MAKALAH PERTANIAN LESTARI
PEMANFAATAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN CABAI
DISUSUN Oleh :
NAMA
:
1. ernawati simanjuntak E1J012041
2. Sri devi girsang E1J012146
3. NICO DWI ARDIYANSAH E1J013079
4. AYU LESTARI E1J013074
5. dewi septi yani E1J013081
6. Hendrik kurniawan E1J013041
7. NOTOMIN WANIMBO E1J012188
2. Sri devi girsang E1J012146
3. NICO DWI ARDIYANSAH E1J013079
4. AYU LESTARI E1J013074
5. dewi septi yani E1J013081
6. Hendrik kurniawan E1J013041
7. NOTOMIN WANIMBO E1J012188
SHIFT : SUB
SHFT 1
dosen
: Ir.Hermansyah,M.P
COASS : Phrilly
Monica panjaitan
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Mulsa organik merupakan material
penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan
pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan
baik. Pemberian mulsa organik, selain mempengaruhi peningkatan beberapa
komponen pertumbuhan, juga dapat mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan
tanaman secara nyata. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan
ditahan oleh bahan mulsa organik dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya tanah
yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi
melalui proses transpirasi . Mulsa organik ini dapat dijadikan sebagai sumber
hara bagi tanaman. Mulsa organik yang berasal dari daun esek-esek inilah yang
membantu pertumbuhan tanaman cabai rawit.
Mulsa organik yang diperoleh dari
bahan organik dapat mencegah evaporasi dan menambah bahan organik tanah karena
mulsa daun esek-esek mengandung banyak unsur hara nitrogen yang baik untuk
kesuburan tanah, dan mulsa daun esek-esek mudah lapuk setelah rentan waktu
tertentu. Mulsa organik yang dapat digunakan yaitu tanaman legume berupa
tanaman esek-esek (Clotalaria juncea L) karena mengandung unsur hara
yang baik untuk tanah dan pertumbuhan tanaman cabai rawit.
Penggunaan
mulsa organik merupakan pilihan alternatif yang tepat karena mulsa organik
terdiri dari bahan organik sisa tanaman (seresah padi, serbuk gergaji, batang
jagung), pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman yang akan
dapat memperbaiki kesuburan, struktur dan secara tidak langsung akan
mempertahankan agregasi dan porositas tanah, yang berarti akan mempertahankan
kapasitas tanah menahan air, setelah terdekomposisi.Penutupan tanah dengan
bahan organik yang berwarna muda dapat memantulkan sebagian besar dari radiasi
matahari, menghambat kehilangan panas karena radiasi, meningkatkan penyerapan
air dan mengurangi penguapan air di permukaan tanah.
Cabai atau
lombok merupakan tanaman sayuran buah semusim yang diperlukan oleh seluruh
lapisan masyarakat. Di Indonesia cabai tergolong sebagai rempah-rempah yang
paling tinggi tingkat penggunaannya dibanding jenis lain yaitu diolah menjadi
berbagai bahan makanan seperti sambal terasi, saus pedas, dan bubuk pedas
penyedap rasa.
Selain dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bumbu
dan penggugah selera, cabai juga banyak digunakan untuk terapi kesehatan. Di
bidang kesehatan cabai juga bermanfaat untuk menyembuhkan kejang otot, rematik,
sakit tenggorokan, dan alergi. Cabai juga dapat melancarkan sirkulasi darah
dalam jantung. Terutama ketika mengkonsumsi cabai merah dan cabai rawit, suhu
tubuh akan meningkat sehingga merangsang metabolisme tubuh.
Sejak dahulu cabai juga dimanfaatkan sebagai obat
tradisional antara lain untuk obat luka gigitan ular, obat penawar racun, obat
sesak napas serta sebagai aprodisiac atau obat kuat untuk kaum lelaki. Hal ini
seperti telah diuji dari beberapa penelitian kedokteran bahwa cabai mengandung
capsaicin (Zat pedas dalam cabai) yang memiliki kemampuan mengurangi rasa
sakit. Permintaan komoditas cabai cenderung meningkat, karena selain untuk
memenuhi kebutuhan industri pengolahan makanan, obat – obatan juga untuk ekspor
baik berupa cabai segar, cabai kering dan produk cabai olahan lainnya.
Tanaman cabai dapat tumbuh pada tanah yang gembur
dan banyak mengandung unsur hara. Sedangkan kesuburan tanah yang rendah
menyebabkan tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan
menurunkan pH tanah. Pemberian mulsa organik diharapkan dapat menjaga kandungan
air dalam tanah sekaligus untuk meningkatkan kesuburan tanah. Mulsa organik
diduga dapat menjaga kelembaban tanah, menurunkan suhu tanah dan menyuburkan
tanah karena mulsa organik daun esek-esek mampu menambah bahan organik tanah
karena mudah lapuk setelah rentang waktu tertentu.
Tanaman cabai besar memerlukan kondisi
lingkungan yang sesuai untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang optimal.
Peningkatan suhu tahunan akibat pemanasan global berpengaruh pada pertumbuhan
dan produktivitas tanaman. Pada musim kemarau, peningkatan suhu menyebabkan
suhu tanah tinggi, kelembaban tanah rendah dan mengakibatkan kehilangan air
melalui penguapan. Sehingga, pertumbuhan tanaman cabai besar kurang optimal.
Salah satu teknik budidaya untuk meningkatkan produksi cabai besar yang optimal
yaitu dengan memodifikasi iklim mikro di sekitar tanaman. Salah satu teknik
modifikasi iklim mikro adalah dengan menggunakan mulsa.
Dalam rangka memacu produksi tanaman cabai merah ada
beberapa faktor yang dapat dilakukan disamping penggunaan benih atau bibit
unggul,yaitu manipulasi lingkungan tempat untuk tanaman seperti penggunaan
mulsa pada tanaman cabai merah. Pada awalnya penggunaan mulsa ditujukan kepada
pencegahan erosi pada musim hujan dan pencegahan kekeringan pada musim kemarau.
Dewasa ini pemulsaan pada cabai merah berkembang pada iklim mikro tanah,
refleksi matahari dan daya serap permukaan tanah.penggunaan mulsa pada cabai
merah bisa dari bahan alami,seperti sisa tanaman,limbah hasil
panen,daun-daunan,batang tanaman, dan jerami padi.
1.2 Tujuan Praktikum
Mengetahui
manfaat mulsa organik terhadap pertumbuhan tanaman cabai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Mulsa merupakan semua bahan yang digunakan pada
permukaan tanah yang bertujuan untuk mengurangi hilangnya air dan mencegah
pertumbuhan tanaman pengganggu.Salah satu mulsa yang dapat digunakan yaitu
mulsa plastik hitam perak. Beberapa manfaat penggunaan mulsa plastik hitam
perak dapat menekan per-tumbuhan gulma, mengurangi evaporasi, mengatur suhu
tanah serta mengendalikan hama dan penyakit. Penggunaan mulsa juga
mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi
permukaan tanah, mencegah penguapan air dan melindungi tanah dari pancaran
sinar matahari serta memperbaiki stabilitas agregat tanah (Sumarni et al,
2006). Supriyadi (2007) menyatakan
bahwa penggunaan mulsa mampu menjaga kele mbaban tanah, akan
meningkatkan perkem-bangan akar dan umbi tanaman.
Penggunaan mulsa
bertujuan untuk mencegah kehilangan air dari tanah sehingga kehilangan air
dapat dikurangi dengan memelihara temperatur dan kelembaban tanah (Mulyatri,
2003). Aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma,
memodifikasi keseimbangan air, suhu dan kelembaban tanah serta menciptakan
kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik (Fithriadi, 2000). Tisdale dan Nelson (1975) menyatakan bahwa
pemberian mulsa dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Mulsa
dapat memperbaiki tata udara tanah dan meningkatkan pori-pori makro tanah
sehingga kegiatan jasad renik dapat lebih baik dan ketersediaan air dapat lebih
terjamin bagi tanaman.
Mulsa dapat pula
mempertahankan kelem-baban dan suhu tanah sehingga akar tanaman dapat menyerap
unsur hara lebih baik. Pemberian mulsa khususnya mulsa organik seperti kertas
koran juga termasuk salah satu teknik pengawetan tanah. Pemberian mulsa ini
dapat mengurangi erosi dan evaporasi, memperbesar porositas tanah sehingga daya
infiltrasi air menjadi lebih besar (Sarief, 1985)
Penggunaan mulsa
organik seperti mulsa jerami padi merupakan pilihan alternatif yang tepat
karena mulsa jerami padi dapat memperbaiki kesuburan, struktur dan secara tidak
langsung akan mempertahankan agregasi dan porositas tanah, yang berarti akan mempertahankan
kapasitas tanah menahan air, setelah terdekomposisi. Fauzan (2002) menyatakan
bahwa penutupan tanah dengan bahan organik dapat meningkatkan penyerapan air
dan mengurangi penguapan air di permukaan tanah.
Penggunaan mulsa
organik akan mendukung penyediaan unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pembentukan dan perkembangan buah sebab
mulsa organik mampu memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah (Creamer et al. 1996). Sedangkan menurut
Vos (1994) mulsa organik jerami menurunkan suhu tanah, menyebabkan pertumbuhan
tanaman dan waktu pembentukan buah lebih cepat, tetapi tidak ditemukan adanya
pengaruh nyata terhadap produksi tanaman cabai.
Berdasarkan hasil
penelitian Margarettha (2002), pemberian mulsa jerami padi sebanyak 15 ton/ha
dapat meningkatkan hasil biji kering kacang tanah sebesar 3,09 ton/ha
dibandingkan tanpa diberi mulsa yaitu sebesar 2,12 ton/ha atau meningkat
sebesar 45,75 %. Menurut Abdurachman dan Sutoro (2002) pemberian mulsa jerami
padi sebanyak 4-6 ton/ha mampu mempertahankan laju infiltrasi, meningkatkan
pertumbuhan dan produksi jagung. Sedangkan Hasil penelitian Kumalasari (2013)
menunjukan bahwa perlakuan takaran mulsa jerami padi berpengaruh terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun dan indeks luas daun tanaman jagung. Besar kecilnya
pengaruh yang ditimbulkan akibat pemulsaan tersebut akan tergantung pada
takaran mulsa yang digunakan.
Menurut Bilalis et al (2002), bahwa mulsa
jerami padi dapat mengurangi fluktuasi suhu, dan meningkatkan kelembaban tanah
sehingga meningkatkan aktifitas mikroorganisme dan makrofauna tanah, seperti
cacing tanah, rayap dan semut yang membuat lubang udara dan mempermudah
infiltrasi air dengan gemburnya tanah, dan kotorannya dapat meningkatkan
stabilitas agregat.
Menurut Widyasari, Sumarni dan Ariffin (2011) bahwa
pada lahan yang diberi mulsa memiliki temperatur tanah yang cenderung menurun
dan kelembaban tanah yang cenderung meningkat. Pemulsaan berfungsi untuk
menekan fluktuasi temperatur tanah dan menjaga kelembaban tanah sehingga dapat
mengurangi jumlah pemberian air. Pemberian mulsa jerami padi secara signifikan
meningkatkan fosfor tersedia dan kalium dalam tanah (Sonsteby et al,
2004)
Mulsa
adalah suatu bahan yang digunakan sebagai penutup tanah yang bertujuan untuk
menghalangi pertumbuhan gulma, menjaga suhu tanah agar tetap stabil, mencegah
percikan air langsung mengenai tanah (Wiharjo 1997). Mulsa organik adalah bahan
penutup tanah yang berasal dari sisa-sisa tanaman atau bahan organik lainnya
yang berguna untuk milindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi,
menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah dan menghambat pertumbuhan gulma (Lakitan 1995).
Jenis mulsa organik antara lain adalah jerami, sekam padi dan ampas tebu,
selain mudah didapat mulsa ini juga mampu meningkatkan kelembaban tanah,
mencegah erosi, mengurangi penguapan dan mudah terurai (Purwowidodo 1983).
Menurut
Wiharjo (1997) mulsa juga dapat meningkatkan kadar hara dalam tanah yang akan
dimanfaatkan oleh tanaman. Peningkatan hara ini merupakan hasil akhir dari
perbaikan kelembaban dan temperatur tanah. Kelembaban dan temperatur tanah yang
optimal dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah dan hal yang
demikian sangat menguntungkan bagi pertumbuhan dan produksi tanaman
(Purwowidodo 1983).
Menurut
Anwarudinsyah et al. (1993) kehilangan air dapat dikurangi dan ketersediaannya
dapat terjamin apabila pemberian sisa tanaman dilakukan dengan cara disebar
sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik karena tanah
terlindungi oleh panas yang berlebihan akibat radiasi matahari. Penggunaan
mulsa dalam budidaya tanaman dapat berfungsi untuk menghambat aliran permukaan
dan laju erosi. Selain itu, mulsa sisa tanaman dapat menekan pertumbuhan gulma;
memperbaiki struktur tanah; meningkatkan kapasitas tanah menahan air, pori
aerasi, dan infiltrasi; serta mempertahankan kandungan bahan organik sehingga
produktivitas tanahnya terpelihara
(Kadarso, 2008 dan Arsyad, 2010).
Menurut
Ghuman dan Sur (2001) mulsa dapat menurunkan bulk density di permukaan tanah,
sedangkan bahan organik tanah dapat meningkat karena adanya dekomposisi dari
mulsa. Penggunaan mulsa dapat mencegah hilangnya air yang berlebihan melalui
penguapan tanah, menekan pertumbuhan gulma serta melindungi tanah dari daya
kikis aliran permukaan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman cabai
rawit di lahan kering.
Tanaman
cabai termasuk tanaman semusim yang tergolong ke dalam famili Solanaceae,
buahnya digemari karena rasa pedas dan merupakan perangsang bagi selera makan.
Selain itu cabai memiliki kandungan vitamin, protein dan gula fruktosa. Di
Indonesia tanaman ini mempunyai arti ekonomi penting dan menduduki tempat kedua
setelah kacang – kacangan (Rusli et al., 1997).
Cabai merah (Capsicum annum) merupakan salah
satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak
diusahakan petani di dataran rendah sampai dataran tinggi. Rata-rata produksi
cabai di Indonesia mencapai 3,5 ton/ha. Hasil tersebut masih sangat rendah dibandingkan
dengan potensi produksinya yang dapat mencapai 12 ton/ha (Duriat dkk. 1994).
Di Indonesia mulsa jerami padi banyak digunakan,
sedangkan petani di negara maju menggunakan mulsa plastik sesuai kebutuhan. Mulsa jerami dapat meningkatkan hasil, ukuran
buah dan komponen rasa buah cabai (Setyorini et al., 2008).
Penggunaan varietas unggul (hibrida) merupakan
langkah awal dalam usaha budidaya
cabai
secara intensif. Cabai hibrida merupakan hasil persilangan antara dua induk
cabai yang
memiliki
sifat – sifat unggul. Budidaya cabai hibrida masih memerlukan mulsa sebagai
penekan tumbuhnya gulma (Janick, 2006).
BAB
III
INTERPRETASI
Penggunaan mulsa
organik ini memiliki banyak tujuan dan keuntungannya bagi tanaman, mulsa organik
dapat memelihara temperatur dan kelembaban tanah suatu tanaman dan untuk
mencegah hilangnya air dari tanah tersebut. Pemakaian mulsa ini juga dapat
mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, dimana dapat memperbaiki tata udara tanah dan
meningkatkan pori-pori makro tanah sehingga kegiatan jasad renik di dalamnya
dapat bekerja dengan baik dan terjamin bagi tanaman.
Ditinjau dari segi
lingkungan, penggunaan mulsa organik lebih baik digunakan dibandingkan dengan
mulsa anorganik. Penggunaan mulsa organik ini sangatlah baik untuk menunjang
sistem pertanian lestari, karena mulsa organik dapat digunakan dengan sistem
berkelanjutan. Kegunaan mulsa organik
khususnya jerami padi tidak kalah baiknya
dari mulsa plastik hitam atau perak karena mulsa jerami padi dapat memperbaiki
kesuburan tanah, struktur dan secara tidak langsung akan mempertahankan
agregasi dan porositas tanah, serta dapat mempertahankan kapasitas tanah
menahan air, setelah terdekomposisi .
Penutupan tanah dengan
mulsa dari bahan organik dapat meningkatkan penyerapan air dan mengurangi
penguapan air di permukaan tanah. Pemulsaan ini berfungsi untuk menekan
fluktuasi temperatur tanah dan menjaga kelembaban tanah sehingga dapat
mengurangi jumlah pemberian air.Pemberian mulsa jerami padi secara signifikan
meningkatkan fosfor tersedia dan kalium dalam tanah. Penggunaan mulsa organik
seperti mulsa jerami padi merupakan pilihan yang tepat untuk mendukung
pertanian lestari. Kebanyakan petani awam pada umumnya memusnahkan jerami padi
setelah masa panen, hal tersebut kurang tepat untuk sistem pertanian yang
berkelanjutan.
Penerapan mulsa jerami secara signifikan dapat meningkatkan
fosfor tersedia dan kalium dalam tanah. Hasil dekomposisi bahan organik dapat
meningkatkan unsur N, P, K dimana dapat meningkatkan karbohidrat pada proses
fotosintesis, karena unsur N untuk membentuk klorofil dan yang berfungsi untuk
menyerap cahaya matahari dan sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis
sedangkan unsur K meningkatkan absorbsi CO2 kaitannya dengan membuka
menutupnya stomata daun selanjutnya karbohidrat tersebut setelah tanaman
memasuki fase reproduktif disimpan dalam buah
Sehingga meningkatkan serapan hara dapat meningkatkan jumlah buah cabai.
Dan mulsa organik jerami juga menurunkan suhu tanah, menyebabkan pertumbuhan
tanaman dan waktu pembentukan buah lebih cepat.
Pemakaian
mulsa organik pada cabai banyak memberikan keuntungan seperti penghematan air
dengan menurunkan laju evaporasi hingga 65%,menekan biaya tenaga pemupukan dan
penyiangan, mengurangi serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma
yang merupakan saingan bagi tanaman cabai untuk mendapat air, unsur hara dan
cahaya matahari.
Mulsa organik mampu
mengurangi pertumbuhan gulma dan dapat menjaga kestabilan kelembaban dalam
tanah sehingga mendorong aktifitas mikroorganisme tanah tetap aktif dalam
mendekomposisi bahan organik untuk mensuplai kebutuhan unsur hara yang
dibutuhkan pada pertumbuhan organ vegetative
tanaman.
Mulsa
organik dapat meningkatkan jumlah buah
cabai dan menekan tingkat erosi tanah. Penggunaan mulsa organik dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang akan mempermudah
penyediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pembentukan dan
perkembangan buah. Dibandingkan dengan mulsa anorganikdan mulsa kimia-sintetis
Penggunaan mulsa organik seperti jerami dapat
meningkatkan diameter buah cabai,kemudian dapat Mempercepat laju fotosintesis,
meningkatkan senyawa organik yang disimpan pada batang sebagai cadangan makanan
yang ditranslokasikan ke buah cabai sehingga berpengaruh terhadap diameter buah
dan juga dapat meningkatkan kualitas buah cabai. Kelembaban dan suhu merupakan
faktor lingkungan yang mempengaruhi fase generatif tanaman. Kelembaban yang
rendah membatasi proses metabolisme dan menurunkan laju fotosintesis yang
berakibat pada pembentukan buah juga terhambat.
Keuntungan mulsa organik adalah lebih
ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah
kandungan bahan organik dalam tanah. Dibandingkan dengan mulsa anorganik dan
mulsa kimia sintetis, mulsa organik dapat meningkatkan jumlah populasi cacing(mikroorganisme)
dalam tanah. Tanaman cabai memerlukan kesuburan tanah yang tinggi sehingga
mulsa organik diperlukan pada budidaya tanaman cabai.
Mulsa organik sangat mendukung sistem
pertanian lestari karena mulsa tersebut diambil dari sisa-sisa tanaman. Kebanyakan
petani hanya membuang sisa-sisa jerami atau membakarnya, hanya sedikit dari
mereka yang mau memanfaatkan sisa-sisa jerami untuk dijadikan mulsa. Disinilah
peran mahasiswa untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada petani
mengenai pentingnya mulsa organik terhadap pertumbuhan tanaman terutama tanaman
cabai sehingga sistem pertanian lestari dapat dibangun secara perlahan. Disisi
lain mulsa organik dapat menurunkan laju pemanasan global, ini dikarenakan
mulsa organik mampu menyerap sebagian besar cahaya matahari yang masuk kebumi
sehingga menurunkan suhu udara.
BAB
IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Pemanfaatan mulsa organik pada tanaman cabai sangat
diperlukan untuk menghalangi pertumbuhan gulma sehingga dapat mengurangi biaya
tenaga kerja dalam melakukan penyiangan tanaman cabai, dan juga menjaga suhu
tanah agar tetap stabil. Penggunaan
mulsa organik seperti jerami dapat meningkatkan bobot dan kualitas buah cabai. Penggunaan mulsa organik
dari segi kesuburan lebih dianjurkan kepada petani cabai dibandingkan mulsa
anorganik dan mulsa kimia-sintetis.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurachman
dan Sutoro. 2002. Teknik Konservasi Tanah Secara Vegetatif. Balai Penelitian
Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Anwarudinsyah, M.J., Sukarna, Satsijati. 1993. Pengaruh tanaman
lorong dan mulsa pangkasnya
terhadap produksi tomat dan bawang merah dalam lorong. J. Hort. 3:7- 12.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Baru. IPB Press,
Bogor.
Bilalis, D., N. Sidiras, G. Economou and C. Vakali. 2002. Effect of
different levels of wheat
straw soil surface coverage on weed flora in Vicia faba crops. J. Agron. Crop Sci. 189:
233–241.
straw soil surface coverage on weed flora in Vicia faba crops. J. Agron. Crop Sci. 189:
233–241.
Duriat AS, TA
Soetarso, L Prabaningrum, dan R Sutarya. 1994. Penerapan pengendalian
hama penyakit terpadu pada budidaya cabai. Balai Penelitian Hortikultura Lembang,
Bandung.
hama penyakit terpadu pada budidaya cabai. Balai Penelitian Hortikultura Lembang,
Bandung.
Fauzan, A. 2002. Pemanfaatan Mulsa Dalam Pertanian Berkelanjutan.
Pertanian Organik.
Malang. H. 182-187.
Malang. H. 182-187.
Fithriadi, R. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di Indonesia;
Kumpulan
Informasi. Hal 80-81. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kehutanan.
Informasi. Hal 80-81. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kehutanan.
Ghuman, B.S., H.S. Sur. 2001. Tillage and residue management
effects on soil properties and yields
of rainfed maize and wheat in a subhumid subtropical climate. Soil Till. Res. 58:1-10.
Janick, J.,
2006. Horticultural Sciences. 9th edition. W.H. Freeman and Co, USA. p. 355.
Kadarso. 2008. Kajian penggunaan jenis mulsa terhadap hasil
tanaman cabai merah varietas Red
Charm. Agros 10:134-139.
Kumalasari,
N. R., L. Abdullah, S, Jayadi. 2013. Pengaruh Pemberian Mulsa Chromolaena
(L.) Kings and Robins pada Kandungan Mineral P dan N Tanah Latosol dan
Produktivitas Hijauan Jagung (Zea mays L.). 23:29-36.
(L.) Kings and Robins pada Kandungan Mineral P dan N Tanah Latosol dan
Produktivitas Hijauan Jagung (Zea mays L.). 23:29-36.
Lakitan,
B. 1995. Hortikultura I, Teory, Budidaya dan Pasca Panen. Raja Grafindopersada.
Jakarta.
Jakarta.
Margarettha.
2002. Pengaruh Molybdenum Terhadap Nodulasi dan Hasil Kacang tanah yang
Diinokulasi Rhizobium pada Tanah Ultisol. Jurnal MAPETA. Vol X (22). No 2 hal 4-7.
Diinokulasi Rhizobium pada Tanah Ultisol. Jurnal MAPETA. Vol X (22). No 2 hal 4-7.
Mulyatri,
2003. Kajian Pemberian Air dan Mulsa Terhadap Iklim Mikro Pada Tanaman
Cabai di Tanah Entisol. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan. 4 (1) : 41-49.
Cabai di Tanah Entisol. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan. 4 (1) : 41-49.
Purwowidodo,
1983. Tehnologi mulsa. Dewaruci Press. Jakarta.
Rusli, I.,
Mardinus dan Zulpaldi, 1997. Penyakit Antraknosa Pada Buah Cabai di Sumatera
Barat. Prosiding Kongres Nasional
XIV dan Seminar Ilmiah, Palembang, 27 – 29
Oktober 1997. Perhimpunan
Fitopatologi Indonesia.187 , 190.
Setyorini, D.,
D. Indradewa dan E. Sulistyoningsih. 2008. Pengaruh Umur Tanam Dan
Mulsa
organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Cabai. Agrivita 30 (2) : 179 –
188.
Sonsteby,
A., A. Nes and F. Måge. 2004. Effects of bark mulch and NPK fertilizer on
yield,
leaf nutrien status and soil mineral nitrogen during three years of strawberry
production. Acta.Agric. Scand. Sect. B, Soil and Plant 54:128 – 134.
leaf nutrien status and soil mineral nitrogen during three years of strawberry
production. Acta.Agric. Scand. Sect. B, Soil and Plant 54:128 – 134.
Sumarni, N., A. Hidayat, dan E. Sumiyati. 2006. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah dan
Mulsa Organik terhadap Produksi Cabai dan Erosi Tanah. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Lembang. J.Hort. 16 (3) : 197-201
Mulsa Organik terhadap Produksi Cabai dan Erosi Tanah. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Lembang. J.Hort. 16 (3) : 197-201
Supriyadi, S. 2007. Kesuburan Tanah di Lahan Kering Madura. Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo. Bangkalan. Embryo. 4 (2) : 124-131
Universitas Trunojoyo. Bangkalan. Embryo. 4 (2) : 124-131
Tisdale,
S. I. and W. L. Nelson. 1975. Soil fertility and fertilizer. MacMillan
Publishing
Company, London
Company, London
Widyasari,
L., T. Sumarni dan Ariffin. 2011. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Mulsa Jerami
Padi pada Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. FPUB. Malang
Padi pada Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. FPUB. Malang
Wiharjo,
1997. Bertanam Semangka. Kanisius, Yokyakarta.
Izin copas ya gan..
BalasHapusijin copas y bang makasih:))
BalasHapusizin copas ya, makasih.
BalasHapusijin copas yah bang
BalasHapusizin copas bang
BalasHapusIzin copas gan makasiih banyakk
BalasHapusizin copy yaa bang....
BalasHapus