LAPORAN
PRAKTIKUM PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI
ACARA VI
PEMELIHARAAN TANAMAN INDSUTRI KARET
PADA PTPN 7
Disusun
oleh :
Nama : Nico
Dwi Ardiyansah
NPM : E1J013079
Shift : A1 . Senin (08:00-10:00)
Dosen :
Dr.Ir. M.Taufik, MS
Coass : Iche Puspitasari
LABORATORIUM
AGRONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2015
LEMBAR
PEMGESAHAN
Disusun
sebagai laporan akhir semua kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan
PRODUKSI
TANAMAN INDUSTRI
Oleh
Nama : Nico Dwi Ardiansyah
NPM
: E1J013079
Laporan
ini telah diperiksa dan disetujui
Oleh
dosen / Co-ass pada
Tanggal
28 Mei 2015
Bengkulu, 28 Mei 2015
Mengetahui Mengesahkan Praktikan
Dosen, Co-Ass
Dr. Ir. M.Taufik,M.S. Iche Puspitasari Nico Dwi Ardiyansah
Daftar Isi
COVER................................................................................................................................................. i
LEMBAR
PENGESAHAN................................................................................................................ ii
DAFTAR
ISI........................................................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN....................................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................
1
1.2 Tujuan...............................................................................................................................................
1
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................
2-8
BAB
III PELAKSANAAN PRAKTIKUM......................................................................................
9
3.1 Waktu Dan Tempat.......................................................................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan................................................................................................................................. 10
3.3 Cara Kerja......................................................................................................................................... 10
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................
10
4.1 Hasil..................................................................................................................................................
10-13
4.2 Pembahasan......................................................................................................................................
13
BAB
V PENUTUP............................................................................................................................... 14
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................................................
iv
LAMPIRAN.........................................................................................................................................
v
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkebunan karet memberikan peranan
penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan
baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus
berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Tanaman
karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup
penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki
prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani
karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya .
Karet
merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya
peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir
terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi
1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan
devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang
merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas. Sejumlah lokasi di Indonesia
memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada
di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005
tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya
7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi
karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton.
Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan
pertanian milik petani dan juga lahan kosong /tidak produktif yang sesuai untuk
perkebunan karet. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia
terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatkan
pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa
merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan
1.2 Tujuan Praktikum
Untuk
mengetahui berbagai macam proses penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan
tanaman karet di PTPN 7 padang pelawi.
1.3 Manfaat Yang
Diharapkan
Diharapkan
dengan adanya kunjungan Praktikum ke PTPN 7 ini,mahasiswa dapat mengetahui cara
budidaya tanaman karet dalam skala besar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan
tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak
daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak
daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis,
memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul (Anwar, 2001).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan
berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman
biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa
kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah
utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks
.Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang.
Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Sistem
perakaran yang bercabang pada setiap akar utamanya (Santosa, 2007).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi
jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran
biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak
berpola yang khas (Aidi dan Daslin, 1995).
Bunga pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada
setiap bagian bunga yang tumbuh. Bunga berwarna putih, rontok bila sudah
membuahi, beserta tangkainya. Bunga terdiri dari serbuk sari dan putik
(Maryadi. 2005).
Syarat Tumbuh Tanaman Karet
Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada
zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak
terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat (Suhendry, I. 2002).
Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C
sampai 35 ° C dengan suhu optimal rata-rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet
membutuhkan intensitas matahari yang cukup antara 5 sampai 7 jam (Santosa.
2007.).
Curah HujanTanaman karet memerlukan curah hujan
optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara
100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari,
produksi akan berkurang (Radjam, Syam. 2009.).
Ketinggian Tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada
dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600
m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet (Nazaruddin dan
F.B. Paimin. 1998.).
Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet.
Angin yang kencang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet yang berasal
dari klon-klon tertentu dalam berbagai jenis tanah, baik pada tanah latosol,
podsolik merah kuning, vulkanis bahkan pada tanah gambut sekalipun (Maryadi.
2005).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya
kurang baik untuk penanaman karet Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam
mensiasati penanaman karet, akan tetapi untuk lahan lebak perlu adanya
trik-trik khusus untuk mensiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut antara lain
dengan pembuatan petak-petak guludan tanam, jarak tanam dalam barisan agar
lebih diperapat. Metode ini dipakai berguna untuk memecah terpaan angin
(Deptan. 2006.).
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada
umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat
kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan
perbaikan sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut
< 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama
struktur,btekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi
sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah
alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan
aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 – pH 8,0 tetapi
tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok
untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
-
Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
-
Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
-
Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
-
Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
-
Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
-
Kemiringan tanah < 16% dan
-
Permukaan air tanah < 100 cm
(Anwar,
2001).
PEMELIHARAAN TANAMAN KARET
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan
tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit
tanaman (Deptan, 2006).
Pengendalian Gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum
menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari
gulma seperti alang alang,Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman
dapat tumbuh dengan baik (Maryadi, 2005).
Program Pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat
penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus
dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal
pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II
yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru
dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu
lebih dahulu dari Urea dan KCl. Sementara itu untuk tanaman kacangan penutup
tanah, diberikan pupuk RP sebanyak 200 kg/ha, yang pemberiannya dapat
dilanjutkan sampai dengan tahun ke-2 (TBM-2) apabila pertumbuhannya kurang baik
(Nazaruddin dan Paimin, 1998).
Pemberantasan Penyakit Tanaman
Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis
di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan
hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya
pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian secara terpadu
dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan.
Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit
tersebut dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang
ditimbulkannya. Penyakit tanaman karet yang umum ditemukan pada perkebunan
adalah :
a. Jamur Akar Putih
(Rigidoporus microporus)
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur
Rigidoporus microporus (Rigidoporus lignosus). Penyakit ini mengakibatkan
kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi
atau ujung daun terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting
menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal.
Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak
tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna
jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada serangan berat, akar
tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman
sering merambat pada tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung
melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggultunggul, sisa akar tanaman atau
perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet
umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak tunggul atau sisa
akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir. Pengobatan tanaman sakit
sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan
pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan
pada waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah
80%. Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
Pengolesan
: Calixin
CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman
: Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton
250 EC, Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan
Vectra 100 SC.
Penaburan
:
Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
b. Kekeringan Alur Sadap
(Tapping Panel Dryness, Brown Bast)
Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan
kekeringan alur sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini
tidak mematikan tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu
sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks
ethepon. Adanya kekeringan alur sadap mula-mula ditandai dengan tidak
mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap. Kemu-dian dalam beberapa minggu
saja kese-luruhan alur sadap ini kering tidak me-ngeluarkan lateks. Bagian yang
kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena pada bagian ini terbentuk
gum (blendok). Kekeringan kulit tersebut dapat meluas ke kulit lainnya yang
seumur, tetapi tidak meluas dari kulit perawan ke kulit pulihan atau
sebaliknya. Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini adalah terjadinya
pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan:
Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan
mengurangi pemakaian Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering
alur sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100. Bila
terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada lateks yang
dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap sampai
10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan intensitasnya dari 1/2S d/2
menjadi 1/2S d/3 atau 1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon dikurangi atau
dihentikan untuk mencegah agar pohon-pohon lainnya tidak mengalami kering alur
sadap. Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mm dari kambium dengan
memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles dengan bahan
perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96 sekali satu bulan dengan 3
ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida Matador 25
EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang
penggerek. Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang kering atau di
panel lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau 1/2S d/4).
Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap. Pohon
yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk
mempercepat pemulihan kulit (Aidi dan Daslin, 1995).
KRITERIA BIDANG SADAP
Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap
pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa
menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan
tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”.
Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari
pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus
sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin
bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya (Santosa,
2007).
Penyadapan
dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan
menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat membahayakan
kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka
diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm
sebelum kambium (Radjam, 2009).
Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari
kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan
menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan
menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan.
Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah..
Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu
lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam
mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah
dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus
ke bawah yang ditampung dengan wadah (Anwar, 2001).
WAKTU PENYADAPAN
Waktu
penyadapan yang baik adalah jam 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar pemikirannya:
Jumlah
lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor
sel
Tekanan
turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari
semakin siang
Pelaksanaan
penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah cukup terang (Nazaruddin
dan Paimin, 1998).
Tanda-tanda kebun mulai disadap adalah umur
rata-rata 6 tahun atau 55% dari areal 1 hektar sudah mencapai lingkar batang 45
Cm sampai dengan 50 Cm. Disadap berselang 1 hari atau 2 hari setengah lingkar
batang, denga sistem sadapan/rumus S2-D2 atau S2-D3 hari (Maryadi, 2005).
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada
(a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan
(bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah
matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di
atas tiba (Anwar, 2001).
BAGIAN-BAGIAN TANAMAN KARET YANG
DISADAP
Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap
pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa
menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan
tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”.
Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan
sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat.
Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah
umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur 16 tahun
produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26 tahun
produksinya akan menurun (Santosa, 2007).
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon
karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan
terlalu dalam dapat membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat
kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem)
akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum cambium (Aidi dan Daslin, 1995).
Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari
kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan
menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan
menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan.
Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah..
Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu
lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam
mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah
dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus
ke bawah yang ditampung dengan wadah (Maryadi, 2005).
PEMULIHAN BIDANG SADAP
Lateks adalah getah seperti susu dari banyak
tumbuhan yang membeku ketika terkena udara. Ini merupakan emulsi kompleks yang
mengandung protein, alkaloid, pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada
banyak tumbuhan lateks biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna
kuning, jingga, atau merah Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan
harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi,
menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor
kesehatan tanaman agar tanaman dapat berproduksi secara optimal dan dalam waktu
yang lama (Siregar, 1995).
Dalam praktiknya untuk kelangsungan produksi, hal
yang sangat mendasar adalah di dalam pemulihan bidang sadap. Agar bidang sadap
dapat kembali pulih tentu ada yang dipelukan di dalam penyadapanya. Menghindari
penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap adalahsalah satu
cara agar bidang sadp dapat kembali pulih dan pohon yang mengalami kekeringan
alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit
(Santosa, 2007 ).
Memperistirahtkan tanaman dalam waktu tertentu
juga merupakan konsep pemulihan bidang sadap, karena tanaman akan
mengoptimalakan kembali bagian-bagian tanaman yang telah mengalami pelukaan.
Begitu juga dengan pemberian unsur hara untuk kelnjutan tanaman itu sendiri
sehingga pertumbuhanya akan lebih optimal tentunya pemulihan bagian-bagian yang
disadap (Nazaruddin dan Paimin, 1998).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1
Waktu Dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari sabtu pukul 12:00
WIB. Di PTPN 7 Padang Pelawi.
3.2 Bahan Dan Alat
Buku catatan, pena, serta alat tulis
lainya yang diperlukan.
3.2 Cara
Kerja
Petunjuk :
1.
Kegiatan dilakukan
secara kelompok dengan anggota 4-5 orang mahasiswa yang akan disampaikan pada
waktu pelaksanaan kegiatan.
2. Bawa peralatan tulis dan alas untuk wawancara.
3. Persiapan daftar pertanyaan untuk wawancara.
4.
Laporan dibuat
sesuai format yang ditentukan.
Yang perlu
diamati pada tanaman karet belum
menghasilkan :
1.
Gulma apa saja
yang dominan tumbuh di perkebunan dan karet sebelum sadap.
2. Ditanyakan ke pihak kebun cara-cara pengendalian
gulma yang dilaksanakan atau ada berapa cara mengendalikan gulma di perkebunan
karet.
3. Diperlukan foto atau diamati gulma yang tumbuh di batang karet.
4. Untuk karet periode pemupukan dalam setahun
berapa kali dan pupuk yang digunakan, serta apakah ada penggunaan kapur dan
suplemen lain yang dapat meningkatkan pertumbuhan.
5.
Sebelum
pemupukan apakah ada analisis tanah yang dilakukan pihak perkebunan.
Untuk tanaman karet menghasilkan yang perlu diamati
atau dipertanyakan ke pihak kebun :
1.
Pupuk dan jenis
serta periode pemupukan berapa kali dalam setahun.
2. Apakah perlu selalu dilakukan pengapuran.
3. Gulma apa saja yang dominan pada tanaman karet yang sudah menghasilkan.
4. Cara pengendalian gulma ada berapa cara
5. Perlu juga diamati lebar piringan pada tanaman
karet, piringan untuk apa kegunaanya.
6. Apa perlu diberi suplemen lain untuk meningkatkan
hasil seperti 1 kiesrit.
7.
Dimana
ditempatkan tempat pemungutan hasil.?
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1
Bahan
tanam
Bahan tanam yang digunakan yaitu PB
260 Quickstarter dan Slowstarter. Untuk Quickstarter pertumbuhan tanamannya
lebih cepat dibandingkan dengan slowstarter namun lateks yang dihasilkan lebih
sedikit. Untuk tanaman jenis
slowstarter, pertumbuhannya agak lambat namun lateks yang dihasilkan lebih
banyak dibandingkan Quickstarter.
4.1.2
Cara
Pembibitan Yang dilakukan Berupa Teknik Okulasi
- Okulasi merupakan penempelan mata
tunas pada batang bawah (stump) dengan syarat utama okulasi yaitu lilit
batang 7 cm , daun tua (sehat).
- Pelaksanaan okulasi :
Batang
dilap buka jendela
okulasi ambil mata tunas memasukan mata tunas pada
jendela okulasi
membalut okulasi dengan plastik.
-Pemeriksaan
Hasil Okulasi :
1. Periksa
1 ( 3 minggu setelah okulasi )
2. Periksa
II ( 1 minggu setelah periksa 1)
-
Penyerongan : dilakukan satu minggu sebelum pembongkaran
-
Pembongkaran bibit :
1. Panjang
akar tunggang 30 cm.
2. Panjang
akar lateral 5 cm.
3. Menggunakan
pulling jack.
-seleksi
dan potong akar (sebelum okulasi).
Sebelum
melakukan okulasi, mata tunas diseleksi yang meliputi :
1. Seleksi
mata
2. Seleksi
penyakit dan seleksi akar.
-pemotongan
akar
1. Akar
tunggang dipotong 30 cm (disesuaian ukuran polybag)
2. Akar
lateral disiskan 1-2 cm.
4.1.3Pemeliharaan
TBM
1. Weeding 4. Menunas 7. Bokor
2. Wiping 5. Pemupukan 8. Pemeliharaan jalan
3. Strip
weeding 6. Hama
Penyakit 9. Pemeliharaan saluran
air.
4.1.4
Pemupukan
1. Syarat
teknis
Curah hujan minimal 50 mm / dekade ( dasa hari )
Bokoran / piringan bersih dari gulma
4 T, dosis, jenis, caran, waktu.
Pemupukan efektif jika :
1. Tepat
dosis (jumlah yang dibutuhkan cukup)
2. Tepat
jensi ( semua unsur hara yang diperlukan diberikan).
3. Tepat
cara (pupuk ditabur atau dipoket)
4. Tepat
waktu / kondisi ( rotasi / curah hujan).
Pengendalian
hama penyakit : EWS
4.1.5
Penyadapan
Sistem
sadap D3 (tanaman disada setengah lingkarbatang 3 hari sekali).
Persiapan
1. Matang
sadap (lilit batanng 45 cm ) dan tinggi
dari permukaan 100 cm.
2. Buka sadap ( lilit batang mulai dibuka ) dan
tinggi dari permukaan 130 cm.
-
Matang sadap (lilit batang 45 cm) ,
homogenitas 65-75 % tebal kulit 7 mm.
-
Persiapan buka sadap
1. Pastikan
lilit batang > 45 cm dengan tanda botol 3 dan popuasi mencapai 60 % dari
areal.
2. Menggambar
bidang sadap, ditentukan bidang BO-1
sebelah timur pohon ½ lingkaran (1/2 S) tinggi 130 cm dan alur terbawah dengan
kemiringa 400.
3. Dibuat
senderan depan dan belakang yang membagi ½ lingkaran pohon.
4. Tahapan
buka sadap dimulai sebagai berikut :
1. Irisan
ke 1, 1 mm memperjelas gambar alur 40o.
2. Irisan
ke 2. Menambah kedalam 1 mm , memperdalam alur sadap posisi pisau 90o
tegak lurus pohon.
3. Irisan
ke 3 , 4 menambah kedalaman 2 mm membuat benteng alur posisi
pisau 90o tegak lurus
pohon.
4. Irisan
ke 5, menambah kedalam menjadi 5 mm, posisi pisau 45o terhadap tegak
pohon.
WAKTU PENYADAPAN
5.
Waktu penyadapan yang baik adalah jam
5.00 – 7.30 pagi dengan dasar pemikirannya:
6.
Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan
aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel
7.
Tekanan turgor mencapai maksimum pada
saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari semakin siang
4.2 Pembahasan
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilaksanakan di PTPN 7, kegiatan-kegiatan yang kami
bahas dilapangan antara lain bahan tanam yang digunakan,cara pembibitan yang
dilakukan, cara pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan , cara
pemeliharaan tanaman yang telah menghasilkan serta cara penyadapan. Untuk cara
pengolahan lateks tidak kami amati karena mengingat waktu yang diperlukan tidak
cukup.
Tanaman
karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi
pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan
memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa
kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini
mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks .Sesuai dengan sifat
dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang
batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Sistem perakaran yang bercabang
pada setiap akar utamanya.
Disamping
tanaman karet, salah satu tanaman yang dibudidayakan untuk mengendalikan gulma
dan sebagai penambat N yaitu tanaman LCC (Leguminose Cover Crop) yaitu jenis
mukona. Tanaman ini tidak diperlukan perawatan yang cukup optimal hanya dipupuk
satu kali dalam satu kali tanam. Kemudian memotong bagian tanaman yang menjalar
kearah tanaman karet karena jika tidak dipotong akan melilit ke tanaman pokok
sehingga mengganggu pertumbuhan karet.
Penyakit
yang sering menyerang tanaman karet yaitu penyakit jamur akar putih disebabkan
oleh jamur Rigidoporus microporus (Rigidoporus lignosus). Penyakit ini
mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat
kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan
ujung ranting menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan
buah lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur
berwarna putih dan agak tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan
buah mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman.
Pada serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang
dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada tanaman tetangganya.
Bagian tanaman karet yang diambil yaitu lateks. Lateks
adalah getah seperti susu dari banyak tumbuhan yang membeku ketika terkena
udara. Ini merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati,
gula, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya
berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah Untuk
memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu
agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan.
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon
karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan
terlalu dalam dapat membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat
kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem)
akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum kambium. Setelah disadap, maka lateks
diambil dan dikumpulkan di tempat pengumpulah hasil (TPH) untuk ditimbang
kemudian dibawa ke pabrik untuk diolah lebih lanjut.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dikerjakan,
bahwa teknik budidaya tanaman karet yang ada di PTPN 7 sesuai dengan teori yang
ada, artinya pengusahaan perkebunan karet mengikuti teori yang bersumber dari
penelitian yang sudah ada. Berbeda dengan sistem perkebunan rakyat yang sangat
sedikit mengikuti panduan atau teori pembudidayaan karet sehingga produksi
karet pada perkebunan rakyat lebih rendah serta kualitasnya dibawah rata-rata.
Maka dari itu perlunya sosialisasi dari para penyuluh pertanian terhadap petani
karet untuk mengikuti prosedur pembudidayaan sesuai dengan panduan teori yang
ada sebelumnya, sebab dengan cara seperti itu petani dapat menghasilkan karet
atau lateks yang berkualitas lebih tinggi dibanding dengan biasanya.
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dikerjakan,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Budidaya
tanaman karet yang diolah oleh PTPN 7 mencakup ribuan hektar. Pembudidayaan
meliputi pemilihan bahan tanam dengan teknik
okulasi,pembibitan,pengajiran,pembuatan lubang tanam, penanaman,pemeliharaan
yang meliputi pemupukan dan pengendalian hama penyakit, penyadapan, serta
pengolahan dipabrik. Namun pengolahan dipabrik tidak kami laksanakan karena
waktu yang tidak mencukupi.
2. Proses
Pembibitan PTPN dibagi menjadi 3 , yaitu untuk lahan pre nursery, main nursery
dan kebun entres. Lahan Pre nursery meliputi lahan untuk pengolahan
benih,pendederan sampai menghasilkan bibit siap tanam. Kemudian main nursery
meliputi pengolahan lahan, land
clearing, blocking, penanaman kecambah, pemeliharaan understump,okulasi, hingga
bibit siap tanam di areal produksi. Dan untuk kebun entres meliputi pemeliharaan kebun,pemangkasan kebun
entres dan pemeliharaan mata entres.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar