yang berkualitas baik sehingga bibit stek dapat tumbuh tegak dan cepat di lapang.
c.       Kebun pangkas
Untuk menghasilkan bahan stek yang juveni dengan jumlah banyak dan berkesinambungan diperlukan kebun pangkas yang dikelola dengan teknik tertentu.( Wudianto, 2001)
Media Setek :
a.       Media padat.
Syarat utama media pengakaran harus porus, drainase dan aerasi baik, serta steril.
b.      Media cair.
Pembiakan stek juga dapat dilakukan dengan menggunakan media air, yang dikenal dengan sistem water rooting. (Wattimena, 1988).
c.       Kondisi lingkungan
Keberhasilan pembibitan secara vegetatif salah satunya ditentukan oleh kondisi lingkungan / iklim mikro tempat pengakaran stek. Untuk itu pengakaran stek dilakukan pada ruangan (rumah tumbuh atau ruang pengakaran) yang dapat menjaga kondisi lingkungan agar tetap optimal. Ruang pengakaran stek yang secara operasional sudah digunakan oleh beberapa perusahaan dan lembaga penelitian antara lain adalah Rumah Tumbuh ADH-1, Sistem KOFFCO, MS ( Model Sungkup ). (Shakai, 1995).


III.            PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
      Praktikum dilaksanakan hari Kamis Pukul 14.00 – 16.00 WIB di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
3.2  Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam acara ini meliputi cabang tanaman kakao, aglonema, lada, panili, anggur, sirih, kopi, dan tanaman lain,  rootone F, IAA, Dithane, tanah, polybag, ember, gelas ukur, air, cangkul, gunting setek, pancang kayu, bambu, termohigrometer, atap rumbia, palu, dan alat tulis untuk pengamatan.

3.3  Prosedur Kerja
Persiapan Bedengan Persemaian (sama dengan  acara 1)
Pembuatan Naungan dan sungkup (sama dengan acara 1)
Penyediaan Bibit  dilakukan sebagai berikut :
a. Pemilihan Bahan Tanam
               Berbagai bahan tanam yang akan dijadikan bahan praktek dipilih dari pohon induk yang sehat, tidak ada gejala penyakit serta warnanya hijau. pilih cabang yang berasal dari cabang orthotrop/tunas wiwilan/air/buku dari sulur panjat.dan atau cabang  buah/daun.
       b.  Penyiapan Media Tanam
               Media tanam yang digunakan untuk setek  adalah campuran tanah yang telah diayak diambil dari lapisan atas (top soil),  pupuk kandang (kotoran sapi), pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1, atau 2 : 1 : 1 . Media tanam yang telah dicampur dimasukan ke dalam polibag/pot wadah plastik(nampan) yang telah disediakan, kemudian disiram hingga jenuh air dan dibiarkan beberapa saat.
c.   Pembuatan Setek
Setek Pucuk :
1.      Dipilih cabang mempunyai diameter 0,5 cm, masih mudah yang mempunyai pucuk.
2.      Dipotong cabang 10 – 15 cm dengan sudut 45 º tepat di bawah tangkai daun.
3.      Daun2 bagian bawah dibuang dan sisakan 2 hongga 4  helai daun pada  bagian pucuk (daun2nya dibuang separuh).
4.      Setelah dipotong setek pucuk  direndam atonik 10 cc/liter selama 20 menit,atau diolesi dengan Rootone F setelah dibuat pasta pada bidang potongan setek.

     Setek Daun
1.      Dipilih daun yang berwarna hijau dari tanaman hias (begonia, lidah mertua,  cocor bebek). yang berdaun tebal berdaging, telah cukup.
2.      Dipilih daun yang telah cukup umur.
3.      Diberikan Rootone F, Atonik untu merangsang pertumbuhan akar. 
Setek Cabang/batang
1.      Dipotong setek dari cabang terpilih dengan panjang 15 – 30 cm, sedangkan  setek yang  digunakan untuk lada perdu adalah setek cabang buah  (2-  4helai daun).
2.      Dipotong  pangkal setek dengan dudut 45 º di bawah buku  dari sulur panjat ± satu cm.
3.      Setek kemudian direndam dalam air hingga saat tanam.
4.      Sebelum ditanam pangkal stek pada bidang  potongannya dioleskan rootone F  yang telah berbentuk pasta atau direndam atonik 10 cc/liter selama 20  menit, dan pada bidang potongan bagian atas diolesi dengan lilin/kapur.
d.    Penanaman dan Penyungkupan
1.      Buat lubang tanam sedikit lebih besar dari diameter setek dengan kedalaman 3-5 cm  ditengah polibag/pot.
2.      Tanamlah setek dalam polibag/pot dengan menggunakan tangan kanan, sambil dipadatkan dengan ibu jari dan telunjuk ke arah batang setek agar setek dapat  berdiri  tegak dan kokoh.
3.      Polibag/pot  diletakan di bawah naungan dan atau di dalam sungkup .
4.      Dilakukan penyiraman dengan menggunakan botol semprot (hand sprayer) pada setek yang telah ditanam untuk menghilangkan tanah atau kotoran lain yang    melekat pada  daun.
5.      Letakan alat termo-higrometer di dalam sungkup selama percobaan.
6.      Sungkup ditutup dengan plastik bening dengan rapat agar tidak kena pengaruh Suhu dan kelembaban dari luar sungkup.

3.4  Sifat yang Diamati
Sifat yang diamati pada praktikum ini meliputi suhu, kelembaban dan persentase tanaman yang hidup.



IV.           HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil Pengamatan
Bibit setek yang diamati berjumlah 22 tanaman. Sebelum bahan tanam atau bagian tanaman di tanam, bahan tanam direndam dengan larutan Dithane dan IAA. Larutan Dithane berfungsi sebagai fungisida atau pencegah serangan jamur pada saat bahan tanam ditanam. IAA dalam hal ini berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan tunas sehingga cabang tanaman  akan lebih cepat tumbuh. Polybag yang telah ditanami setek kemudian dimasukan ke dalam sungkup dan diamati suhu dan kelembabanya setiap minggu. Pelaksanaan setek dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil pengamatan suhu dan kelembaban disajikan Pada Tabel 1.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Keterangan : (a) bahan tanam lada yang akan disetek. (b) bahan tanam direndam dalam Dithane. (c) bahan tanam direndam dalam larutan IAA. (d) bahan tanam ditanam dalam polybag. (e) dan (f) polybag dimasukan ke dalam sungkup dan diamati suhu dan kelembaban setiap minggunya.
Tabel 1. Hasil pengamatan suhu dan kelembaban selama 5 minggu.
Minggu Ke
Suhu (o C)
Kelembaban (%)
1
30,7
33
2
32,3
31
3
31,9
34
4
31,4
32
5
33,2
35

Persentase hidup
 x 100% = 86 %
4.2    Pembahasan
Pada Tabel 1 menunjukan bahwa suhu dan kelembaban dalam sungkup selama 5 minggu cukup terkontrol. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan atau selisih suhu dan kelembaban setiap minggu tidak terlalu jauh. Setek yang diamati selama 5 minggu menghasilkan hampir semua taanaman yang tumbuh kecuali tanaman kakao yang mati sehingga dari 22 buah bibit setek, 3 tanaman kakao mati dan diperoleh 19 bibit setek yang bertahan sampai minggu ke 5. Berdasarkan jumlah tanaman yang hidup dari keseluruhan bibit yang ditanam maka diperoleh persentase hidup sebesar 86 %.  Pada beberapa jenis tanaman seperti lada dan sansivera pada minggu ke 5 sudah mulai muncul tunas baru dan akar.
Pemberian Setek dan cangkok dengan hormon akan memacu pertumbuhan akar dalam waktu yang relatif singkat. Zat-zat penggerak atau pemacu ini dikenal sebagai fitohormon (auksin, gibberelin, sitokinin, etilen dan asam absisik) yang mengawali reaksi-reaksi biokimia dan mengubah komposisi di dalam tanaman. Cara pemberian zat pengatur tumbuh pada setek dapat ditempuh dengan berbagai cara diantaranya dengan mengoleskan atau merendam setek pada cairan zat pengatur tumbuh dengan lama perendaman bervariasi menurut jenis tanaman
      Setek memegang peranan penting dalam pembibitan tanaman lada karena lebih efektif, efesien dan praktis, serta bibit yang dihasilkan mempunyai sifat yang sama dengan pohon induknya. Kelemahannya, bibit lada asal stek tersebut memiliki perakaran yang kurang baik. Bibit lada asal stek hanya memiliki akal lateral sebagai akar utama, jumlahnya terbatas dan akar serabutnya berada hanya pada lapisan oleh saja. Hal ini menyebabkan jangkauan dan permukaan serapan akar tanaman menjadi terbatas, sehingga kemampuan penyerapan hara dan air menjadi rendah serta kurang efektif dan efisien. Untuk itu dibutuhkan suatu paket teknologi perkebunan yang mampu memperbaiki sistem penakaran serta meningkatkan kemampuan serapan hara tanaman lada.
Tanaman yang setek selanjutnya yaitu Sansevieria atau lidah mertua yang memiliki keistimewaan yang jarang ditemukan pada tanaman lain, diantaranya mampu bertahan hidup pada rentang suhu dan cahaya yang luas, sangat resisten terhadap gas udara yang berbahaya (polutan), bahkan mampu menyerap 107 jenis sebagai penyerap polutan di daerah yang padat lalu lintas dan di dalam ruangan yang penuh asap rokok.
Perbanyakan tanaman dengan stek daun dapat dilakukan pada beberapa jenis tanaman, misalnya Begonia, Sansevieria, dan berbagai sukulen. Potongan daun tersebut jika ditanam dalam media yang memenuhi syarat akan tumbuh akar dan tunas, walaupun daun tidak bertangkai. Stek daun yang ditanam dalam media yang memenuhi tidak memiliki kelembaban tinggi akan mudah layu karena daun yang tidak memiliki akar tidak akan dapat disuplai air dari dalam tanah. Masalah pada setek daun secara umum adalah pembentukan tunas-tunas adventif, bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun lebih mudah dibandingkan pembentukan tunas adventif. Secara teknis stek daun dilakukan dengan cara memotong daun dengan panjang 7,5–10 cm atau memotong daun beserta petiolnya kemudian ditanam pada media.







V.          KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1.      Setek merupakan pemisahan bagian organ tanam dengan tujuan untuk perbanyakan tanaman. Setek meliputi beberapa jenis yaitu setek akar, setek batang, setek pucuk, dan setek daun. Hasil pengamatan menunjukan hampir semua tanaman yang dilakukan setek tumbuh baik pada lingkungan terkontrol.
2.      Pemberian hormon seperti IAA dapat memacu pertumbuhan tunas pada setek














                                                                                                        






PERTANYAAN DAN JAWABAN
1.    Apa keuntungan setek cabang dan setek pucuk?
Jawab : setek cabang memiliki keuntungan yaitu pertumbuhan akar akan lebih cepat.
Setek pucuk memiliki keuntungan yaitu tanaman akan lebih cepat mengalami pertumbuhan tunas sebab sel-sel masih muda dan aktif membelah.
2.    apa syarat bahan tanam dapat dijadikan dalam bentuk setek?
Jawab : tidak terlalu tua dan muda, sehat dari gangguan OPT, subur, dan harus memiliki cukup banyak tunas.



















DAFTAR PUSTAKA
Bem, F.A dan C. Syukur. 2003. Lada Perdu untuk Bisnis dan Hobi. Jakarta: Penerbit
Penerbar Swadaya.

Shakai, C. Y Yamamoto, Hendromono, D Prameswari, A Subiakto. 1995. Sistem Pendingin
Dengan Pengkabutan Pada Pembiakan Vegetatif Dipterocarpaceae. Buletin Penelitian Hutan No. 588. Bogor

Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: PAU Bioteknologi IPB,
Bekerjasama dengan Lembaga Sumberdaya Informasi IPB.

Wudianto, Rini. 2001. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Cetakan ke-9. Jakarta.
Penebar Swadaya.



















ACARA V
PERBANYAKAN/PERKEMBANGBIAKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK OKULASI
I.        PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Okulasi  merupakan salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif yang telah banyak digunakan oleh masyrakat didalam budidaya tanaman baik dalam sekala kecil maupun hingga perkebunan besar baik itu perkebunan yang bersifat BUMN maupun PMA. Okulasi dipilih karena dianggap dapat dilakukan dengan mudah dan menghasilkan bibit yang berualitas dengan jumlah yang bnyak. 
Penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan antara dua tanaman yang berdeda dengan memanfaatkan salah satu tanaman mnjadi tanaman batang bawah dan yang satu menjadi tanaman entres, dan kemudian dilakukan dengan cara penempelan kulit entres di bagian mata tunas batang bawah hingga terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya.
Syarat lain yang perlu diperhatikan pada waktu pengambilan entres adalah kesuburan dan kesehatan pohon induk. Untuk meningkatkan kesuburan pohon induk, biasanya tiga minggu sebelum pengambilan batang atas dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK. Kesehatan pohon induk ini penting karena dalam kondisi sakit, terutama penyakit sistemik mudah sekali ditularkan pada bibit.
Melihat pentingnya kegiatan Okulasi maka diperlukan pelatihan dan pelajaran sehingga dapat melatih mahasiswa untuk mendapatkan bibit hasil okulasi yang baik dan berkualitas dan juga dapat memperkecil resiko kegagalan. Sehingga sangat diperlukan pratikum teknik perbanyakan Okulasi untuk dilaksanakan.
1.2    Tujuan
1.      Dapat memahami bahwa cara  Okulasi adalah salah satu bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
2.      Dapat melakukan perbanyakan tanaman dari berbagai jenis tanaman dengan cara Okulasi.
3.      Dapat mengerti dan mampu tentang  bagaimana cara yang benar dalam mengokulasi dari berbagai jenis tanaman.

1.3    Manfaat yang Diharapkan
Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan berbagai macam  bentuk okulasi pada berbagai tanaman.
II.          TINJAUAN PUSTAKA
Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara menenpelkan dua jenis tanaman berbeda untuk dijadikan satu tanaman baru dengan harapan dua tanaman tadi sama-sama membawa sifat unggul dari tetuannya sehingga dapat menghasilkan satu bibit yang memiliki sifat unggulbaik dari tampilan umur pproduksi dan juga hasil produksi yang tinggi.(Mangoendidjojo, 2003).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan okulasi adalah :
a.       Bahan tanaman
1.      Batang pokok (Root stocks ) di dalam polybag.
2.      Batang bawah berasal dari tanaman unggul yang telah diketahui kebaikan dari sifat tanaman itu sendiri. Pada metode ini dilakukan beberapa tahapan okulasi yaitu mulai dari penyediaan kemudian. Di lain sisi, disiapkan pula bahan mata tunas. (Prastowo, 2005).
b.      Teknik penempelan okulasi
1.      Iris batang pokok (root stock) untuk menyisipkan mata tunas.
2.      Sisipkan atau tempelkan mata tunas pada root stocks kemudian diikat, bagian atas (pucuk) dari root stock dibiarkan tumbuh. (Setiawan, 2001)
3.      Ada beberapa jenis yang membutuhkan sungkup untuk menjaga kelembaban
4.      Beri sungkup untuk setiap tanaman, bisa menggunakan kantong plastik putih transparan agar dapat dikontrol tanpa harus membuka sungkupnya. (Rahardja, 2003).
c.       Penyapihan dan pemeliharaan okulasi
Setelah beberapa minggu dilaksanakannya okulasi biasannya telah terlihat pertumbuhan dengan ditandai pecahnya mata tunas atau paling tidaknyaa bahan entres masih menunjukaan warna hijau segar maka bagian batang atas dapat dipotong guna membuat pertumbuhaan menjadi lebih cepat. Apabila mata tunas sudah terlihat tumbuh sempurna sungkup dapat dibuka untuk memberi kesempatan beradaptasi dengan lingkungan. Setelah tunas-tunas baru tumbuh dengan baik dan berkayu, maka tanaman ini sudah siap untuk di tanam di lapangan. (Purnomosidhi, 2002).





III.           PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan hari Kamis Pukul 14.00 – 16.00 WIB di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
3.2  Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan pada acara ini meliputi bibit karet (stump), mata tunas (entres), plastik pembungkus, pisau, label, dan alat tulis.
3.3  Prosedur Kerja
Teknik okulasi yang digunakan pada praktek adalah teknik okulasi segiempat. Tahapan okulasi segi empat adalah sebagai berikut :
1.      Batang bawah  diiris dengan bentuk segi empat atau bujur sangkar dengan panjang sisi-sisinya 1,2 cm. Dengan menggunakan sudip (ujung belakang pisau okulasi) kulit yang telah diiris tersebut dikelupaskan dengan hati-hati, kemudian irisan tersebut ditempelkan kembali agar kambium tidak mengering.
2.      Batang atas/mata tunas diirisberbentuk segi empat sesuai dengan bentuk irisan bataang bawah tetapi ukurannya sedikit lebih kecil.
3.      Selanjutnya mata tunas ditempel pada batang bawah, pada bagian luka dioles dengan vaselin selanjutnya diikat dengan tali plastik.
4.      Lalu hasil okulasi dapat dilihat dan diamati  pada hari ketujuh setelah okulasi dengan membuka plastik pengikat. Okulasi jadi ditandai dengan masih tetap hijaunya mata tunas, sedangkan mata tunas yang berwarna coklat menandakan sambungan tidak berhasil/mati.

3.4  Sifat yang Diamati
Sifat yang diamati yaitu kompatibilitas antara batang atas dengan batang bawah (Tingkat Keberhasilan)










IV.      HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil Pengamatan
Okulasi dilakukan pada tanaman karet sebanyak 10 tanaman. okulasi diawali dengan membuat jendela okulasi pada batang bawah kemudian jendela okulasi ditempeli mata tunas dan ditutup dengan plastik lalu diikat. Pelaksanaan okulasi dapat dilihat pada Gambar 1.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Keterangan : (a) batang bawah yang dibuat jendela okulasinya. (b) pengambilan mata tunas (entres). (c) penempelan mata tunas pada batang bawah. (d) penutupan dengan plastik. (e) tanaman yang telah dioukulasi. (f) tanaman yang berhasil ditandai dengan munculnya bintik-bintik disekitar jendela okulasi.

Persentase keberhasilan:
  100% = 20 %



4.2    Pembahasan
Okulasi yang kami lakukan yaitu pada tanaman karet sebanyak 10 tanaman. pada minggu ke 2 tanaman karet yang diokulasi telah dapat dilihat hasilnya. 2 tanaman yang diokulasi menunjukan keberhasilan yang ditandai dengan adanya calon tunas dipinggir jendela okulasi dan tanaman tetap hijau. Pada 8 tanaman yang gagal terlihat mata tunas menghitam dan tanaman kekeringan. Tanda dari keberhasilan okulasi adalah mata entres yang ditempelkan tetap hijau, segar, tidak kering, atau tidak patah. Mata tunas tumbuh, kalaupun belum kelihatan tumbuh dapat dengan menggores sedikit permukaan sayatan mata entres yang kita tempel apabila tetap segar/hijau berarti tempelan jadi. Tempelan yang gagal mata tempelnya akan berwarna coklat kehitaman. Hasil perhitungan persentase hidup tanaman diperoleh persentase hidup tanaman karet yang diokulasi sebesar 20 %. Hal ini menunjukan bahwa tingkat keberhasilan masih sangat rendah. Kegagalan okulasi dapat disebabkan karena inkompatibilitas antara batang atas dan batang bawah, kesalahan teknik okulasi, dan lingkungan yang buruk.
Mata tunas okulasi umumnya mempunyai 2-3 helai daun yang dewasa dan siap berfotosintesis, kemudian melakukan pemotongan 2-3 cm di atas mata okulasi batang bawahnya.  Agar pertumbuhan mata tunas batang atas tidak terganggu, tunas yang tumbuh dari batang bawah harus dibuang. Faktor yang menunjang keberhasilan okulasi yaitu waktu terbaik pelaksanaan okulasi adalah pada pagi hari, antara jam 07.00-11.00 pagi, karena saat tersebut tanaman sedang aktif berfotosintesis sehingga kambium tanaman juga dalam kondisi aktif dan optimum. Diatas Jam 12.00 siang daun mulai layu. Tetapi ini bisa diatasi dengan menempel di tempat yang teduh, terhindar dari sinar matahari langsung. Kebersihan alat okulasi, silet yang akan digunakan langsung kita belah dua saat masih dalam bungkusan kertas, sehingga silet kita tetap dalam kondisi bersih satu belahan kita gunakan sedangkan belahan lainnya kita simpan untuk pengganti belahan silet pertama apabila dirasa sudah tidah tajam lagi. Perawatan alat okulasi, setelah digunakan silet dibersihkan dan dibungkus lagi dengan kertas pembungkusnya agar tidak berkarat.

V.          KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1.      Tanaman karet yang diokulasi memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. Kegagalan disebabkan berbagai faktor salah satunya teknik okulasi yang salah.  Kesalahan lain yang dapat menyebabkan kegagalan yaitu inkompatibilitas dan pengaruh lingkungan.
2.      Tanaman yang berhasil diokulasi umumnya ditandai dengan tumbuhnya calon tunas pada bagian mata tunas dan tanaman masih terlihat segar tanpa mengalami kelayuan. Sedangkan tanaman yang mengalami kegagalan ditandai dengan menghitamnya bagian mata tunas dan tanaman layu kekeringan.

5.3    Saran
Sebaiknya co assisten memperaktekan berulang-ulang teknik okulasi pada praktikan dan dosen pembimbing mengawasi setiap langkah okulasi sehingga kesalahan teknik dapat diketahui sebelum terjadi kegagalan okulasi.





















PERTANYAAN DAN JAWABAN
1.      Apa semua tanaman bisa diokulasi?
Jawab : tidak. Tanaman yang memiliki kandungan fenol yang tinggi seperti sawo sulit dilakukan okulasi dan cenderung memiliki tingkat kegagalan yang tinggi.
2.      Sebutkan syarat dari tanaman yang akan diokulasi?
Jawab :
1.      Pilih batang bawah yang pertumbuhanya cepat dan subur.
2.      Perbedaan umur batang bawah dan batang atas tidak boleh terlalu mencolok.
3.      Batang atas dan batang bawah berada dalam stadium pertumbuhan yang aktif.
























DAFTAR PUSTAKA
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemulian Tanaman. Cetakan ke-1. Yogyakarta.  Penerbit Kanisius.

Prastowo N, J.M. Roshetko. 2005. Direktori Usaha Pembibitan Tanaman buah, Kayu,  Perkebunan, Hias dan Obat di Kota/Kabupaten Bogor dan sekitarnya.World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock International. Bogor. Indonesia.

Purnomosidhi P, Suparman, JM Roshetko dan Mulawarman. 2002. Perbanyakan dan  Budidaya Tanaman Buah-Buahan dengan Penekanan pada Durian, Mangga, Jeruk, Melinjo dan Sawo, Pedoman Lapang. International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan Winrock International. Bogor. Indonesia.

Rahardja, P.C.,Wahyu Wiryanta. 2003.Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Cetakan ke-1.  Depok. Penerbit AgroMedia Pustaka.

Setiawan,Ade Iwan. 2001. Kiat Memilih Bibit Tanaman Buah. Cetakan ke-4. Jakarta.  Penebar Swadaya.






                                                                                                                











ACARA VI
PERBANYAKAN /PENGEMBANGBIAKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN
I.        PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Tanaman durian merupakan salah satu komoditas hortikultura penting di Sulawesi Tenggara, karena selain memiliki areal yang luas, juga merupakan tanaman yang sudah merakyat dan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Pengembangan tanaman durian yang dilakukan oleh petani umumnya secara generatif (dari biji), sehingga menyebabkan fase vegetatif tanaman lebih panjang (sekitar 7-10 tahun lebih) baru memasuki fase generatif/reproduksi. Hal tersebut merupakan salah satu kendala dalam produktivitas dan mutu durian yang dihasilkan. Namun dengan kemajuan teknologi, kendala tersebut dapat diatasi dengan menggunakan metode mini grafting atau sambung pucuk.
Metode grafting merupakan perbanyakan tanaman gabungan antara perbanyakan secara generatf (dari persemaian biji) dengan salah satu bagian vegetatif (cabang/ranting) tanaman yang berasal dari satu family. Kedua tanaman (bagian tanaman) yang disatukan masing-masing mempunyai keunggulan misalnya dari segi kelebatan buah, ukuran besar dan rasa/khasiat serta ketahanan terhadap hama dan penyakit.  Kombinasi dari bagian tanaman yang disatukan akan berkembang membentuk tanaman baru, dan tanaman tersebut merupakan hasil perbanyakan secara vegetatif, dengan kelebihan yang dimilikinya antara lain : mempercepat masa berbuah yakni umur 4 – 7 tahun, mendapatkan tanaman dengan ukuran yang lebih pendek, dapat mempertahankan sifat genetis yang berasal dari induknya misalnya ukuran buah, daging yang tebal dan rasa manis serta sifat ketahanan terhadap penyakit.
1.2 Tujuan
1.      Dapat memahami bahwa cara Sambungan adalah salah satu bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
2.      Dapat melakukan perbanyakan tanaman dari berbagai jenis tanaman dengan cara Sambungan.
3.      Dapat mengerti dan mampu tentang bagaimana cara yang benar dalam menyambung dari berbagai jenis tanaman.
1.3 Manfaat yang Diharapkan
Mahasiswa diharapkan mampu mempraktekan teknik penyambungan berbagai tanaman.
II.          TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu perbanyakan vegetatif dengan cara menyambungkan dua tanaman yang berbeda untuk menjadi satu tanaman (Grafting) penyambungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. (Widiarsih, 2008).
Grafting ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan sudah merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya. Sharock’s (1672) dalam Wudianto (2002) menyatakan bahwa seni grafting ini telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini. Disamping itu Thouin dalam Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada 119 bentuk grafting. Dari sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu :
·         Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi
·         Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau enten
·         Grafting by approach atau inarching, yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing.
Penyambungan disini berarti penyatuan antara batang atas (sepotong cabang dengan dua atau tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah yang sehingga gabungan ini bersama-sama membentuk individu yang baru. Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock atau bahasa belandanya onder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi dengan akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entris atau scion. Batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa juga cabang pohon induk, kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang perantara (Inter-Stock). Agar batang atas dan batang bawah bisa terus merupakan perpaduan yang kekal, maka sebaiknya dipilih batang atas dan batang bawah yang masih mempunyai hubungan keluarga dekat. (Rahardja, 2003).
Klasifikasi botani biasanya hanya berdasarkan sifat-sifat reproduksinya, sedangkan penyambungan justru yang dipertimbangkan adanya persamaan sifat-sifat vegetatif tanaman. Selama ini yang digunakan sebagai patokan untuk melakukan penyambungan adalah berdasarkan sifat botaninya, maka tidak jarang suatu penyambungan mengalami kegagalan.(Adinugraha, 2011).


III.           PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1    Waktu dan Tempat Praktikum
      Praktikum dilaksanakan hari Kamis Pukul 14.00 – 16.00 WIB di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
3.2    Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi tanaman durian, asoka, plastik pembungkus, silet dan spidol permanen.
3.3    Prosedur Kerja
1.      Bahan sambungan dipilih yang mempunyai umur hampir sama antara batangatas dan batang bawah.
2.      Dibuat potongan pada batang atas maupun batang bawah dengan bentuksambungan baji atau baji terbalik.
3.      Batang atas yang telah dibuat bentuk sambungan tadi dimasukkan ke dalam batang bawah.
4.      Bagian sambungan diikat dengan menggunakan plastic dan usahakan tidak bergeser sambungan yang diikat.
Penanaman
1.      Diisi campuran tanah,dan pupuk kandang dengan tanaman sambungan yg telah selesai dilakukan pada polibag yang d
2.      Diletakan polibag yang ada tanaman di bawah naungan dan dipelihara (disiram)
Pemeliharaan
Setelah dilakukan penyambungan, maka bahan tanam diletakan di bawah naungan. Dilakukan penyiraman pada polibag jika dianggap perlu (sesuai kondisi).

3.4    Sifat yang Diamati
Sifat yang diamati yaitu persentase hidup sambungan.









IV.      HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
            Tanaman yang disambung meliputi tanaman asoka dan tanaman durian. Tanaman durian yang disambung sebanyak 6 tanaman dan tanaman asoka sebanyak 3 tanaman. Tahapan penyambungan dapat dilihat pada Gambar 1.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)

(f)
(g)
(h)
Keterangan : (a) persiapan batang atas. (b) persiapan batang bawah. (c) penyambungan batang atas dan bawah. (d) tanaman yang telah disambung. (e) tanaman asoka batang atas atas bunga kuning dan batang bawah bunga merah. (f) dan (g) tanaman asoka batang atas bunga merah dan batang bawah bunga warna kuning.
Persentase hidup sambung (tanaman durian)
 x 100 % = 0%
Persentase hidup sambung (tanaman asoka)
 x 100 % = 100%

4.3    Pembahasan
Pada acara penyambungan dilakukan dilahan pratikum budidaya pertanian, dimana kami melakukan penyambungan pada tanaman durian dan asoka pada pratikum ini diperoleh hasil yang  memuaskan pada tanaman asoka sebab dari semua tanaman yang di coba lakukan semua tanaman hidup dengan baik. Tetapi pada tanaman durian sebaliknya, semua tanaman mati. Beberapa tanaman durian terserang jamur pada bagian penyambungan. proses Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyambungan seperti :
1.      Scion yang dijadikan bahan sambungan tersebut tidak cacat dan masih dalam keadaan segar, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dan berbatang bulat.
2.      Grafting tidak terkena secara langsung terik matahari maupun air hujan.
3.      Bagian sambungan kambium harus menempel seerat mungkin, paling tidak salah satu dari bagiannya.
4.      Pisau dan gunting yang digunakan untuk kegiatan sambungan ini yang tajam dan tidak berkarat agar sambungan tidak terinfeksi oleh penyakit.
5.      Dikerjakan dengan secepat mungkin, dengan kerusakan minimum pada kambium, dan diusahakan penyayatan pada scion jangan sampai berulang-ulang.
6.      Usahakan untuk menjaga bagian yang terluka, baik pada scion maupun pada rootstock agar tetap dalam keadaan lembab.
7.      Bagian sambungan harus dijaga dari kekeringan sampai beberapa minggu setelah penyambungan.
Keuntungan dan Kerugian Perbanyakan Tanaman Secara Grafting adalah :
a. Keuntungan
1.      Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya.
2.      Bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperatur yang rendah, atau gangguan lain yang terdapat di dalam tanah.
3.      Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh, sehingga jenis yang tidak di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki.
4.      Dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman buah-buahan) dan mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika tanaman kehutanan).
b.  Kerugian
1.      Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar gampang patah jika ditiup angin kencang
2.      Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara scion dan rootstock













V.       KESIMPULAN
5.1  Kesimpulan
1.    Penyambungan (Grafting) merupakan salah satu teknik pengembangbiakan vegetatif dengan cara menggabungkan batang atas dan batang bawah untuk menghasilkan tanaman baru yang lebih unggul sesuai kriteria yang diinginkan.
2.    Tanaman durian yang disambung mengalami kegagalan yang disebabkan oleh kesalahan pada saat melakukan penyambungan sehingga terjadi inkompatibilitas antara batang atas dan batang bawah.
3.    Tanaman asoka yang disambung mengalami keberhasilan dan tanaman mampu tumbuh kompak.

5.2  Saran
Pada praktikum yang akan datang diharapkan praktikan melakukan latihan terlebih dahulu agar sambung yang dilakukan tidak mengalami kegagalan yang disebabkan karena kesalahan teknik penyambungan.




















PERTANYAAN DAN JAWABAN
1.      Sebutkan syarat tanaman yang akan dilakukan penyambungan?
Jawab :

Syarat batang bawah untuk penyambungan

  1. Dapat menggunakan batang bawah yang memiliki batang kuat, perakaran baik dan tahan terhadap penyakit busuk akar.
  2. Berdiameter 3-5 mm, berumur sekitar 3-4 bulan.
  3. Memiliki pertumbuhan yang baik dan juga mudah dalam pengupasan batang, serta memiliki mata tunas .
  4. Di sarankan penyiraman di lakukan secukupnya
  5. Batang bawah di berikan pupuk ure 1-2 minggu sebelum penempelan.

Syarat batang atas untu penyambungan

  1. Batang atas diambil dari indukan yang sehat, tidak serang hama dan penyakit dan pertumbuhan cepat.
  2. Pengambilan batang atas di lakukan dengan cara penguntingan atau pisau yang tajam batang batang atas.
  3. Bagian batang sebaiknya di pilih pada batang yang terkena cahaya matahri penuh, sehingga kemungkinan cabang memiliki mata tunas yang banyak dan sehat.
  4. Kemudian melakukan pembuangan pada cabang yang tidak di gunakan.
2.      Apa perbedaan antara sambung baji dengan sambung baji terbalik ?
Jawab : perbedaanya ada pada pengirisan batang atas bawah.
3.      Apakah semua tanaman bisa disambung ?
Jawab : tidak, tanaman yang mengandung fenol yang tinggi seperti sawo dan nangka sulit dilakukan penyambungan dan tingkat keberhasilan sangat kecil.









DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, Hamdan Adma. 2011. Teknik Pembibitan Tanaman Hutan. From: http://forestryinformation.wordpress.com pada tanggal 24 Desember 2016, Pukul 00.41 WIB.

Rahardja, P.C.,Wahyu Wiryanta. 2003.Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Cetakan ke-1.
Depok. Penerbit AgroMedia Pustaka.

Suwandi. Petunjuk Teknis Perbanyakan Tanaman Dengan Cara Sambungan (Grafting).  From: www.biotifor.or.id pada tanggal 24 Desember 2016, pukul 00.41 WIB.

Widiarsih, S. 2008. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan. From http://willy.situshijau.co.id pada tanggal 24 Desember 2016, pukul 00.41 WIB.

Wudianto, R. , 2002, Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi, P. T. Penebar Swadaya: Jakarta.