Blogger Widgets
Powered By Blogger

Sabtu, 20 Februari 2016

LAPORAN PRAKTIKUM PERTANIAN LESTARI MULSA ORGANIK


MAKALAH PERTANIAN LESTARI
PEMANFAATAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI 
DISUSUN Oleh :
NAMA  :   1. ernawati simanjuntak   E1J012041
                            2. Sri devi girsang                          E1J012146
                            3. NICO DWI ARDIYANSAH               E1J013079
                            4. AYU LESTARI                                   E1J013074
                            5. dewi septi yani                  E1J013081
                            6. Hendrik kurniawan                 E1J013041
                            7. NOTOMIN WANIMBO           E1J012188
SHIFT    :  SUB SHFT 1
dosen  :  Ir.Hermansyah,M.P
COASS   : Phrilly Monica panjaitan
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang

          Mulsa organik merupakan material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Pemberian mulsa organik, selain mempengaruhi peningkatan beberapa komponen pertumbuhan, juga dapat mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan tanaman secara nyata. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa organik dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya tanah yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi . Mulsa organik ini dapat dijadikan sebagai sumber hara bagi tanaman. Mulsa organik yang berasal dari daun esek-esek inilah yang membantu pertumbuhan tanaman cabai rawit.
          Mulsa organik yang diperoleh dari bahan organik dapat mencegah evaporasi dan menambah bahan organik tanah karena mulsa daun esek-esek mengandung banyak unsur hara nitrogen yang baik untuk kesuburan tanah, dan mulsa daun esek-esek mudah lapuk setelah rentan waktu tertentu. Mulsa organik yang dapat digunakan yaitu tanaman legume berupa tanaman esek-esek (Clotalaria juncea L) karena mengandung unsur hara yang baik untuk tanah dan pertumbuhan tanaman cabai rawit.
    Penggunaan mulsa organik merupakan pilihan alternatif yang tepat karena mulsa organik terdiri dari bahan organik sisa tanaman (seresah padi, serbuk gergaji, batang jagung), pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman yang akan dapat memperbaiki kesuburan, struktur dan secara tidak langsung akan mempertahankan agregasi dan porositas tanah, yang berarti akan mempertahankan kapasitas tanah menahan air, setelah terdekomposisi.Penutupan tanah dengan bahan organik yang berwarna muda dapat memantulkan sebagian besar dari radiasi matahari, menghambat kehilangan panas karena radiasi, meningkatkan penyerapan air dan mengurangi penguapan air di permukaan tanah.
   Cabai atau lombok merupakan tanaman sayuran buah semusim yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Di Indonesia cabai tergolong sebagai rempah-rempah yang paling tinggi tingkat penggunaannya dibanding jenis lain yaitu diolah menjadi berbagai bahan makanan seperti sambal terasi, saus pedas, dan bubuk pedas penyedap rasa.
Selain dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bumbu dan penggugah selera, cabai juga banyak digunakan untuk terapi kesehatan. Di bidang kesehatan cabai juga bermanfaat untuk menyembuhkan kejang otot, rematik, sakit tenggorokan, dan alergi. Cabai juga dapat melancarkan sirkulasi darah dalam jantung. Terutama ketika mengkonsumsi cabai merah dan cabai rawit, suhu tubuh akan meningkat sehingga merangsang metabolisme tubuh.
Sejak dahulu cabai juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional antara lain untuk obat luka gigitan ular, obat penawar racun, obat sesak napas serta sebagai aprodisiac atau obat kuat untuk kaum lelaki. Hal ini seperti telah diuji dari beberapa penelitian kedokteran bahwa cabai mengandung capsaicin (Zat pedas dalam cabai) yang memiliki kemampuan mengurangi rasa sakit. Permintaan komoditas cabai cenderung meningkat, karena selain untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan makanan, obat – obatan juga untuk ekspor baik berupa cabai segar, cabai kering dan produk cabai olahan lainnya.
Tanaman cabai dapat tumbuh pada tanah yang gembur dan banyak mengandung unsur hara. Sedangkan kesuburan tanah yang rendah menyebabkan tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan menurunkan pH tanah. Pemberian mulsa organik diharapkan dapat menjaga kandungan air dalam tanah sekaligus untuk meningkatkan kesuburan tanah. Mulsa organik diduga dapat menjaga kelembaban tanah, menurunkan suhu tanah dan menyuburkan tanah karena mulsa organik daun esek-esek mampu menambah bahan organik tanah karena mudah lapuk setelah rentang waktu tertentu.
 Tanaman cabai besar memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang optimal. Peningkatan suhu tahunan akibat pemanasan global berpengaruh pada pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Pada musim kemarau, peningkatan suhu menyebabkan suhu tanah tinggi, kelembaban tanah rendah dan mengakibatkan kehilangan air melalui penguapan. Sehingga, pertumbuhan tanaman cabai besar kurang optimal. Salah satu teknik budidaya untuk meningkatkan produksi cabai besar yang optimal yaitu dengan memodifikasi iklim mikro di sekitar tanaman. Salah satu teknik modifikasi iklim mikro adalah dengan menggunakan mulsa.
Dalam rangka memacu produksi tanaman cabai merah ada beberapa faktor yang dapat dilakukan disamping penggunaan benih atau bibit unggul,yaitu manipulasi lingkungan tempat untuk tanaman seperti penggunaan mulsa pada tanaman cabai merah. Pada awalnya penggunaan mulsa ditujukan kepada pencegahan erosi pada musim hujan dan pencegahan kekeringan pada musim kemarau. Dewasa ini pemulsaan pada cabai merah berkembang pada iklim mikro tanah, refleksi matahari dan daya serap permukaan tanah.penggunaan mulsa pada cabai merah bisa dari bahan alami,seperti sisa tanaman,limbah hasil panen,daun-daunan,batang tanaman, dan jerami padi.

1.2  Tujuan Praktikum
Mengetahui manfaat mulsa organik terhadap pertumbuhan tanaman cabai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mulsa merupakan semua bahan yang digunakan pada permukaan tanah yang bertujuan untuk mengurangi hilangnya air dan mencegah pertumbuhan tanaman pengganggu.Salah satu mulsa yang dapat digunakan yaitu mulsa plastik hitam perak. Beberapa manfaat penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat menekan per-tumbuhan gulma, mengurangi evaporasi, mengatur suhu tanah serta mengendalikan hama dan penyakit. Penggunaan mulsa juga mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi permukaan tanah, mencegah penguapan air dan melindungi tanah dari pancaran sinar matahari serta memperbaiki stabilitas agregat tanah (Sumarni et al, 2006).  Supriyadi (2007) menyatakan  bahwa penggunaan mulsa mampu menjaga kele mbaban tanah, akan meningkatkan perkem-bangan akar dan umbi tanaman.
Penggunaan mulsa bertujuan untuk mencegah kehilangan air dari tanah sehingga kehilangan air dapat dikurangi dengan memelihara temperatur dan kelembaban tanah (Mulyatri, 2003). Aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma, memodifikasi keseimbangan air, suhu dan kelembaban tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Fithriadi, 2000). Tisdale dan Nelson (1975) menyatakan bahwa pemberian mulsa dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Mulsa dapat memperbaiki tata udara tanah dan meningkatkan pori-pori makro tanah sehingga kegiatan jasad renik dapat lebih baik dan ketersediaan air dapat lebih terjamin bagi tanaman.
Mulsa dapat pula mempertahankan kelem-baban dan suhu tanah sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara lebih baik. Pemberian mulsa khususnya mulsa organik seperti kertas koran juga termasuk salah satu teknik pengawetan tanah. Pemberian mulsa ini dapat mengurangi erosi dan evaporasi, memperbesar porositas tanah sehingga daya infiltrasi air menjadi lebih besar (Sarief, 1985)
Penggunaan mulsa organik seperti mulsa jerami padi merupakan pilihan alternatif yang tepat karena mulsa jerami padi dapat memperbaiki kesuburan, struktur dan secara tidak langsung akan mempertahankan agregasi dan porositas tanah, yang berarti akan mempertahankan kapasitas tanah menahan air, setelah terdekomposisi. Fauzan (2002) menyatakan bahwa penutupan tanah dengan bahan organik dapat meningkatkan penyerapan air dan mengurangi penguapan air di permukaan tanah.
Penggunaan mulsa organik akan mendukung  penyediaan un­sur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pembentukan dan perkembangan buah sebab mulsa organik mampu  memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Creamer et al. 1996). Sedangkan menurut Vos (1994) mulsa organik jerami menurunkan suhu tanah, menyebabkan pertumbuhan tanaman dan waktu pembentukan buah lebih cepat, tetapi tidak dite­mukan adanya pengaruh nyata terhadap produksi tanaman cabai.
Berdasarkan hasil penelitian Margarettha (2002), pemberian mulsa jerami padi sebanyak 15 ton/ha dapat meningkatkan hasil biji kering kacang tanah sebesar 3,09 ton/ha dibandingkan tanpa diberi mulsa yaitu sebesar 2,12 ton/ha atau meningkat sebesar 45,75 %. Menurut Abdurachman dan Sutoro (2002) pemberian mulsa jerami padi sebanyak 4-6 ton/ha mampu mempertahankan laju infiltrasi, meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung. Sedangkan Hasil penelitian Kumalasari (2013) menunjukan bahwa perlakuan takaran mulsa jerami padi berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan indeks luas daun tanaman jagung. Besar kecilnya pengaruh yang ditimbulkan akibat pemulsaan tersebut akan tergantung pada takaran mulsa yang digunakan.
Menurut Bilalis et al (2002), bahwa mulsa jerami padi dapat mengurangi fluktuasi suhu, dan meningkatkan kelembaban tanah sehingga meningkatkan aktifitas mikroorganisme dan makrofauna tanah, seperti cacing tanah, rayap dan semut yang membuat lubang udara dan mempermudah infiltrasi air dengan gemburnya tanah, dan kotorannya dapat meningkatkan stabilitas agregat.
Menurut Widyasari, Sumarni dan Ariffin (2011) bahwa pada lahan yang diberi mulsa memiliki temperatur tanah yang cenderung menurun dan kelembaban tanah yang cenderung meningkat. Pemulsaan berfungsi untuk menekan fluktuasi temperatur tanah dan menjaga kelembaban tanah sehingga dapat mengurangi jumlah pemberian air. Pemberian mulsa jerami padi secara signifikan meningkatkan fosfor tersedia dan kalium dalam tanah (Sonsteby et al, 2004)
            Mulsa adalah suatu bahan yang digunakan sebagai penutup tanah yang bertujuan untuk menghalangi pertumbuhan gulma, menjaga suhu tanah agar tetap stabil, mencegah percikan air langsung mengenai tanah (Wiharjo 1997). Mulsa organik adalah bahan penutup tanah yang berasal dari sisa-sisa tanaman atau bahan organik lainnya yang berguna untuk milindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah dan  menghambat pertumbuhan gulma (Lakitan 1995). Jenis mulsa organik antara lain adalah jerami, sekam padi dan ampas tebu, selain mudah didapat mulsa ini juga mampu meningkatkan kelembaban tanah, mencegah erosi, mengurangi penguapan dan mudah terurai (Purwowidodo 1983).
Menurut Wiharjo (1997) mulsa juga dapat meningkatkan kadar hara dalam tanah yang akan dimanfaatkan oleh tanaman. Peningkatan hara ini merupakan hasil akhir dari perbaikan kelembaban dan temperatur tanah. Kelembaban dan temperatur tanah yang optimal dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah dan hal yang demikian sangat menguntungkan bagi pertumbuhan dan produksi tanaman (Purwowidodo 1983).
Menurut Anwarudinsyah et al. (1993) kehilangan air dapat dikurangi dan ketersediaannya dapat terjamin apabila pemberian sisa tanaman dilakukan dengan cara disebar sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik karena tanah terlindungi oleh panas yang berlebihan akibat radiasi matahari. Penggunaan mulsa dalam budidaya tanaman dapat berfungsi untuk menghambat aliran permukaan dan laju erosi. Selain itu, mulsa sisa tanaman dapat menekan pertumbuhan gulma; memperbaiki struktur tanah; meningkatkan kapasitas tanah menahan air, pori aerasi, dan infiltrasi; serta mempertahankan kandungan bahan organik sehingga produktivitas tanahnya terpelihara  (Kadarso, 2008 dan Arsyad, 2010).
Menurut Ghuman dan Sur (2001) mulsa dapat menurunkan bulk density di permukaan tanah, sedangkan bahan organik tanah dapat meningkat karena adanya dekomposisi dari mulsa. Penggunaan mulsa dapat mencegah hilangnya air yang berlebihan melalui penguapan tanah, menekan pertumbuhan gulma serta melindungi tanah dari daya kikis aliran permukaan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman cabai rawit di lahan kering.
Tanaman cabai termasuk tanaman semusim yang tergolong ke dalam famili Solanaceae, buahnya digemari karena rasa pedas dan merupakan perangsang bagi selera makan. Selain itu cabai memiliki kandungan vitamin, protein dan gula fruktosa. Di Indonesia tanaman ini mempunyai arti ekonomi penting dan menduduki tempat kedua setelah kacang – kacangan (Rusli et al., 1997).
Cabai merah (Capsicum annum) merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak diusahakan petani di dataran rendah sampai dataran tinggi. Rata-rata produksi cabai di Indonesia mencapai 3,5 ton/ha. Hasil tersebut masih sangat rendah dibandingkan dengan potensi produksinya yang dapat mencapai 12 ton/ha (Duriat dkk. 1994).
Di Indonesia mulsa jerami padi banyak digunakan, sedangkan petani di negara maju menggunakan mulsa plastik sesuai kebutuhan.  Mulsa jerami dapat meningkatkan hasil, ukuran buah dan komponen rasa buah cabai (Setyorini et al., 2008).
Penggunaan varietas unggul (hibrida) merupakan langkah awal dalam usaha budidaya
cabai secara intensif. Cabai hibrida merupakan hasil persilangan antara dua induk cabai yang
memiliki sifat – sifat unggul. Budidaya cabai hibrida masih memerlukan mulsa sebagai penekan tumbuhnya gulma  (Janick, 2006).

BAB III
INTERPRETASI

Penggunaan mulsa organik ini memiliki banyak tujuan dan keuntungannya bagi tanaman, mulsa organik dapat memelihara temperatur dan kelembaban tanah suatu tanaman dan untuk mencegah hilangnya air dari tanah tersebut. Pemakaian mulsa ini juga dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah,  dimana dapat memperbaiki tata udara tanah dan meningkatkan pori-pori makro tanah sehingga kegiatan jasad renik di dalamnya dapat bekerja dengan baik dan terjamin bagi tanaman.
Ditinjau dari segi lingkungan, penggunaan mulsa organik lebih baik digunakan dibandingkan dengan mulsa anorganik. Penggunaan mulsa organik ini sangatlah baik untuk menunjang sistem pertanian lestari, karena mulsa organik dapat digunakan dengan sistem berkelanjutan. Kegunaan  mulsa organik khususnya jerami padi  tidak kalah baiknya dari mulsa plastik hitam atau perak karena mulsa jerami padi dapat memperbaiki kesuburan tanah, struktur dan secara tidak langsung akan mempertahankan agregasi dan porositas tanah, serta dapat mempertahankan kapasitas tanah menahan air, setelah terdekomposisi .
Penutupan tanah dengan mulsa dari bahan organik dapat meningkatkan penyerapan air dan mengurangi penguapan air di permukaan tanah. Pemulsaan ini berfungsi untuk menekan fluktuasi temperatur tanah dan menjaga kelembaban tanah sehingga dapat mengurangi jumlah pemberian air.Pemberian mulsa jerami padi secara signifikan meningkatkan fosfor tersedia dan kalium dalam tanah. Penggunaan mulsa organik seperti mulsa jerami padi merupakan pilihan yang tepat untuk mendukung pertanian lestari. Kebanyakan petani awam pada umumnya memusnahkan jerami padi setelah masa panen, hal tersebut kurang tepat untuk sistem pertanian yang berkelanjutan.
Penerapan mulsa jerami secara signifikan dapat meningkatkan fosfor tersedia dan kalium dalam tanah. Hasil dekomposisi bahan organik dapat meningkatkan unsur N, P, K dimana dapat meningkatkan karbohidrat pada proses fotosintesis, karena unsur N untuk membentuk klorofil dan yang berfungsi untuk menyerap cahaya matahari dan sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis sedangkan unsur K meningkatkan absorbsi CO2 kaitannya dengan membuka menutupnya stomata daun selanjutnya karbohidrat tersebut setelah tanaman memasuki fase reproduktif disimpan dalam buah  Sehingga meningkatkan serapan hara dapat meningkatkan jumlah buah cabai. Dan mulsa organik jerami juga menurunkan suhu tanah, menyebabkan pertumbuhan tanaman dan waktu pembentukan buah lebih cepat.
Pemakaian mulsa organik pada cabai banyak memberikan keuntungan seperti penghematan air dengan menurunkan laju evaporasi hingga 65%,menekan biaya tenaga pemupukan dan penyiangan, mengurangi serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma yang merupakan saingan bagi tanaman cabai untuk mendapat air, unsur hara dan cahaya matahari.
Mulsa organik mampu mengurangi pertumbuhan gulma dan dapat menjaga kestabilan kelembaban dalam tanah sehingga mendorong aktifitas mikroorganisme tanah tetap aktif dalam mendekomposisi bahan organik untuk mensuplai kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan pada pertumbuhan organ vegetative  tanaman.
Mulsa organik  dapat meningkatkan jumlah buah cabai dan menekan tingkat erosi tanah. Penggunaan mulsa organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang akan mempermudah penyediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pembentukan dan perkembangan buah. Dibandingkan dengan mulsa anorganikdan mulsa kimia-sintetis
Penggunaan mulsa organik seperti jerami dapat meningkatkan diameter buah cabai,kemudian dapat Mempercepat laju fotosintesis, meningkatkan senyawa organik yang disimpan pada batang sebagai cadangan makanan yang ditranslokasikan ke buah cabai sehingga berpengaruh terhadap diameter buah dan juga dapat meningkatkan kualitas buah cabai. Kelembaban dan suhu merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi fase generatif tanaman. Kelembaban yang rendah membatasi proses metabolisme dan menurunkan laju fotosintesis yang berakibat pada pembentukan buah juga terhambat.
Keuntungan mulsa organik adalah lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Dibandingkan dengan mulsa anorganik dan mulsa kimia sintetis, mulsa organik dapat meningkatkan jumlah populasi cacing(mikroorganisme) dalam tanah. Tanaman cabai memerlukan kesuburan tanah yang tinggi sehingga mulsa organik diperlukan pada budidaya tanaman cabai.
 Mulsa organik sangat mendukung sistem pertanian lestari karena mulsa tersebut diambil dari sisa-sisa tanaman. Kebanyakan petani hanya membuang sisa-sisa jerami atau membakarnya, hanya sedikit dari mereka yang mau memanfaatkan sisa-sisa jerami untuk dijadikan mulsa. Disinilah peran mahasiswa untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada petani mengenai pentingnya mulsa organik terhadap pertumbuhan tanaman terutama tanaman cabai sehingga sistem pertanian lestari dapat dibangun secara perlahan. Disisi lain mulsa organik dapat menurunkan laju pemanasan global, ini dikarenakan mulsa organik mampu menyerap sebagian besar cahaya matahari yang masuk kebumi sehingga menurunkan suhu udara.



BAB IV
KESIMPULAN
4.1  Kesimpulan
Pemanfaatan mulsa organik pada tanaman cabai sangat diperlukan untuk menghalangi pertumbuhan gulma sehingga dapat mengurangi biaya tenaga kerja dalam melakukan penyiangan tanaman cabai, dan juga menjaga suhu tanah agar tetap stabil.  Penggunaan mulsa organik seperti jerami dapat meningkatkan bobot dan  kualitas buah cabai. Penggunaan mulsa organik dari segi kesuburan lebih dianjurkan kepada petani cabai dibandingkan mulsa anorganik dan mulsa kimia-sintetis.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman dan Sutoro. 2002. Teknik Konservasi Tanah Secara Vegetatif. Balai Penelitian
           Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian
          dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Anwarudinsyah, M.J., Sukarna, Satsijati. 1993. Pengaruh tanaman lorong dan mulsa          pangkasnya terhadap produksi tomat dan bawang merah dalam lorong. J.  Hort. 3:7-       12.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Baru. IPB Press, Bogor.
Bilalis, D., N. Sidiras, G. Economou and C. Vakali. 2002. Effect of different levels of wheat
           straw soil surface coverage on weed flora in Vicia faba crops. J. Agron. Crop Sci. 189:
           233–241.
Duriat AS, TA Soetarso, L Prabaningrum, dan R Sutarya. 1994. Penerapan pengendalian
           hama penyakit terpadu pada budidaya cabai. Balai Penelitian Hortikultura Lembang,
          Bandung.
Fauzan, A. 2002. Pemanfaatan Mulsa Dalam Pertanian Berkelanjutan. Pertanian Organik.
          Malang. H. 182-187.
Fithriadi, R. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di Indonesia; Kumpulan  
          Informasi. Hal 80-81. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kehutanan.
Ghuman, B.S., H.S. Sur. 2001. Tillage and residue management effects on soil properties and       yields of rainfed maize and wheat in a subhumid subtropical climate. Soil Till. Res.   58:1-10.
Janick, J., 2006. Horticultural Sciences. 9th edition. W.H. Freeman and Co, USA. p. 355.
Kadarso. 2008. Kajian penggunaan jenis mulsa terhadap hasil tanaman cabai merah varietas          Red Charm. Agros 10:134-139.
Kumalasari, N. R., L. Abdullah, S, Jayadi. 2013. Pengaruh Pemberian Mulsa Chromolaena
         (L.) Kings and Robins pada Kandungan Mineral P dan N Tanah Latosol dan
          Produktivitas Hijauan Jagung (Zea mays L.). 23:29-36.
Lakitan, B. 1995. Hortikultura I, Teory, Budidaya dan Pasca Panen. Raja Grafindopersada.
           Jakarta.
Margarettha. 2002. Pengaruh Molybdenum Terhadap Nodulasi dan Hasil Kacang tanah yang
          Diinokulasi Rhizobium pada Tanah Ultisol. Jurnal MAPETA. Vol X (22). No 2 hal 4-7.
Mulyatri, 2003. Kajian Pemberian Air dan Mulsa Terhadap Iklim Mikro Pada Tanaman
          Cabai di Tanah Entisol. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan. 4 (1) : 41-49.
Purwowidodo, 1983. Tehnologi mulsa. Dewaruci Press. Jakarta.
Rusli, I., Mardinus dan Zulpaldi, 1997. Penyakit Antraknosa Pada Buah Cabai di Sumatera
           Barat. Prosiding Kongres Nasional XIV dan Seminar Ilmiah, Palembang, 27 – 29
           Oktober 1997. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia.187 , 190.
Setyorini, D., D. Indradewa dan E. Sulistyoningsih. 2008. Pengaruh Umur Tanam Dan
Mulsa organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Cabai. Agrivita 30 (2) : 179 – 188.
Sonsteby, A., A. Nes and F. Måge. 2004. Effects of bark mulch and NPK fertilizer on yield,
           leaf nutrien status and soil mineral nitrogen during three years of strawberry
           production. Acta.Agric. Scand. Sect. B, Soil and Plant 54:128 – 134.
Sumarni, N., A. Hidayat, dan E. Sumiyati. 2006. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah dan
            Mulsa Organik terhadap Produksi Cabai dan Erosi Tanah. Balai Penelitian Tanaman
             Sayuran. Lembang. J.Hort.
16 (3) : 197-201
Supriyadi, S. 2007. Kesuburan Tanah di Lahan Kering Madura. Fakultas Pertanian
          Universitas Trunojoyo. Bangkalan. Embryo. 4 (2) : 124-131
Tisdale, S. I. and W. L. Nelson. 1975. Soil fertility and fertilizer. MacMillan Publishing
          Company, London
Widyasari, L., T. Sumarni dan Ariffin. 2011. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Mulsa Jerami
          Padi pada Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. FPUB. Malang
Wiharjo, 1997. Bertanam Semangka. Kanisius, Yokyakarta.

7 komentar: