Blogger Widgets
Powered By Blogger

Minggu, 16 April 2017

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI KEAWANAN


      LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI
                              KEAWANAN
  
 OLEH  :

 

NAMA       : NICO DWI ARDIYANSAH

NPM           : E1J013079

SHIFT         : SABTU (10:00-12:00 WIB)
                             CO-ASS     : 1. M. HARIS SUPRAYOGI
                                                  2. PETRYAKO MARPAUNG 





LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSTAS BENGKULU
2015


       BAB I
  PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Provinsi Bengkulu secara geomorfologis dibatasi oleh samudera Indonesia dan puncak-puncak Pegunungan Bukit Barisan. Letak geografis di kawasan khatulistiwa, topografi umumnya bergelombang. Letak dan keadaan alam yang seperti ini sangat mempengaruhi sifat iklim dan cuaca setempat. Bentuk dan besar relatif siklus hidrologinya kemungkinan berbeda dengan kawasan lain.
Awan merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke bumi. Jika suatu daerah terjadi awan (mendung) maka panas yang diterima bumi relatif sedikit, hal ini disebabkan sinar matahari tertutup oleh awan dan kemampuan awan menyerap panas matahari. Permukaan daratan lebih cepat menerima panas dan cepat pula melepaskan panas, sedangkan permukaan lautan lebih lambat menerima panas dan lambat pula melepaskan panas. Apabila udara pada siang hari diselimuti oleh awan, maka temperatur udara pada malam hari akan semakin dingin.
Awan yang terbentuk tidak bisa dilepaskan dari prses kondensasi yaitu proses perubahan uap air menjadi butir butir air atau kristal es, pendinginan udara merupakan sebab dari terjadinya kondensasi. Jika udara mengalami pendinginan maka kapasitasnya untuk menampung uap air menurun dan paada suatu titik penurunan suhu udara ini menyebabkan udara kenyang atau jenuh (RH = 100%). Suhu pada saat kenyang disebut suhu titik embun.
Jika suhu udara turun hingga di bawah titik embun maka udara tidak mampu menampung uap air keluar sebagai titik air dan atau es.Jadi pengembunan sangat ditentukan oleh RH dan suhu. Jika RH tinggi diperlukan sedikit penurunan suhu hingga terjadi penurunan suhu hingga terjadi pengembunan, sebaliknya RH rendah diperlukan banyak penurunan suhu udara untuk terjadinya pengembunan.

1.2. Tujuan Praktikum          
1.      Untuk megetahui macam – macam bentuk awan.
2.      Untuk memberikan pengertian tentang kemungkinan terjadinya hujan dengan melihat kondisi cuaca beberapa waktu sebelumnya.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Awan merupakan kristal es atau butir-butir air yang terkumpul di atmosfer akibat dari proses kondensasi uap air dengan konsentrasi sekitar butir dan radius sekitar 10 mm (Rogers, 1983).
Dalam pengertian yang lain awan merupakan titik titik air yang melayang layang tinggi di atmosfer. Penyebab terjadinya awan :
1.      Jumlah inti-inti kondensasi pada ruang basah yang cukup banyak
2.      Terjadinya peningkatan kelembaban relatif dengan disertai banyak inti - inti kondensasi atau sublimasi.
3.      Akibat terjadinya pendinginan (Anita, 2009).
Awan terbentuk ketika uap air sudah jenuh dan jika mengalami kondensasi. Penjenuhan dapt terjadi akibat penambahan air (penyatuan), tumbukan, atau kombinasinya. Prses pembentukan awan adalah rangkaian proses yang rumit dan melibatkan proses dinamik dan juga proses mikrofisik. Proses dinamik berhubungan dengan pergerakan parsel udara yang membentuk suatu kondisi tertentu sehingga terbentuknya awan. Proses mikrofisik adalah proses pembentukan awan melalui proses kondensasi uap air dan interaksi antar partikel butir air (mechanics). Faktor faktor utama yang mempengaruhi proses pembentukan awan diantaranya adalah:
Ø  Pemanasan permukaan dan free convection
Ø    Pengangkatan/lifting mechanism yang dipengaruhi oleh tofografi
Ø    Pengangkatan/lifting mechanism akibat dari konvergensi pada permukaan udara.
Ø  Pengangkatan/lifting mechanism disepanjang frontal regions (Ahrens, 2007)
Pembagian awan menurut bentuknya:
Ø  Cumulus, yaitu awan yang bentuknya bergumpal-gumpal dan dasarnya horizontal.
Ø  Stratus, yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehingga menutupi langit secara merata.
Ø  Cirrus, yaitu awan yang berbentuk halus dan berserat seperti bulu ayam. Awan ini tidak dapat menimbulkan hujan (Aris, 2011).
Proses ini sangat ditentukan oleh kadar air di atmosfer, distribusi aerosol higroskopis dan gerak udara vertikal. Kadar uap air bergantung pada proses evaporasi dengan syarat adanya uap air dipermukaan , sumber energi untuk pengangkutan, dan kondisi atmosfer. Awan terbentuk akibat dari penguapan, akan tetapi tidak semua awan yang terbentuk akan menjadi hujan. Awan dapat menjadi lebih besar dan tebal. Tetapi sebaliknya ada awan yang mengecil dan musnah setelah beberapa waktu (Muin, 2014).
BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan
1.      Anemometer dan windvan
2.      Termometer dan hygrometer
3.      Barometer

3.2. Cara Kerja
1.      Mengamati keadaan keawanan.
2.      Menyalin dan mengamatai poses pembentukan keawanan serta unsur – unsur lain, yaitu jarak pandang, suhu udara, kelembapan udara, tekanan udara, dan arah serta kecepatan angin.
3.      Pengamatan dilakukan secara bebas dan kelompok.
4.      Mencatat apabila terjadi kemungkinan datangnya hujan. Memperkirakan berapa luas dan lamanya hujan membasahi permukaan bumi.
5.      Mencatat awan apa saja yang ada pada saat pengamatan.













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan keawanan mulai pukul 06:00-18:00 WIB Pada Tanggal 13 Desember 2015.
              Jenis Awan
                     Keterangan
                 Pukul 06:00-08:00 WIB
Awan Altostratus
Berlapis-lapis dan berwarna kelabu dan jika terkena sinar matahari tidak akan menimbulkan bayangan. Sinar matahari tidak mampu menembus awan ini
                   Pukul 08:00-10:00 WIB
Awan Altocumulus
Berwarna putih tipis dan tampak seperti tirai kelambu yang sangat halus. Oleh karena itu awan Altocumulus dapat membuat langit kelihatan seperti susu atau memperlihatkan susunan berserat
               Pukul 10:00-12:00 WIB
Awan Altostratus
Berlapis-lapis dan berwarna kelabu dan jika terkena sinar matahari tidak akan menimbulkan bayangan. Sinar matahari tidak mampu menembus awan ini
           Pukul 12:00-02:00 WIB
Awan Nimbo Stratus
Awan yang bentuknya tidak menentu, tepinya tak beraturan dan berwarna putih kegelapan serta penyebaran cukup luas. Awan ini menimbulkan hujan gerimis
Pukul 14:00-16:00
Awan Nimbo Stratus
Awan yang bentuknya tidak menentu, tepinya tak beraturan dan berwarna putih kegelapan serta penyebaran cukup luas. Awan ini menimbulkan hujan gerimis
Pukul 16:00-18:00
Awan Nimbo Stratus
Awan yang bentuknya tidak menentu, tepinya tak beraturan dan berwarna putih kegelapan serta penyebaran cukup luas. Awan ini menimbulkan hujan gerimis



4.2. Pembahasan
            Awan merupakan gumpalan-kumpulan titik uap air atau kristal es atau kombinasi antara keduanya, mengapung-melayang di atmosfir bumi dengan konsentrasi berorde 100/cm kubik, mempunyai radius antara 10 mikrometer. Gumpalan-kumpulan titik air ataupun kristal es di atmosfir ini jika dilihat tampak berwarna putih atau kelabu dengan berbagai macam bentuk.
Dari beberapa pengamatan, telah didapatkan  berbagai jenis awan antara lain awan Altostratus, awan Altocumulus, dan awan Nimbo Stratus. Altocumulus mirip dengan Cirrocumulus, tapi bulatan massa awan altocumulus lebih luas berupa massa awan yang berbentuk bulatan atau bergulung-gulung teratur dengan ukuran 1 derajat < α < 5derajat. Lapisan atau lembaran awan berwarna putih atau keabu-abuan atau kedua-duanya sehingga terbentuk bayangan di permukaan bumi jika terkena sinar matahari.
Awan Altostratus merupakan awan menengah (middle cloud). Awan altostratus dapat menghasilkan presipitasi ringan dan virga (hujan yang tidak sampai ke tanah). Altostratus mempunyai ciri sebagai berikut :
1.      Awan seperti sembaran halus berwarna abu-abu gelap dapat menghasilkan hujan gerimis,ringan hingga sedang.
2.      Umumnya terbentuk sepanjang sore hari
3.      Titik – titik hujan di sore hari.
            Awan Altostratus mempunyai bentuk serupa dengan lembaran/lapisan atau jalur-jalur berwarna keabu-abuan dan berserabut, sedangkan ketebalannya mampu menutup seluruh langit dan sinar matahari, kecuali ada celah-celah diantaranya. Dalam keadaan tertentu pada bagian-bagian awan yang tipis masih dapat ditembus oleh sinar matahari kecuali yang tebal. Fisis awan Altostratus adalah terdiri dari butiran-butiran air.
            Nimbrostratus mempunyai ciri awannya tebal, bentuk tidak beraturan serta memiliki warna putih menuju abu-abu gelap. Awan Nimbrostratus merupakan awan yang dapat menghasilkan hujan maupun salju. Nimbostratus merupakan awan menengah, namun pada kenyataannya awan ini dapat merendah di ketinggian awan rendah. ketebalan awan nimbostratus bisa mencapai 2 km atau 2000 m.
            Awan nimbostratus menyerupai bentuk lembaran atau lapisan awan berwarna abu-abu dan tampak gelap tidak teratur. Karena ketebalannya maka matahari tidak tampak di balik awan ini. Fisis dari awan Nimbostratus pada umumnya terdiri dari kumpulan titik-titik air untuk daerah tropis sedangkan pada daerah lintang tinggi mengandung butir-butir salju atau campuran keduanya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Awan dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan ketinggianya, yaitu awan rendah, awan sedang dan awan tinggi. Dari pengamatan yang dilakukan selama satu hari, awan yang terdapat dilangit cenderung awan rendah yang memiliki ketinggian kurang dari 3 km.
2.      Pengamatan awan selama satu hari didapatkan data jenis-jenis awan yang terdapat di langit antara lain awan Altocumulus, awan Altostratus, dan awan Nimbo Stratus. Dari beberapa kali pengamatan, awan Nimbo Stratus paling banyak dijumpai karena pada bulan desember merupakan musim penghujan. Awan Nimbo Stratus merupakan awan yang menimbulkan hujan dengan ciri-ciri bentuk tidak beraturan dan berwarna kegelapan.










DAFTAR PUSTAKA

Ahrens, 2007. Metereologi Today; An Introduction to Weather, Climate, And the Enviroment. Thomson Brooks/Cole: USA
Anita.2009.Proses Pembentukan Awan. http://ilmuklimat.com/2009/12/01/proses-pembentukan-awan/. 21 Desember 2015.
Aris.2011.Awan dan Jenis Jenisnya. https://arisudev.com/2011/12/19/awan-dan-jenis-jenisnya/. 21 Desember 2015.
Nur Muin, S. 2015. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Laboratorium Agroklimat Fakultas Pertanian. UNIB. Bengkulu.
Rogers, 1983. A Short course In Cloud Physic. 2nd ed. Pergamn Press. Oxford.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar