Blogger Widgets
Powered By Blogger

Rabu, 02 September 2015

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI PEMELIHARAAN TANAMAN DI PTPN 7 ACARA VI


         LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI
ACARA VI
PEMELIHARAAN TANAMAN INDSUTRI KARET PADA PTPN 7

Disusun oleh :                
                                    Nama : Nico Dwi Ardiyansah
                                    NPM  : E1J013079
                                    Shift   : A1 . Senin (08:00-10:00)
                                    Dosen : Dr.Ir. M.Taufik, MS
                                    Coass  : Iche Puspitasari
                    
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
LEMBAR PEMGESAHAN

Disusun sebagai laporan akhir semua kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan

PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI
Oleh

Nama   : Nico Dwi Ardiansyah
NPM   : E1J013079



Laporan ini telah diperiksa dan disetujui
Oleh dosen / Co-ass pada
Tanggal 28 Mei 2015


                       Bengkulu, 28 Mei 2015
Mengetahui                                            Mengesahkan                                           Praktikan
Dosen,                                                         Co-Ass


Dr. Ir. M.Taufik,M.S.                            Iche Puspitasari                                Nico Dwi Ardiyansah

Daftar  Isi

COVER................................................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................ 2-8
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM...................................................................................... 9
3.1 Waktu Dan Tempat.......................................................................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan................................................................................................................................. 10
3.3 Cara Kerja......................................................................................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................ 10
4.1 Hasil.................................................................................................................................................. 10-13
4.2 Pembahasan...................................................................................................................................... 13
BAB V PENUTUP............................................................................................................................... 14
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... iv
LAMPIRAN......................................................................................................................................... v























BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya .
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas. Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan juga lahan kosong /tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan
1.2 Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui berbagai macam proses penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan tanaman karet di PTPN 7 padang pelawi.
1.3 Manfaat Yang Diharapkan
Diharapkan dengan adanya kunjungan Praktikum ke PTPN 7 ini,mahasiswa dapat mengetahui cara budidaya tanaman karet dalam skala besar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul (Anwar, 2001).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks .Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Sistem perakaran yang bercabang pada setiap akar utamanya (Santosa, 2007).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas (Aidi dan Daslin, 1995).
Bunga pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada setiap bagian bunga yang tumbuh. Bunga berwarna putih, rontok bila sudah membuahi, beserta tangkainya. Bunga terdiri dari serbuk sari dan putik (Maryadi. 2005).
Syarat Tumbuh Tanaman Karet
Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat (Suhendry, I. 2002).
Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 ° C dengan suhu optimal rata-rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas matahari yang cukup antara 5 sampai 7 jam (Santosa. 2007.).
Curah HujanTanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam, Syam. 2009.).
Ketinggian Tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998.).
Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu dalam berbagai jenis tanah, baik pada tanah latosol, podsolik merah kuning, vulkanis bahkan pada tanah gambut sekalipun (Maryadi. 2005).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam mensiasati penanaman karet, akan tetapi untuk lahan lebak perlu adanya trik-trik khusus untuk mensiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut antara lain dengan pembuatan petak-petak guludan tanam, jarak tanam dalam barisan agar lebih diperapat. Metode ini dipakai berguna untuk memecah terpaan angin (Deptan. 2006.).
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur,btekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 – pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
-          Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
-          Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
-          Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
-          Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
-          Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
-          Kemiringan tanah < 16% dan
-          Permukaan air tanah < 100 cm
(Anwar,  2001).
PEMELIHARAAN TANAMAN KARET
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman (Deptan, 2006).
Pengendalian Gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang alang,Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Maryadi, 2005).
Program Pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. Sementara itu untuk tanaman kacangan penutup tanah, diberikan pupuk RP sebanyak 200 kg/ha, yang pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan tahun ke-2 (TBM-2) apabila pertumbuhannya kurang baik (Nazaruddin dan  Paimin, 1998).
Pemberantasan Penyakit Tanaman
Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya. Penyakit tanaman karet yang umum ditemukan pada perkebunan adalah :

a. Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus)
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus (Rigidoporus lignosus). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggultunggul, sisa akar tanaman atau perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak tunggul atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir. Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
Pengolesan            :  Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman            :  Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton       250 EC, Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC.
Penaburan               :  Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
b. Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown Bast)
Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Adanya kekeringan alur sadap mula-mula ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap. Kemu-dian dalam beberapa minggu saja kese-luruhan alur sadap ini kering tidak me-ngeluarkan lateks. Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena pada bagian ini terbentuk gum (blendok). Kekeringan kulit tersebut dapat meluas ke kulit lainnya yang seumur, tetapi tidak meluas dari kulit perawan ke kulit pulihan atau sebaliknya. Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini adalah terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan:
Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering alur sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100. Bila terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada lateks yang dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap sampai 10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan intensitasnya dari 1/2S d/2 menjadi 1/2S d/3 atau 1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon-pohon lainnya tidak mengalami kering alur sadap. Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mm dari kambium dengan memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96 sekali satu bulan dengan 3 ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerek. Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang kering atau di panel lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau 1/2S d/4). Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap. Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit (Aidi dan Daslin, 1995).
KRITERIA BIDANG SADAP
Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya (Santosa, 2007).
       Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum kambium (Radjam, 2009).
Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan wadah (Anwar, 2001).
WAKTU PENYADAPAN
Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar pemikirannya:
Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel
Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari semakin siang
Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah cukup terang (Nazaruddin dan  Paimin, 1998).
Tanda-tanda kebun mulai disadap adalah umur rata-rata 6 tahun atau 55% dari areal 1 hektar sudah mencapai lingkar batang 45 Cm sampai dengan 50 Cm. Disadap berselang 1 hari atau 2 hari setengah lingkar batang, denga sistem sadapan/rumus S2-D2 atau S2-D3  hari (Maryadi, 2005).
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba (Anwar,  2001).
BAGIAN-BAGIAN TANAMAN KARET YANG DISADAP
Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26 tahun produksinya akan menurun (Santosa, 2007).
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum cambium (Aidi dan Daslin, 1995).
Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan wadah (Maryadi, 2005).
PEMULIHAN BIDANG SADAP
Lateks adalah getah seperti susu dari banyak tumbuhan yang membeku ketika terkena udara. Ini merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor kesehatan tanaman agar tanaman dapat berproduksi secara optimal dan dalam waktu yang lama (Siregar, 1995).
Dalam praktiknya untuk kelangsungan produksi, hal yang sangat mendasar adalah di dalam pemulihan bidang sadap. Agar bidang sadap dapat kembali pulih tentu ada yang dipelukan di dalam penyadapanya. Menghindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap adalahsalah satu cara agar bidang sadp dapat kembali pulih dan pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit  (Santosa, 2007 ).
Memperistirahtkan tanaman dalam waktu tertentu  juga merupakan konsep pemulihan bidang sadap, karena tanaman akan mengoptimalakan kembali bagian-bagian tanaman yang telah mengalami pelukaan. Begitu juga dengan pemberian unsur hara untuk kelnjutan tanaman itu sendiri sehingga pertumbuhanya akan lebih optimal tentunya pemulihan bagian-bagian yang disadap  (Nazaruddin dan  Paimin, 1998).




BAB III
    PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari sabtu pukul 12:00 WIB.  Di PTPN 7 Padang Pelawi.
3.2 Bahan Dan Alat
Buku catatan, pena, serta alat tulis lainya yang diperlukan.

3.2 Cara Kerja
Petunjuk :
1.      Kegiatan dilakukan secara kelompok dengan anggota 4-5 orang mahasiswa yang akan disampaikan pada waktu pelaksanaan kegiatan.
2.      Bawa peralatan tulis dan alas untuk wawancara.
3.      Persiapan daftar pertanyaan untuk wawancara.
4.      Laporan dibuat sesuai format yang ditentukan.
Yang perlu diamati pada  tanaman karet belum menghasilkan :
1.      Gulma apa saja yang dominan tumbuh di perkebunan dan karet sebelum sadap.
2.      Ditanyakan ke pihak kebun cara-cara pengendalian gulma yang dilaksanakan atau ada berapa cara mengendalikan gulma di perkebunan karet.
3.      Diperlukan foto atau diamati  gulma yang tumbuh di batang karet.
4.      Untuk karet periode pemupukan dalam setahun berapa kali dan pupuk yang digunakan, serta apakah ada penggunaan kapur dan suplemen lain yang dapat meningkatkan pertumbuhan.
5.      Sebelum pemupukan apakah ada analisis tanah yang dilakukan pihak perkebunan.
Untuk  tanaman karet menghasilkan yang perlu diamati atau dipertanyakan ke pihak kebun :
1.      Pupuk dan jenis serta periode pemupukan berapa kali dalam setahun.
2.      Apakah perlu selalu dilakukan pengapuran.
3.      Gulma apa saja yang dominan pada tanaman  karet yang sudah menghasilkan.
4.      Cara pengendalian gulma ada berapa cara
5.      Perlu juga diamati lebar piringan pada tanaman karet, piringan untuk apa kegunaanya.
6.      Apa perlu diberi suplemen lain untuk meningkatkan hasil seperti 1 kiesrit.
7.      Dimana ditempatkan tempat pemungutan hasil.?


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Pengamatan
4.1.1        Bahan tanam
Bahan tanam yang digunakan yaitu PB 260 Quickstarter dan Slowstarter. Untuk Quickstarter pertumbuhan tanamannya lebih cepat dibandingkan dengan slowstarter namun lateks yang dihasilkan lebih sedikit. Untuk  tanaman jenis slowstarter, pertumbuhannya agak lambat namun lateks yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan Quickstarter.
4.1.2        Cara Pembibitan Yang dilakukan Berupa Teknik Okulasi
- Okulasi merupakan penempelan mata tunas pada batang bawah (stump) dengan syarat utama okulasi yaitu lilit batang  7 cm , daun tua (sehat).
- Pelaksanaan okulasi :
Batang dilap                     buka jendela okulasi                  ambil mata tunas                    memasukan mata tunas pada jendela okulasi                    membalut okulasi dengan plastik.
-Pemeriksaan Hasil Okulasi :
1.      Periksa 1 ( 3 minggu setelah okulasi )
2.      Periksa II ( 1 minggu setelah periksa 1)
- Penyerongan : dilakukan satu minggu sebelum pembongkaran
- Pembongkaran bibit :
1.      Panjang akar tunggang 30 cm.
2.      Panjang akar lateral 5 cm.
3.      Menggunakan pulling jack.
-seleksi dan potong akar (sebelum okulasi).
Sebelum melakukan okulasi, mata tunas diseleksi yang meliputi :
1.      Seleksi mata
2.      Seleksi penyakit dan seleksi akar.
-pemotongan akar
1.      Akar tunggang dipotong 30 cm (disesuaian ukuran polybag)
2.      Akar lateral disiskan 1-2 cm.
4.1.3Pemeliharaan TBM
1.      Weeding                           4. Menunas                   7. Bokor
2.      Wiping                             5. Pemupukan                8. Pemeliharaan jalan
3.      Strip weeding                   6. Hama Penyakit          9. Pemeliharaan saluran air.

4.1.4        Pemupukan
1.      Syarat teknis
Curah hujan minimal 50 mm / dekade ( dasa hari )
Bokoran / piringan bersih dari gulma
4 T, dosis, jenis, caran, waktu.
Pemupukan efektif jika :
1.      Tepat dosis  (jumlah yang dibutuhkan cukup)
2.      Tepat jensi ( semua unsur hara yang diperlukan diberikan).
3.      Tepat cara (pupuk ditabur  atau dipoket)
4.      Tepat waktu / kondisi ( rotasi / curah hujan).
Pengendalian hama penyakit : EWS
4.1.5 Penyadapan
Sistem sadap D3 (tanaman disada setengah lingkarbatang 3 hari sekali).
Persiapan
1.      Matang sadap (lilit batanng 45 cm ) dan tinggi  dari permukaan  100 cm.
2.      Buka  sadap ( lilit batang mulai dibuka ) dan tinggi dari permukaan  130 cm.
-          Matang sadap (lilit batang 45 cm) , homogenitas 65-75 % tebal kulit 7 mm.
-          Persiapan buka sadap
1.      Pastikan lilit batang > 45 cm dengan tanda botol 3 dan popuasi mencapai 60 % dari areal.
2.      Menggambar bidang sadap, ditentukan  bidang BO-1 sebelah timur pohon ½ lingkaran (1/2 S) tinggi 130 cm dan alur terbawah dengan kemiringa 400.
3.      Dibuat senderan depan dan belakang yang membagi ½ lingkaran pohon.
4.      Tahapan buka sadap dimulai sebagai berikut :
1.      Irisan ke 1, 1 mm memperjelas gambar alur 40o.
2.      Irisan ke 2. Menambah kedalam 1 mm , memperdalam alur sadap posisi pisau 90o tegak lurus pohon.
3.      Irisan ke 3 , 4 menambah kedalaman 2 mm membuat benteng alur  posisi  pisau 90o  tegak lurus pohon.
4.      Irisan ke 5, menambah kedalam menjadi 5 mm, posisi pisau 45o terhadap tegak pohon.
WAKTU PENYADAPAN
5.      Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar pemikirannya:
6.      Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel
7.      Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari semakin siang
4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan di PTPN 7, kegiatan-kegiatan yang kami bahas dilapangan antara lain bahan tanam yang digunakan,cara pembibitan yang dilakukan, cara pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan , cara pemeliharaan tanaman yang telah menghasilkan serta cara penyadapan. Untuk cara pengolahan lateks tidak kami amati karena mengingat waktu yang diperlukan tidak cukup.
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks .Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Sistem perakaran yang bercabang pada setiap akar utamanya.
Disamping tanaman karet, salah satu tanaman yang dibudidayakan untuk mengendalikan gulma dan sebagai penambat N yaitu tanaman LCC (Leguminose Cover Crop) yaitu jenis mukona. Tanaman ini tidak diperlukan perawatan yang cukup optimal hanya dipupuk satu kali dalam satu kali tanam. Kemudian memotong bagian tanaman yang menjalar kearah tanaman karet karena jika tidak dipotong akan melilit ke tanaman pokok sehingga mengganggu pertumbuhan karet.
Penyakit yang sering menyerang tanaman karet yaitu penyakit jamur akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus (Rigidoporus lignosus). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada tanaman tetangganya.
Bagian tanaman karet yang diambil yaitu lateks. Lateks adalah getah seperti susu dari banyak tumbuhan yang membeku ketika terkena udara. Ini merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan.
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum kambium. Setelah disadap, maka lateks diambil dan dikumpulkan di tempat pengumpulah hasil (TPH) untuk ditimbang kemudian dibawa ke pabrik untuk diolah lebih lanjut.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dikerjakan, bahwa teknik budidaya tanaman karet yang ada di PTPN 7 sesuai dengan teori yang ada, artinya pengusahaan perkebunan karet mengikuti teori yang bersumber dari penelitian yang sudah ada. Berbeda dengan sistem perkebunan rakyat yang sangat sedikit mengikuti panduan atau teori pembudidayaan karet sehingga produksi karet pada perkebunan rakyat lebih rendah serta kualitasnya dibawah rata-rata. Maka dari itu perlunya sosialisasi dari para penyuluh pertanian terhadap petani karet untuk mengikuti prosedur pembudidayaan sesuai dengan panduan teori yang ada sebelumnya, sebab dengan cara seperti itu petani dapat menghasilkan karet atau lateks yang berkualitas lebih tinggi dibanding dengan biasanya.














BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dikerjakan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Budidaya tanaman karet yang diolah oleh PTPN 7 mencakup ribuan hektar. Pembudidayaan meliputi pemilihan bahan tanam dengan teknik okulasi,pembibitan,pengajiran,pembuatan lubang tanam, penanaman,pemeliharaan yang meliputi pemupukan dan pengendalian hama penyakit, penyadapan, serta pengolahan dipabrik. Namun pengolahan dipabrik tidak kami laksanakan karena waktu yang tidak mencukupi.
2.      Proses Pembibitan PTPN dibagi menjadi 3 , yaitu untuk lahan pre nursery, main nursery dan kebun entres. Lahan Pre nursery meliputi lahan untuk pengolahan benih,pendederan sampai menghasilkan bibit siap tanam. Kemudian main nursery meliputi  pengolahan lahan, land clearing, blocking, penanaman kecambah, pemeliharaan understump,okulasi, hingga bibit siap tanam di areal produksi. Dan untuk kebun entres  meliputi pemeliharaan kebun,pemangkasan kebun entres dan pemeliharaan mata entres.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar