LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI
KEAWANAN
OLEH :
NAMA : NICO DWI ARDIYANSAH
NPM : E1J013079
SHIFT : SABTU (10:00-12:00 WIB)
CO-ASS : 1. M. HARIS
SUPRAYOGI
2. PETRYAKO MARPAUNG
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSTAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Provinsi Bengkulu secara geomorfologis dibatasi oleh
samudera Indonesia dan puncak-puncak Pegunungan Bukit Barisan. Letak geografis
di kawasan khatulistiwa, topografi umumnya bergelombang. Letak dan keadaan alam
yang seperti ini sangat mempengaruhi sifat iklim dan cuaca setempat. Bentuk dan
besar relatif siklus hidrologinya kemungkinan berbeda dengan kawasan lain.
Awan merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke
bumi. Jika suatu daerah terjadi awan (mendung) maka panas yang diterima bumi
relatif sedikit, hal ini disebabkan sinar matahari tertutup oleh awan dan
kemampuan awan menyerap panas matahari. Permukaan daratan lebih cepat menerima
panas dan cepat pula melepaskan panas, sedangkan permukaan lautan lebih lambat
menerima panas dan lambat pula melepaskan panas. Apabila udara pada siang hari
diselimuti oleh awan, maka temperatur udara pada malam hari akan semakin dingin.
Awan yang terbentuk
tidak bisa dilepaskan dari prses kondensasi yaitu proses perubahan uap air
menjadi butir butir air atau kristal es, pendinginan udara merupakan sebab dari
terjadinya kondensasi. Jika udara mengalami pendinginan maka kapasitasnya untuk
menampung uap air menurun dan paada suatu titik penurunan suhu udara ini
menyebabkan udara kenyang atau jenuh (RH = 100%). Suhu pada saat kenyang
disebut suhu titik embun.
Jika suhu udara turun
hingga di bawah titik embun maka udara tidak mampu menampung uap air keluar
sebagai titik air dan atau es.Jadi pengembunan sangat ditentukan oleh RH dan
suhu. Jika RH tinggi diperlukan sedikit penurunan suhu hingga terjadi penurunan
suhu hingga terjadi pengembunan, sebaliknya RH rendah diperlukan banyak penurunan
suhu udara untuk terjadinya pengembunan.
1.2. Tujuan
Praktikum
1.
Untuk megetahui macam – macam
bentuk awan.
2.
Untuk memberikan pengertian
tentang kemungkinan terjadinya hujan dengan melihat kondisi cuaca beberapa
waktu sebelumnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Awan merupakan kristal es atau butir-butir
air yang terkumpul di atmosfer akibat dari proses kondensasi uap air dengan
konsentrasi sekitar butir dan radius sekitar 10 mm (Rogers, 1983).
Dalam pengertian yang lain awan merupakan
titik titik air yang melayang layang tinggi di atmosfer. Penyebab terjadinya
awan :
1.
Jumlah inti-inti kondensasi
pada ruang basah yang cukup banyak
2.
Terjadinya peningkatan
kelembaban relatif dengan disertai banyak inti - inti kondensasi atau
sublimasi.
3.
Akibat terjadinya pendinginan
(Anita, 2009).
Awan terbentuk ketika uap air sudah jenuh dan jika
mengalami kondensasi. Penjenuhan dapt terjadi akibat penambahan air
(penyatuan), tumbukan, atau kombinasinya. Prses pembentukan awan adalah
rangkaian proses yang rumit dan melibatkan proses dinamik dan juga proses
mikrofisik. Proses dinamik berhubungan dengan pergerakan parsel udara yang
membentuk suatu kondisi tertentu sehingga terbentuknya awan. Proses mikrofisik
adalah proses pembentukan awan melalui proses kondensasi uap air dan interaksi
antar partikel butir air (mechanics). Faktor faktor utama yang mempengaruhi
proses pembentukan awan diantaranya adalah:
Ø Pemanasan permukaan dan free convection
Ø Pengangkatan/lifting mechanism yang dipengaruhi oleh tofografi
Ø Pengangkatan/lifting mechanism akibat dari
konvergensi pada permukaan udara.
Ø Pengangkatan/lifting mechanism disepanjang frontal regions (Ahrens,
2007)
Pembagian awan menurut bentuknya:
Ø Cumulus, yaitu awan yang bentuknya
bergumpal-gumpal dan dasarnya horizontal.
Ø Stratus, yaitu awan yang tipis dan
tersebar luas sehingga menutupi langit secara merata.
Ø Cirrus, yaitu awan yang berbentuk
halus dan berserat seperti bulu ayam. Awan ini tidak dapat menimbulkan hujan
(Aris, 2011).
Proses ini sangat
ditentukan oleh kadar air di atmosfer, distribusi aerosol higroskopis dan gerak
udara vertikal. Kadar uap air bergantung pada proses evaporasi dengan syarat
adanya uap air dipermukaan , sumber energi untuk pengangkutan, dan kondisi
atmosfer. Awan terbentuk akibat dari penguapan, akan tetapi tidak semua awan
yang terbentuk akan menjadi hujan. Awan dapat menjadi lebih besar dan tebal.
Tetapi sebaliknya ada awan yang mengecil dan musnah setelah beberapa waktu
(Muin, 2014).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
1.
Anemometer dan windvan
2.
Termometer dan hygrometer
3.
Barometer
3.2. Cara Kerja
1. Mengamati keadaan keawanan.
2. Menyalin dan mengamatai poses pembentukan keawanan serta unsur – unsur lain, yaitu jarak
pandang, suhu udara, kelembapan udara, tekanan udara, dan arah serta kecepatan angin.
3. Pengamatan dilakukan secara bebas dan kelompok.
4. Mencatat apabila terjadi kemungkinan datangnya hujan. Memperkirakan berapa
luas dan lamanya hujan membasahi permukaan bumi.
5. Mencatat awan apa saja yang ada pada saat pengamatan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan keawanan
mulai pukul 06:00-18:00 WIB Pada Tanggal 13 Desember 2015.
Jenis Awan
|
Keterangan
|
Pukul 06:00-08:00 WIB
|
Awan Altostratus
Berlapis-lapis dan
berwarna kelabu dan jika terkena sinar matahari tidak akan menimbulkan
bayangan. Sinar matahari tidak mampu menembus awan ini
|
Pukul 08:00-10:00 WIB
|
Awan Altocumulus
Berwarna putih tipis dan
tampak seperti tirai kelambu yang sangat halus. Oleh karena itu awan
Altocumulus dapat membuat langit kelihatan seperti susu atau memperlihatkan
susunan berserat
|
Pukul 10:00-12:00 WIB
|
Awan Altostratus
Berlapis-lapis dan berwarna kelabu dan jika
terkena sinar matahari tidak akan menimbulkan bayangan. Sinar matahari tidak
mampu menembus awan ini
|
Pukul 12:00-02:00 WIB
|
Awan Nimbo Stratus
Awan yang bentuknya
tidak menentu, tepinya tak beraturan dan berwarna putih kegelapan serta
penyebaran cukup luas. Awan ini menimbulkan hujan gerimis
|
Pukul 14:00-16:00
|
Awan Nimbo Stratus
Awan yang bentuknya tidak menentu, tepinya tak
beraturan dan berwarna putih kegelapan serta penyebaran cukup luas. Awan ini
menimbulkan hujan gerimis
|
Pukul 16:00-18:00
|
Awan Nimbo Stratus
Awan yang bentuknya tidak menentu, tepinya tak
beraturan dan berwarna putih kegelapan serta penyebaran cukup luas. Awan ini
menimbulkan hujan gerimis
|
4.2. Pembahasan
Awan
merupakan gumpalan-kumpulan titik uap air atau kristal es atau kombinasi antara
keduanya, mengapung-melayang di atmosfir bumi dengan konsentrasi berorde 100/cm
kubik, mempunyai radius antara 10 mikrometer.
Gumpalan-kumpulan titik air ataupun kristal es di atmosfir ini jika dilihat
tampak berwarna putih atau kelabu dengan berbagai macam bentuk.
Dari beberapa pengamatan, telah didapatkan
berbagai jenis awan antara lain awan Altostratus, awan Altocumulus, dan
awan Nimbo Stratus. Altocumulus mirip dengan Cirrocumulus,
tapi bulatan massa awan altocumulus
lebih luas berupa massa awan yang berbentuk bulatan atau bergulung-gulung
teratur dengan ukuran 1 derajat < α < 5derajat. Lapisan atau lembaran awan berwarna putih atau
keabu-abuan atau kedua-duanya sehingga terbentuk bayangan di permukaan bumi
jika terkena sinar matahari.
Awan Altostratus merupakan awan menengah (middle
cloud). Awan altostratus dapat menghasilkan presipitasi ringan dan virga (hujan
yang tidak sampai ke tanah). Altostratus mempunyai ciri sebagai berikut :
1.
Awan seperti sembaran halus
berwarna abu-abu gelap dapat menghasilkan hujan gerimis,ringan hingga sedang.
2.
Umumnya terbentuk sepanjang
sore hari
3.
Titik – titik hujan di sore
hari.
Awan
Altostratus mempunyai bentuk serupa dengan lembaran/lapisan atau jalur-jalur
berwarna keabu-abuan dan berserabut, sedangkan ketebalannya mampu menutup
seluruh langit dan sinar matahari, kecuali ada celah-celah diantaranya. Dalam
keadaan tertentu pada bagian-bagian awan yang tipis masih dapat ditembus oleh
sinar matahari kecuali yang tebal. Fisis awan Altostratus adalah terdiri dari
butiran-butiran air.
Nimbrostratus
mempunyai ciri awannya tebal, bentuk tidak beraturan serta memiliki warna putih
menuju abu-abu gelap. Awan Nimbrostratus merupakan awan yang dapat menghasilkan
hujan maupun salju. Nimbostratus merupakan awan menengah, namun pada
kenyataannya awan ini dapat merendah di ketinggian awan rendah. ketebalan awan
nimbostratus bisa mencapai 2 km atau 2000 m.
Awan
nimbostratus menyerupai bentuk lembaran atau lapisan awan berwarna abu-abu dan
tampak gelap tidak teratur. Karena ketebalannya maka matahari tidak tampak di
balik awan ini. Fisis dari awan Nimbostratus pada umumnya terdiri dari kumpulan
titik-titik air untuk daerah tropis sedangkan pada daerah lintang tinggi
mengandung butir-butir salju atau campuran keduanya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Awan dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan
ketinggianya, yaitu awan rendah, awan sedang dan awan tinggi. Dari pengamatan
yang dilakukan selama satu hari, awan yang terdapat dilangit cenderung awan
rendah yang memiliki ketinggian kurang dari 3 km.
2. Pengamatan awan selama satu hari didapatkan data
jenis-jenis awan yang terdapat di langit antara lain awan Altocumulus, awan
Altostratus, dan awan Nimbo Stratus. Dari beberapa kali pengamatan, awan Nimbo
Stratus paling banyak dijumpai karena pada bulan desember merupakan musim
penghujan. Awan Nimbo Stratus merupakan awan yang menimbulkan hujan dengan
ciri-ciri bentuk tidak beraturan dan berwarna kegelapan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahrens, 2007. Metereologi Today; An Introduction
to Weather, Climate, And the Enviroment. Thomson Brooks/Cole: USA
Anita.2009.Proses Pembentukan Awan. http://ilmuklimat.com/2009/12/01/proses-pembentukan-awan/.
21 Desember
2015.
Aris.2011.Awan dan Jenis Jenisnya. https://arisudev.com/2011/12/19/awan-dan-jenis-jenisnya/.
21 Desember 2015.
Nur Muin, S. 2015. Penuntun Praktikum Agroklimatologi.
Laboratorium Agroklimat Fakultas Pertanian. UNIB. Bengkulu.
Rogers, 1983. A Short course In Cloud Physic. 2nd ed.
Pergamn Press. Oxford.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar