LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN HAMA TERPADU
PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : NICO DWI ARDIYANSAH
NPM : E1J013079
JADWAL : SABTU (PUKUL 08:00-10:00)
DOSEN : Ir.TRI SUNARDI,
M.P
COASS : KERLY DEFI
HIDAYAT
LABORATORIUM
PROTESKSI TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan. Pengertian tentang PHT
adalah perpaduan beberapa teknik pengendalian hama, dan juga dalam
penerapannya. PHT timbul karena karena manusia cenderung untuk menghabiskan
makhluk-makhluk yang dirasakan sangat merugikan (misal belalang, tikus, walang
sangit, tikus dan lain-lain) dengan menggunakan racun-racun yang membahayakan
semua kehidupan.
Menurut De Luca (1979), ada tiga jenis
bahan alami yang dapat digunakan sebagai insektisida yaitu bahan mineral, bahan
nabati dan bahan hewani. Dari ketiga bahan alami tersebut, bahan nabati
merupakan cadangan yang paling besar dan bervariasi. Hingga saat ini setidaknya
terdapat lebih dari 2000 jenis tanaman yang dilaporkan mempunyai sifat-sifat
insektisidal. Suatu tanaman yang akan dijadikan bahan insektisida harus
memenuhi beberapa kriteria, antara lain : (a) mudah dibudayakan, (b) tanaman
tahunan, (c) tidak perlu dimusnahkan apabila suatu saat bagian tanamannya
diperlukan, (d) tidak menjadi gulma, atau inang bagi organisme pengganggu
tanaman, (e). mempunyai nilai tambah, (f) mudah diproses sesuai dengan
kemampuan petani.
Telah banyak bukti memperlihatkan bahwa
tumbuhan merupakan gudang bahan kimia yang disebut produksi metabolit sekunder.
Bahan kimia ini digunakan untuk melindungi diri dari berbagai gangguan
organisme pengganggu tumbuhan (Jacobson, 1989). Indonesia yang terdiri dari
hutan tropis yang luas memiliki banyak tumbuhan yang mengandung bahan
pestisida. Salah satu pohon yang kaya akan zat metabolit sekunder adalah mimba
(Azadirachta indica A. Juss) dan mindi (Melia azedarach L.).
Untuk mengatasi
dampak negatif yang ditimbulkan pestisida sintetis, Untuk itu para peneliti memulai
lagi melakukan pengujian terhadap tumbuhan yang telah diketahui bersifat pestisida seperti daun mimba dan daun/biji
mindi.
1.2 Tujuan Praktikum
1.
Mahasiswa dapat membuat ramuan
pestisida nabati dari beberapa tumbuhan yang berpotensi sebagai pestisida
nabati.
2.
Mahasiswa dapat menggunakan beberapa
jenis pestisida nabati terhadap beberapa jenis tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan pesitisida sintesis berdampak besar terhadap
lingkungan maupun hama nontarget. Dampak negatif terhadap organisme non target
meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan
bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia (Tarumingkeng, 1992). Pernyataan
serupa diungkapkan oleh Quijano et.al.
(2001) yang menyatakan bahwa penggunaan pestisida memang memberikan keuntungan
secara ekonomis, namun juga memberikan kerugian diantaranya residu yang
tertinggal tidak hanya pada tanaman, tapi juga air, tanah dan udara. Penggunaan
pestisida kimia secara terus-menerus akan mengakibatkan efek resistensi
berbagai jenis hama. Hal tersebut dapat terjadi jika pestisida digunakan secara
tidak tepat baik pada cara, dosis, dan organisme sasarannya.
Sastrodihardjo et al., (1992)
menyatakan bahwa untuk mengendalikan suatu hama diperlukan suatu komponen yang
dapat mengganggu keseimbangan pada proses fisiologi hama, karena proses ini
merupakan proses yang rentan untuk dimanipulasi siklus hidupnya. Tanaman yang
mengandung komponen aktif seperti alkaloid, terpenoid, kumarin, glikosida dan
beberapa sterol serta minyak atsiri dapat berpotensi sebagai insektisida
(Robinson, 1995)
Insektisida adalah jenis pestisida yang
berfungsi sebagai racun serangga. Berdasarkan cara masuknya ke dalam tubuh
serangga (1) racun perut, yaitu insektisida yang bekerja melalui sistem
pencernaan (stomach poison), dan merupakan insektisida yang
dicampurkan pada bahan yang biasa dimakan serangga; (2) racun kontak, yaitu insektisida
yang meresap ke dalam tubuh serangga
melalui permukaan tubuh; dan (3) fumigan, yaitu insektisida yang masuk ke dalam
tubuh melalui alat pernafasan (spiraculum) (Ramulu, 1979).
Tanaman mimba (Azadirachta indica), terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari
produksi metabolit sekunder seperti azadirachtin, salanin, meliantriol,
nimbin dan nimbidin yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan), (Aradilla,
2009).
Mindi (Melia azedarah L.)
termasuk tanaman tahunan tergolong kedalam famili Meliaceae, berwarna hitam,
baunya tidak sedap serta rasanya pahit sekali. Daun mindi mengandung senyawa
glokosida flavonoid dengan aglikon quersetin yang bersifat sebagai insektisida
botanis. Pada umumnya bahan aktif yang terkandung pada tumbuhan mindi berfungsi
sebagai antifeedant terhadap serangga dan menghambat perkembangan serangga.
Daun mindi telah dilaporkan dapat digunakan sebagai pestisida alami. Ekstrak
daun mindi dapat digunakan pula sebagai bahan untuk mengendalikan hama termasuk
belalang (Kartasapoetra, 2000).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
2.1 Bahan dan Alat
Bahan
dan alat yang diperlukan dalam praktikum ini adalah 3 petak pertanaman kacang
tanah, 4 petak pertanaman kacang hijau, dan 5 petak pertanaman kacang panjang
berumur 1 bulan. blender, pisau,saringan,telenan, ember, 1 kg biji mindi,daun
suren, 1 kg daun nimba,air,dan sunlight.
2.2
Cara
kerja
1. Menyiapkan
daun nimba, daun suren,dan biji mindi.
2. Memotong
kecil secara terpisah.
3. Memblender
potongan daun yang telah dicincang secara terpisah dengan perincian:
-
500 gr. biji mindi +
air 500 ml (2 kali)
-
500 gr. daun suren +
air 500 ml (2 kali)
-
500 gr. daun nimba +
air 500 ml (2 kali)
Total daun
surem, nimba da biji mindi yang digunakan masing-masing 1 kg dan masing-masing
diblender dengan 1 liter air.
4. Bahan
yang telah diblender secara terpisah kemudian dimasukan kedalam ember secara
terpisah.
5. Menambahkan
air volume masing-masing bahan diblender menjadi 5 liter.
6. Menutup
masing-masing ember dengan rapat.
7. Membiarkan
selama 1 malam, dan besoknya ketika akan diaplikasikan, hasil blenderan tadi
disaring dan ditambahkan deterjen cair atau sunlight sebagai bahan perekat.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
Alat –
alat yang digunakan
|
Daun mimba
|
Biji mindi
|
|
Bahan
diblender
|
Hasil
blenderan dimasukan kedalam ember
|
4.2 Pembahasan
Pembuatan
insektisida nabati tidak memerlukan alat-alat khusus, sebab semua tahapan hanya
dilakukan dengan peralatan rumah tangga yang tersedia di laboratorium. Bahan-bahan yang diperlukan seperti daun
mimba,daun surem dan biji mindi semuanya tersedia disekitar tempat praktikum
sehingga praktikan tidak perlu susah mencarinya keluar. Pembuatan insektisida
nabati tidak memerlukan waktu yang lama tetapi untuk mendapatkan hasil ektrak
yang sempurna maka disimpan selama 1 hari supaya ekstrak benar-benar bereaksi.
Bahan
aktif pestisida nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang
mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa
bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik, dan zat – zat kimia sekunder
lainnya. Jika suatu saat dosis yang digunakan tidak mempunyai pengaruh,
dapat ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami
relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan
tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Penggunaan
pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan mengganggap
tabu penggunaan pestisida sintetis, tetapi hanya merupakan suatu cara
alternatif dengan tujuan agar pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida
sintetis. Tujuan lainnya adalah agar penggunaan pentisida sintetis dapat
diminimalkan sehingga kerusakan lingkungan yang
diakibatkannyapun diharapkan dapat dikurangi pula.
Pestisida dari mimba cara kerjanya
dapat mempengaruhi reproduksi dan perilaku organisme penggangu tumbuhan (OPT),
dapat berperan sebagai penolak, penarik, antifeedant, menghambat perkembangan
serangga, juga baik sebagai racun perut maupun racun kontak. Cara kerja dari
mimba adalah berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba
mengandung azadirachtin meliantriol, salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil
metabolit sekunder dari tanaman mimba. Senyawa aktif tanaman mimba tidak
membunuh hama secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan,
daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual,
penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu juga
berperan sebagai pemandul.
Bila kita menghendaki hidup sehat
dan ramah lingkungan ada pilihan atau opsi yang ditawarkan yaitu menggunakan
“bahan-bahan alami” untuk mengusir atau mengendalikan musuh-musuh alami yang
menyerang tanaman , tanpa harus mematikannya, sehingga siklus ekosistem masih
tetap terjaga. Bahan yang digunakan pun tidak sulit untuk kita jumpai bahkan
tersedia bibit secara gratis. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat
dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Untuk mengukur
tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen dan sesuai
dengan pengalaman pengguna.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan
yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembuatan
pestisida nabati dari daun mimba dan biji mindi tidak memerlukan alat-alat
modern serta keterampilan khusus. Semua alat yang digunakan dapat ditemukan
disekitaran kita. Proses pembuatanpun tidak memerlukan waktu yang lama, namun
untuk mendapatkan hasil yang optimal maka ekstrak disimpan selama satu hari
agar senyawa didalamnya dapat bereaksi dengan baik terhadap hama serangga.
2. Penyemprotan
dilakukan pada setiap petak tanaman dengan perlakuan yang berbeda. Bagian tanaman yang disemprot yaitu batang
tanaman kacang tanah,kacang panjang,dan kacang hijau sampai basah merata diseluruh bagianya dan
penyemprotan diulangi 3 kali dengan frekuensi setiap minggu.
DAFTAR
PUSTAKA
Aradilla,A.2009.Uji efektivitas larvasida ekstrak ethanol
daun mimba(Azadirachta
indica).Terhadap larva aedes aegypty.Skripsi Semarang : Universitas Diponegoro
indica).Terhadap larva aedes aegypty.Skripsi Semarang : Universitas Diponegoro
De
Luca, Y. 1979. Ingredients Naturel de Preservation des Grains Stockes dans Les
Pays en
Voiede Developppement. J. Agric. Trad. Bot. Appl. 26 (1) : 29-52
Voiede Developppement. J. Agric. Trad. Bot. Appl. 26 (1) : 29-52
Jacobson,
M. 1989. Botanical Pesticides, Past, Present and Future. Di dalam: Arnason,
J.T.,
Philogete, B.J.R dan Morald, Ed. Insecticides of Plant Origin. American Chemical
Society Symposium, Canada, pp: 1-10.
Philogete, B.J.R dan Morald, Ed. Insecticides of Plant Origin. American Chemical
Society Symposium, Canada, pp: 1-10.
Kartasapoetra,
A.G. 2000. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara: Jakarta.
Quijano,
Romeo dan Rengam, Sarojeni V. 1999. Awas, Pestisida Berbahaya bagi
Kesehatan.
Yayasan Duta Awan: Jakarta
Yayasan Duta Awan: Jakarta
Ramulu,
U. S. S. 1979. Chemistry of Insecticides and Fungicides. Mohan Primlani, Oxford
And IBH, Publishing Co., New Delhi.
And IBH, Publishing Co., New Delhi.
Robinson,
T. 1995. The Organic Constituents of Higher Plants. Sixth Editiuon. Departemen
of
Biochemistry University of Massachussetts.
Biochemistry University of Massachussetts.
Sastrodihardjo,
S., Ahmad, I., Trikoesomaningtyas dan Manaf, S. 1992. Penggunaan Produk
Alami Dalam PHT. PAU Ilmu Hayati, ITB, Bandung
Alami Dalam PHT. PAU Ilmu Hayati, ITB, Bandung
Tarumingkeng,
R.C. 1992. Insektisida, Sifat Mekanisme, Kerja dan Dampak Penggunannya.
Ukrida: Jakarta.
Ukrida: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar