LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI
KELEMBABAN UDARA
OLEH :
NAMA : NICO DWI ARDIYANSAH
NPM : E1J013079
SHIFT : SABTU (10:00-12:00 WIB)
CO-ASS : 1. M. HARIS
SUPRAYOGI
2. BAJORA JUSTISIA
LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSTAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam budidaya pertanian, iklim merupaknan sumberdaya
alam yang perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam usaha peningkatan
produksi tanaman. iklim sangat berpengaruh dalam
tumbuh dan berkembangnya suatu tanaman sehingga dibutuhkan data-data yang
lengkap dan akurat tentang iklim dan cuaca dari suatu wilayah.Beberapa anasis
iklim yang penting adalah: temperatur, kelembaban udara, angin, sinar matahari,curah
hujan dan evaporasi.Untuk mengukur nilai dari beberapa anasir iklim tersebut
diperlukan suatu alat-alat pengukur meteorologis.
Pada hal ini suhu dan kelembaban memainkan peranan
penting dalam pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman sejak dari fase
perkecambahan/ pertumbuhan tunas hingga fase produksi. Ketika tanah dalam
keadaan lembab, maka suhu tanah merupakan faktor lingkungan yang dominan yang
menentukan laju perkecambahan, pertumbuhan bibit, dan perkembangan akar.
Kelembaban adalah persentase kandungan uap air dalam
udara. Semua uap air dalam udara itu berasal dari penguapan sedangkan penguapan
itu sendiri adalah perubahan pase cair menjadi fase uap air yang ringan dan
akan naik ke atmosfir . dalam atmosfir senantiasa terdapat uap air dan kadar
uap air ini selalu berubah-ubah tergantung pada temperatur udara
setempat.Meskipun uap air hanya merupakan sebagian kecil saja dari semua
atmosfir kira-kira 2% dari masa seluruhnya tetapi merupakan komponen udara yang
penting dari segi cuaca dan iklim. Data klimatologi untuk kelembaban udara yang
umum dilaporkan adalah kelembaban relative (RH).
1.2 Tujuan Praktikum
1
Agar mahasiswa mengetahui
penerapan cara perhitungan teoritis matematis dan kejadian fisis alami ke dalam
pengukuran praktis kelembaban nisbi udara dengan menggunakan termometer bola basah dan bola
kering dan hydrograph.
2
Mengerti tentang kondisi kelembaban udara pada berbagai tempat dan
beragam waktu harian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa prinsip yang umum digunkan dalam
pengukuran kelembaban udara yaitu (1) metode pertambahan panjang dan (2)
berat,pada benda-benda higroskopis, serta (3) metode termodinamika. Alat
pengukur kelembaban udara secara umum disebut hygrometer sedangkan yang
menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer (Gunarsih, 1990).
Uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat
di lihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah
titik air atau butir-butir air yang melayang-layang di udara. Kabut melayang
laying dekat permukaan tanah, kalau awan melayang- layang di angkasa. Banyaknya
uap air yang dikandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tinggi
temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo,
1975).
Seperti gas-gas lainnya, uap air juga
mempunyai tekanan, yang makin lebih besar apabila temperatur naik. Tekanan
tersebut dinamakan tekanan uap. Tekanan uap adalah tekanan yang diberikan atau
ditimbulkan oleh uap air sebagai bagian dari udara pada temperatur yang
tertentu. Tekanan uap itu adalah juga bagian dari tekanan udara semuanya dapat
diukur dengan milimeter air raksa atau milibar. Jika udara pada suatu
temperatur sudah kenyang (jenuh) maka tekanan uap pada temperatur tersebut
mencapai maksimum. Angka maksimum tersebut disebut tekanan uap maksimum (Zailani,
1986).
Proses perubahan air menjadi uap air di
sebut pengupan (vaporisasi atau evaporasi). Molekul-molekul air yang mempunyai
energi kinetik yang cukup untuk mengatasi gaya-gaya tarik yang cenderung untuk
menahannya dalam badan air diproyeksikkan melalui permukaan air. Oleh karena
energi kinetik bertambah dan tegangan permukaan berkurang ketika temperatur
naik, maka laju penguapan naik menurut temperatur. Hampir semua uap di atmosfer
adalah hasil penguapan dari permukaan air (Linsley, 1989).
Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur
sesuai dengan keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas
prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan bahan padat tertentu. Jika
suatu ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air dari larutan larutan air
tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air dengan
potensi air larutan. Potensi air udara ber hubungan dengan kelembaban relatif
udara tersebut (Lakitan, 2002)
Kelembaban relatif akan diukur dengan menghembus udara
pada dua buah termometer, salah satu diantaranya dibungkus dengan kain basah
(bola basah) dan lainnya kering (bola kering) pendekatan gravimetricmerupakn
pengukuuran langsung (oleh sebab itu merupeken yang paling akurat. Untuk
kelembaban udara dijadikanpatokan untuk kalibrasi instrument_
instrumentpengukuran kelembaban air lainnya. Etimasi kasar (tapi praktis) untuk
kelembaban relative berdasarkan data kerapatan uap air dan suhu udara dapat
dilkukan dengan menggunakan penyajian hubunga antra suhu udra, kerapatan uap
air, suhu bola basah, dan kelembaban (Syehan, 1990).
Pengaruh suhu terhadap makhluk hidup sangat besar
sehingga pertumbuhannya sangat bergantung padanya, terutama dalam kegiataanya.
Contoh, tanaman memerlukan suhu tertentu, artinya tanaman itu tidak akan tumbuh
dengan baik bila syarat-syaratnya tidak dipenuhi. Pengaruhnya pada proses
pematangan buah adalah makin tinggi suhu makin cepat matang. Dengan suhu yang
tinggi, benih akan melakukan metabolisme lebih cepat. Benih yang dibiarkan atau
ditanam pada dataran atau tanah tinggi maka daya kecambahnya akan turun. Jadi,
pada tanaman juga ada suhu maksimum dan suhu optimum yang diperlukannya. Suhu
maksimum adalah suhu tertinggi dimana suatu tanaman masih dapat tumbuh. Suhu
minimum adalah suhu terendah dimana tanaman masih dapat hidup, sedangkan suhu
optimum adalah suhu yang terbaik yang dibutuhkan tanaman dimana proses
pertumbuhannya dapat berjalan lancar (Kartasapoetra, 2004).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk membantu proses
pengamatan pada acara kelembapan udara adalah sebagai berikut :
1
Thermometer bola basah dan
kering.
2
Hygrograf
3.2 Waktu Pelaksanaan
Pengamatan dilakukan saat jam
praktikum untuk pengamatan sesaat dan selama satu minggu untuk pengamatan kontinyu
3.3
Prosedur Kerja
Pengamatan
Sesaat
1
Menyiapkan dua thermometer.
salah satu thermometer yang digunakan dibasahi terlebih dahulu dengan
menggunakan air bersih atau aquades setelah itu diselubungi dengan kasa atau
kapas sebagai sensor thermometer.
2
Menempatkan pasangan
thermometer terebut pada titik ketinggian 50 cm, 120 cm, 200 cm, dari permukaan tanah.mendiamkan selama 3 menit.membaca bola
basah dan bola kering secara hampir bersamaan.
3
Pengamatan dilakukan di dua
tempat yaitu tempat terbuka dan dibawah pohon.
Pengamatan Kontinyu
1.
Menyiapkan
dan memasang alat thermograf di laboratorium.
2.
Menulis
tanggal pemasangan pias, mencocokan waktu pemasangan dengan jam saat
pemasangan.
3.
Mengamati
seminggu kemudian seluruh fluktuasi kelembaban udara yang terjadi selama itu.
4.
Menjawab
dalam laporan apakah turun naiknya flukstuasi tersebut selalu relatif sama
waktunya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Ketinggian
|
|
Lokasi
|
|
||||
Dibawah Pohon Rindang
|
Tempat Terbuka
|
||||||
BB
|
BK
|
RH
|
BB
|
BK
|
RH
|
||
50 cm
|
260C
|
280C
|
82%
|
25,50C
|
29,10C
|
75%
|
|
120 cm
|
260C
|
27,50C
|
80%
|
26,80C
|
290C
|
76%
|
|
200 cm
|
25,50C
|
26,90C
|
83%
|
26,50C
|
28,50C
|
80%
|
|
4.2 Pembahasan
Dari data hasil pengamatan dapat kita lihat bahwa data
yang diperoleh dari termometer bola kering (TBK) dan
termometer bola basah (TBB) berbeda. Pada pengukuran dibawah pohon rindang dengan
ketinggian 50 cm memiliki RH sebesar
Dari tabel dapat dilihat bahwa suhu udara dibawah pohon rindang lebih tinggi
daripada dilapangan terbuka. Hal ini disebabkan salah satunya karena perbedaan
penerimaan cahaya matahari. Panerimaan cahaya matahari dibawah tajuk terhambat
sedangkan pada lapangan terbuka, cahaya matahari diterima langsung tanpa ada
hambatan.
Nilai kelembaban (%) di tempat terbuka pada
ketinggian 50
cm yaitu 75%,pada ketinggian 120 cm yaitu 76%,pada ketinggian 200 cm yaitu 80% dan pada ketinggian 120 cm yaitu 91% dari data tersebut dapat kita lihat
semakin tinggi tempat RH nya semakin tinggi dan jarak atau selisihnya pun dari
ketinggian yg paling tinggi dan yang paling rendah cukup signifikan.
Nilai kelembaban (%) di bawah
pohon rindang pada ketinggian 50 cm yaitu 83%, pada ketinggian 120 cm 82%, pada ketinggian 50cm 80% dan pada ketinggian 200 cm RHnya yaitu 83%. Dapat dilihat Data
yang diperoleh dibawah pohon rindang
berdasarkan tinggi tempat adalah tidak beraturan hal tersebut disebabkan salah
satunya karena perbedaan penerimaan cahaya matahari. Panerimaan cahaya matahari
dibawah tajuk terhambat sedangkan pada lapangan terbuka, cahaya matahari
diterima langsung tanpa ada hambatan.
Besarnya nilai kelembaban udara tersebut digunakan untuk
meningkatkan produktifitas dan perkembangan tumbuhan budi daya. Dengan
mengetahui kelembaban udara yang ada dilingkungan tempat yang akan di tanam
tumbuhan, kita dapat menentukkan pemilihan jenis tanaman yang sesuai.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Penggunaan alat-alat pengukur cuaca seperti
thermometer bola basah dan bola kering serta hygograf sangat diperlukan untuk
mengetahui kondisi lingkungan sekitar baik dalam bentuk suhu atau kelembaban
udara. Pengukuran sangat diperlukan khususnya dibidang pertanian untuk
mengetahui suhu yang optimal serta kelembaban udara yang tepat di berbagai
tempat untuk proses budidaya pertanian.
2. Suhu dan kelembaban udara hasil pengukuran
memiliki nilai yang berbeda dari kedua tempat. Suhu yang terdapat di bawah
pohon rindang lebih rendah sehingga kelembaban udaranya lebih tinggi
dibandingkan kelembaban di tempat terbuka. Sebaliknya suhu di tempat terbuka
lebih tinggi sehingga kelembabannya lebih rendah karena cahaya yang masuk tidak
terhalang pohon.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsih, A. 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara :Jakarta.
Hardjodinomo, S. 1975. Ilmu Iklim dan Pengairan. Binacipta: Bandung.
Kadir, Z. 2006. Klimatologi Dasar. Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala Darussalam. Banda Aceh.
Kartaspoetra.2004. Klimatologi Pengruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. Jakarta: Bina Aksara.
Lakitan B, 1994. Dasar-dasar Klimatologi. PT.
Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Linsley K. 1989. Hidrologi Untuk Insinyur. Erlangga : Jakarta.
Syehan, E.1990. Dasar-dasar
Hidrologi. Gajah Mada Universitas Press :Yogyakarta.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus