LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TANAMAN PANGAN
BUDIDAYA KACANG TANAH DENGAN BEBERAPA CARA APLIKASI
PENGAPURAN
OLEH :
NAMA : NICO DWI ARDIYANSAH
NPM : E1J013079
JADWAL : RABU (PUKUL 08:00-10:00)
DOSEN : Ir. Dotti Suryati, M.Sc
COASS : Nurul halimah
LABORATORIUM AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang tanah dengan nama ilmiah Arachis
hypogaea merupakan tanaman
polong-polongan yang termasuk anggota family Fabaceae. Kacang tanah ini
mengandung zat-zat yang penting bagi kesehatan tubuh. Oleh karena itu, kacang
tanah juga merupakan kacang-kacangan terpenting setelah kedelai. Kacang tanah
kaya akan lemak; protein yang tinggi bahkan jauh lebih tinggi
dari protein pada daging, telur dan kacang soya; zat besi; vitamin E; vitamin B
kompleks; vitamin A dan K; fosforus; lesitin, kolin dan kalsium.
Kacang tanah juga mengandung bahan
yang dapat membina ketahanan tubuh untuk mencegah beberapa macam penyakit.
Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali seminggu dapat mencegah penyakit
jantung. Kacang tanah bekerja meningkatkan kemampuan pompa jantung dan
menurunkan resoki penyakit jantung koroner. Memakan segenggam kacang
tanah setiap hari terutama pesakit kencing manis dapat membantu kekurangan zat.
Selain itu banyak lagi manfaat kacang tanah bagi kesehatan tubuh seperti
membantu meningkatkan kesuburan, membantu mengatur gula darah, membantu
mencegah batu empedu, membantu tingkat kolesterol rendah, dan lain-lain.
Tanaman ini berasal dari Amerika
Selatan tepatnya adalah Brazillia, namun saat ini telah menyebar ke seluruh
dunia yang beriklim tropis atau subtropis Masuknya kacang tanah ke Indonesia
pada abad ke-17 diperkirakan karena dibawa oleh pedagang-pedagang
Spanyol,Cina,atau Portugis sewaktu melakukan pelayarannya dari Meksiko ke
Maluku setelah tahun 1597 Pada tahun 1863 Holle memasukkan Kacang Tanah dari
Inggris dan pada tahun 1864 Scheffer memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir
Republik Rakyat Cina dan India kini merupakan penghasil kacang tanah terbesar
dunia.
Berikut ini adalah klasifikasi Kacang Tanah:
Kerajaan :
Plantae
Divisi :
Tracheophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas :
Magnoliophyta
Ordo :
Leguminales
Famili :
Papilionaceae
Subfamili :
Faboideae
Bangsa :
Aeschynomeneae
Genus :
Arachis
Spesies :
Arachis hypogeae L.
Mengingat
begitu banyaknya manfaat yang ada pada kacang tanah, berkorelasi positif
terhadap pembudidayaannya. Di Indonesia, kacang tanah tanah sudah banyak
dibudidayakan namun produksi komoditi kacang tanah per hektar belum mencapai
hasil maksimum, beberapa faktor penyebab terjadinya hal tersebut antara lain
pengaruh faktor tanah yang semakin rusak, kurangnya ketersediaan unsur hara
terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Selain itu juga karena
faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan
lainnya.
Saat
ini produksi kacang tanah masih sangat rendah yaitu antara 0,7 – 1,5 ton polong
kering per hektar. Produksi yang sangat rendah ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain teknik budidaya yang masih belum sempurna. Mengingat masih
terbatasnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kacang tanah di dalam negeri
yang semakin meningkat, maka usaha untuk meningkatkan hasil seyogyanya mendapat
perhatian utama
Pada
tanah yang sering tergenang dapat menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan pH
rendah serta kurang tersedianya unsur hara terutama fosfat. Pengapuran dan
pemupukan fosfor merupakan salah satu usaha yang harus ditempuh untuk
memperbaiki sifat-sifat tanah yang tergenang tersebut. Pada tanah yang asam
atau pH-nya rendah efisiensi bakteri dalam mengikat N dari udara akan sangat
berkurang, perlu dilakukan pemberian kapur atau dolomite.
Kemasaman tanah disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain: bahan induk tanah yang bereaksi masam, tingkat pelapukan, curah hujan,
dan intensitas pengunaan lahan. Makin tinggi tingkat pelapukan, makin tinggi
curah hujan dan makin intensif penggunaan lahan pertanian, maka makin besar
kemungkinan berkembangnya tanah-tanah masam. Curah hujan yang melebihi
evapotraanspirasi mempunyai kemampuan bagi terjadinya perkolasi air ke dalam
lapisan tanah yang lebih dalam, sehingga terjadi pencucian kation-kation basa
(alkali dan lakali tanah seperti kalium, natrium, kalsium, dan magnesium).
Pengapuran adalah pemberian kapur ke
tanah yang bertujuan menetralkan kemasaman tanah dan meningkatkan atau
menurunkan ketersediaan unsur-unsur hara bagi pertumbuhan tanaman Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam
tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah
terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unur hara
seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan.
1.2 Tujuan
Praktikum
Mahasiswa dapat
mempraktekkan teknik budidaya kacang tanah dengan pengapuran dan menentukan
cara aplikasi yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil kacang tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kacang tanah merupakan tanaman
polong-polongan dari family fabiodeae yang juga merupakan tanaman penting dari keluarga
polong-polongan kedua setelah tanaman kedelai. Kacang tanah merupakan salah
satu tanaman tropic yang tumbuh secara perdu yang memiliki tinggi 30 – 50 cm
dan tanaman yang mengeluarkan daun yang kecil. Kacang tanah merupakan tanaman
pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari
Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa
Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang
dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad
ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis (Batavia Reloed, 2012).
Kacang tanah memiliki beberapa
manfaat yang paling banyak kacang tanah digunakan sebagai bahan makanan oleh
masyarakat tetapi begitu banyaknya konsumsi kacang tanah di dalam masyarakat
kurang dapat memenuhi konsumsi kacang tanah sehingga produksi kacang tanah
mengalami penurunan selain memiliki kebutuhan yang banyak. Kacang tanah sebagai
bahan makanan yang paling banyak digunakan oleh bahan baku industry yang diubah
dengan bentuk lain seperti kacang atom, rempeyek, manisan dan lain-lain
(Pitojo, 2005). Selain itu, sisa hasil kacang tanah yang tidak dipakai dapat
digunakan sebagai makanan ternak sehingga seluruh bagian dari kacang tanah
dapat digunakan sebagai bahan baku makanan industri maupun pakan ternak.
Peningkatan produksi kacang tanah
dilakukan dengan berbagai cara seperti perluasan penanaman kacang tanah
sehingga memiliki produksi yang baik dan lain-lain tetapi kendala dalam
budidaya kacang tanah begitu banyak seperti kendala lahan yang banyak digunakan
sebagai perumahan, kendala dari hama dan penyakit tanaman. Sebenarnya tanaman
kacang tanah memiliki sifat yang tidak rentang serangan karat daun jika
digunakan dari varietas yang tahan terhadap karat daun (Hidayat, dkk, 2004).
Dalam membudidayakan kacang tanah sebenarnya susah-susah gampang jika para
petani memperhatikan hal-hal dan syarat yang penting diperhatikan dalam proses
budidaya tanaman. Berikut ini beberapa syarat untuk pertumbuhan kacang tanah
yang harus diperhatikan:
1. Iklim
1.
Curah hujan antara 800-1.300
mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki
oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang
tanah.
2.
Suhu udara sekitar 28-320C.
Bila suhunya di bawah 100oC, pertumbuhan tanaman akan terhambat,
bahkan kerdil.
3.
Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
4.
Penyinaran matahari penuh
dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.
2. Media Tanam
1.
Jenis tanah yang sesuai adalah tanah
gembur / bertekstur ringan dan subur.
2.
pH antara 6,0-6,5.
3.
Kekurangan air akan menyebabkan
tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
4.
Drainase dan aerasi baik, lahan
tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang tanah.
3. Ketinggian
Tempat
Ketinggian
penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian
1.500 m dpl. (Prabowo, 2011)
Kapur sebagai bahan penyedia kalsium
diambil dari tanah sebagai kation Ca+. Pemberian kapur tidak saja menambah Ca
itu sendiri, namun mengakibatkan pula unsur lain menjadi lebih tersedia, baik
pada lapisan ginofor maupun pada daerah akar tanaman. Tersedianya Ca dan unsur
lainnya menyebabkan pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, sehingga
pengisian polong lebih sempurna dan mengakibatkan hasil menjadi lebih tinggi
(Sutarto et al., 1985).
Menurut Buckman dan Brady (1964) bahwa
pengapuran dapat meningkatkan pH tanah, sehingga pemberian kapur pada tanah
masam akan merangsang pembentukan struktur tanah menjadi remah, mempengaruhi
pelapukan bahan organik, dan pembentukan humus. Pengapuran merupakan penambahan
senyawa yang mengandung Ca dan Mg ke dalam tanah. Bahan kapur yang umum
digunakan adalah kelompok karbonat, seperti dolomite dan kalsit. Kedua bahan
kapur tersebut berbeda dalam kandungan unsur Ca dan Mg, dan kecepatan reaksinya
dalam tanah. Dolomite mempunyai reaksi lebih lambat, tetapi kandungan Mg lebih banyak.
Ca dan Mg sangat penting keseimbangannya didalam tanah dalam menunjang
pertumbuhan tanaman (Wahjudin, 1992). Pemberian dolomite dapat meningkatkan
jumlah bintil akar dan hasil kacang tanah yang dilihat dengan perubahan jumlah
polong isi, berat berangkasan kering, berat polong basah, serta berat polong
kering (Sumaryo dan Suryono, 2000).
Menurut Idiek
Donowati dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pengapuran dan Pemberian
Bahan Organik Terhadap Berat Kering dan Serapan Hara Tanaman Kedelai (Glycine
Max Merr) Pada Tanah Podsolik Merah Kuning (2005), penambahan kapur akan
meniadakan keracunan (Al dan Mn), serta memperbaiki reaksi tanah sehingga akan
meningkatkan ketersediaan dan serapan hara, Pemberian kapur secara bersamaaji
dengan bahan organik, akan meningkatkan serapan hara dan mengurangi kebutuhan
kapur. karena selain menambah unsur hara daiam tanah, bahan organik juga dapat
meriurunkan kelarutan Al. CaCO3 yang diberikan setara dengan 0.00.
0.25, 0.50, 1.00. dan 1.50 kali A1dd, bahan organik yang dipakai
adalah sisa panen tanaman jagung dengan taraf pemberian setara 0,15, 30, 45,
dan 60 ton/ha. Tanaman indikator adalah kedelai yang dipanen 35 hari setelah
tanam. Hasil berat kering serta serapan hara tanaman sangat nyata dipengaruhi
oleh pemberian kapur.
Setelah pengapuran nilai pH, N maupun P mulai
naik. Naiknya pH tanah sesuai pendapat
Hardjowigeno (2002), bahwa fungsi kapur antara lain untuk menaikkan pH tanah
sekaligus dapat membebaskan N dan P dari ikatan Al dan Fe. Sebaliknya Nilai Fe
dan BO menjadi turun, bahkan Al untuk perlakuan B,C,D tidak terdeteksi
nilainya. Tanah yang bersifat alkalis menjadikan unsur-unsur hara Ca, N, dan P
dapat diserap Gracillaria sp.. Selain itu dalam kapur terdapat bahan Ca yang
berguna untuk pertumbuhan Gracillaria sp.. Selama penelitian sampai akhir
penelitian nilai pH tanah masih menunjukkan kenaikan, akan tetapi nilai N, P,
dan Ca (baik yang diberi kapur maupun tanpa kapur) terjadi penurunan. Hal ini
disebabkan ke3 unsur tersebut telah dimanfaatkan Gracillaria sp. untuk
pertumbuhannya, fotosintesis dan respirasi (Hidayanto, 2004).
Menurut Mulyani, et.al
(2004) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kombinasi Senyawa Humik dan CaCO terhadap Alumunium dan Fosfat Typic
Paleudult Kentrong Banten (2009), pengapuran dengan CaCO dapat
menurunkan Al tanah secara garis lurus.
Selanjutnya perlakuan kombinasi CaCO dengan senyawa humik meningkatkan
pH tanah hingga menjadi lebih dari 6,5; sehingga Al tidak terdeteksi.
Pengapuran dinyatakan sebagai teknologi yang paling tepat
dalam pemanfaatan tanah masam di dasarkan atas beberapa pertimbangan. pertama,
reaksi kapur sangat cepat dalam menaikkan pH tanah dan menurunkan kelarutan Al
yang meracun. Kedua, respons tanaman sangat tinggi terhadap pemberian kapur
pada tanah masam. Ketiga, efek sisa kapur atau manfaat kapur dapat dinikmati
selama 3 sampai 4 tahun berikutnya. Keempat, bahan kapur cukup tersedia dan
relatif murah, termasuk di Indonesia (Rahardis, 2007).
Kebutuhan kapur didefinisikan sebagai sejumlah bahan kapur
yang harus diaplikasikan ke dalam tanah untuk meningkatkan pH dan kondisi masam
(awal) ke tingkat optimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman
(McLean,1973) dalam (Godsey et.al,2007)
pengapuran selai memperbaiki sifat kimia tanah dapat juga memperbaiki sifat
fisik. Ghani et.al (1956) melaporkan bahwa kapur dapat membantu dalam granulasi
tanah.
Informasi penentuan dosis kapur yang diperlukan untuk
meningkatkan pH tanah pada tingkat pH yang diinginkan sangat penting dalam
memanfaatkan lahan kering masam pada kondisi tekstur tanah yang berbeda-beda.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Bahan dan Alat
Bahan : Bahan yang digunakan yaitu
benih kacang tanah, furadan, ajir, label,dolomite,tali
rafia, dan pupuk NPK.
rafia, dan pupuk NPK.
Alat : Alat yang digunakan
dalam praktikum yaitu cangkul dan meteran,
3.2
Prosedur
Pelaksanaan
1. Memasang
ajir/patok dengan jarak 40 cm pada kedua sisi petak bagian utara dan selatan.
Ajir pertama dipasang ½ jarak tanam, yaitu 20 cm dan 10 cm dari pinggir petak.
2. Merentangkan
tali rafia yang sudah diberi tanda jarak tanam, satu tali dengan tanda berjarak
40 cm dan satu tali dengan berjarak 20 cm. Membuat tugal benih sesuai tanda
pada rentangan tali tersebut sedalam 5 cm.
3. Membuatlah
alur pupuk pada salah satu sisi tali dengan jarak 7-8 cm dengan kored sedalam
5-8 cm. Menaburkan campuran pupuk urea + SP 36 kedalam alur pupuk secara merata. Urea diberikan ½
dosis pada awal tanam dan ½ dosis pada umur 21 Hst. Pupuk SP-36 dan KCL
diberikan sekaligus pada awal tanam.
4. Menanam benih sebanyak 2 biji/lubang tanam dengan
kedalaman 3-5 cm pada lubang tanam yang sebelumnya sudah diberi furadan. Lubang
tanam tidak terlalu dalam atau terlalu dangkal.
5. Setelah
semua lubang tanam dan alur pupuk terisi, baru tutup dengan tanah. Memeriksa
apakah semua lubang tanam dan alur pupuk sudah tertutup dengan baik.
6. Memasang
label pada petak yang dikerjakan. Label bertuliskan nama,NPM, dan perlakuan
yang digunakan.
3.3
Pemeliharaan
Setelah selesai
tanam, kemudian disiram petakan dengan air sampai basah dan membersihkan
petakan dari sampah kantong pupuk dan kantong benih. Melakukan penyiraman
apabila tidak turun hujan. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2
minggu, menyisakan tanaman yang paling sehat dan baik. Pengendalian gulma
dilakukan secara mekanik sekaligus membumbun tanaman.
Panen dilakukan
apabila tanaman sudah memiliki kriteria panen, yaitu : batang mulai mengeras ,
daun menguning dan mulai luruh , permukaan polong berurat jelas, warna polong
coklat kehitaman.
3.4
Pengamatan
1. Tinggi
tanaman : diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi, diukur 2
minggu sekali dimulai pada saat tanaman berumur 3 MST.
2. Jumlah
cabang : diamati dengan menghitung jumlah cabang yang terbentuk pada satu
tanaman, dilakukan saat panen.
3. Jumlah
polong total dihitung dari seluruh polong yang terbentuk pada satu tanaman.
4. Jumlah
polong bernas dari semua polong yang berisi penuh ( bukan hampa atau muda) dan
menentukan persentase polong bernasnya.
5.
Bobot polong bernas
diamati dengan cara menimbang semua polong bernas dengan timbangan yang tersedia
, sesudah dihitung jumlahnya dengan timbangan yang tersedia.
3.5
Evaluasi
1. Apakah
yang dimaksud ginofor pada tanaman kacang tanah
2. Apa
fungsi kapur yang diberikan ke media pertumbuhan tanaman kacang tanah?
3. Sebutkan
faktor lingkungan yang mempengaruhi jumlah dan bernasnya polong kacang tanah?
4. Termasuk
jenis apa bunga kacang tanah ? jelaskan
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. pengamatan tinggi minggu pertama
Sampel
|
Tinggi
tanaman (cm)
|
|||
Minggu 1
|
Minggu 3
|
Minggu 5
|
Minggu 7
|
|
Tanaman 1
|
3 cm
|
9 cm
|
18 cm
|
30 cm
|
Tanaman 2
|
2 cm
|
7 cm
|
18 cm
|
34 cm
|
Tanaman 3
|
3 cm
|
6 cm
|
17 cm
|
34 cm
|
Tanaman 4
|
2 cm
|
6 cm
|
20 cm
|
39 cm
|
Tanaman 5
|
3 cm
|
7 cm
|
18 cm
|
34 cm
|
Tanaman 6
|
2,5 cm
|
7 cm
|
19 cm
|
36 cm
|
Tabel 2. Pengamatan jumlah cabang,jumlah ginofor,jumlah
polong,dan berat polong.
Sampel
|
Jumlah cabang
|
Jumlah
ginofor
|
Jumlah polong
|
Berat polong
|
Tanaman 1
|
7 cabang
|
12
|
27
|
32,9
|
Tanaman 2
|
5 cabang
|
11
|
18
|
40,9
|
Tanaman 3
|
10 cabang
|
10
|
15
|
27,6
|
Tanaman 4
|
10 cabang
|
13
|
35
|
50,3
|
Tanaman 5
|
8 cabang
|
14
|
22
|
30,8
|
Tanaman 6
|
9 cabang
|
18
|
29
|
53,4
|
Grafik tinggi tanaman tiap minggu
Grafik jumlah cabang
Tabel 3. Tinggi
Tanaman
PERLAKUAN
|
ULANGAN
|
JUMLAH
|
RATAAN
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
K0
|
17,18
|
36,5
|
31,72
|
22,12
|
107,52
|
26,88
|
K1
|
40
|
42,33
|
37,5
|
33,87
|
153,7
|
38,425
|
K2
|
31,43
|
38
|
34,58
|
34,5
|
138,51
|
34,6275
|
K3
|
38,66
|
36,36
|
36,41
|
32,63
|
144,06
|
36,015
|
K4
|
40,73
|
35,67
|
35
|
28,6
|
140
|
35
|
JUMLAH
|
168
|
188,86
|
175,21
|
151,72
|
683,79
|
|
|
|
|
|
FK
|
23378,44
|
Angka yang diikuti
huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada BNT 5%
VARIABEL
|
DB
|
JK
|
KT
|
F hit
|
F tab
|
PERLAKUAN
|
4
|
302,1978
|
75,54945
|
3,728443
|
3,259167
|
ULANGAN
|
3
|
143,4822
|
47,82741
|
2,360331
|
3,490295
|
GALAT
|
12
|
243,1561
|
20,263
|
||
JUMLAH
|
19
|
688,8361
|
Uji BNT 5%:
BNT = t5%
=2,18
=
6,94
Urutan besar ke kecil
K1 K3 K4 K2 K0
b
|
a
|
perlakuan
|
Rataan tinggi tanaman
|
Notasi
|
K0
|
26,88
|
b
|
K1
|
38,425
|
a
|
K2
|
34,6275
|
a
|
K3
|
36,015
|
a
|
K4
|
35
|
a
|
Angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata pada BNT 5%
Kesimpulan : perlakuan dengan K1,K2,K3, dan K4 lebih baik
dibandingkan K0 terhadap tinggi tanaman.
Tabel 4. Jumlah
Cabang
PERLAKUAN
|
ULANGAN
|
JUMLAH
|
RATAAN
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
K0
|
7,66
|
9,33
|
6,38
|
22,75
|
46,12
|
11,53
|
K1
|
12,5
|
8,66
|
10,16
|
10,83
|
42,15
|
10,5375
|
K2
|
6,16
|
8,83
|
7,67
|
8,16
|
30,82
|
7,705
|
K3
|
8
|
9,83
|
10,16
|
6,83
|
34,82
|
8,705
|
K4
|
8,5
|
8,83
|
8,67
|
6,66
|
32,66
|
8,165
|
JUMLAH
|
42,82
|
45,48
|
43,04
|
55,23
|
186,57
|
|
FK
|
1740,418
|
Angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata pada BNT 5%
VARIABEL
|
DB
|
JK
|
KT
|
F. HIT
|
F.TABEL
|
PERLAKUAN
|
4
|
42,74608
|
10,68652
|
0,73859
|
3,259167
|
ULANGAN
|
3
|
20,53722
|
6,845738
|
0,473138
|
3,490295
|
GALAT
|
12
|
173,6258
|
14,46881
|
||
JUMLAH
|
19
|
236,9091
|
Uji BNT 5%:
BNT = t5%
=2,18
=
5,86
Urutan besar ke kecil
K0 K1 K3 K4 K0
a
|
Perlakuan
|
Rataan jumlah cabang
|
Notasi
|
K0
|
11,53
|
a
|
K1
|
10,5375
|
a
|
K2
|
7,705
|
a
|
K3
|
8,705
|
a
|
K4
|
8,165
|
a
|
Angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata pada BNT 5%
Kesimpulan : semua perlakuan merupakan perlakuan terbaik
untuk meningkatkan jumlah cabang tanaman kacang tanah.
Tabel 5. Jumlah
Ginofor
PERLAKUAN
|
ULANGAN
|
JUMLAH
|
RATAAN
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
K0
|
67,83
|
11,67
|
18,83
|
26,1
|
124,43
|
31,1075
|
K1
|
59,5
|
12,5
|
75,83
|
20,5
|
168,33
|
42,0825
|
K2
|
11,16
|
75,5
|
28,83
|
13
|
128,49
|
32,1225
|
K3
|
17,5
|
12,66
|
14,3
|
45
|
89,46
|
22,365
|
K4
|
18,83
|
25,67
|
20
|
23,16
|
87,66
|
21,915
|
JUMLAH
|
174,82
|
138
|
157,79
|
127,76
|
598,37
|
|
FK
|
17902,33
|
VARIABEL
|
DB
|
JK
|
KT
|
F
hit
|
F.Tab
|
PERLAKUAN
|
4
|
1101,382
|
275,3456
|
0,42123
|
3,259167
|
ULANGAN
|
3
|
262,934
|
87,64466
|
0,134081
|
3,490295
|
GALAT
|
12
|
7844,05
|
653,6708
|
||
JUMLAH
|
19
|
9208,366
|
Uji BNT 5%:
BNT = t5%
=2,18
=
39, 41
Urutan besar ke kecil
K1 K2 K0 K3 K4
a
|
Perlakuan
|
Rataan jumlah ginofor
|
Notasi
|
K0
|
31,1075
|
a
|
K1
|
42,0825
|
a
|
K2
|
32,1225
|
a
|
K3
|
22,365
|
a
|
K4
|
21,915
|
a
|
Angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata pada BNT 5%
Kesimpulan : semua perlakuan efektif dalam meningkatkan
jumlah ginofor.
Tabel 6. Jumlah
polong
PERLAKUAN
|
ULANGAN
|
JUMLAH
|
RATAAN
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
K0
|
32,33
|
23,5
|
22,33
|
26,5
|
104,66
|
26,165
|
K1
|
33,33
|
37,6
|
56,33
|
26,5
|
153,76
|
38,44
|
K2
|
20,66
|
46,67
|
22,67
|
24,3
|
114,3
|
28,575
|
K3
|
25,66
|
25,5
|
28,3
|
23
|
102,46
|
25,615
|
K4
|
38,67
|
35,67
|
25,66
|
24,3
|
124,3
|
31,075
|
JUMLAH
|
150,65
|
168,94
|
155,29
|
124,6
|
599,48
|
|
FK
|
17968,81
|
VARIABEL
|
DB
|
JK
|
KT
|
F hit
|
F.Tab
|
PERLAKUAN
|
4
|
433,4077
|
108,3519
|
1,3626
|
3,259167
|
ULANGAN
|
3
|
206,4445
|
68,81484
|
0,865394
|
3,490295
|
GALAT
|
12
|
954,2223
|
79,51852
|
||
JUMLAH
|
19
|
1594,074
|
Uji BNT 5%:
BNT = t5%
=2,18
=
13,74
Urutan besar ke kecil
K1 K4 K2 K0 K3
a
|
Perlakuan
|
Rataan jumlah polong
|
Notasi
|
K0
|
26,165
|
a
|
K1
|
38,44
|
a
|
K2
|
28,575
|
a
|
K3
|
25,615
|
a
|
K4
|
31,075
|
a
|
Angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata pada BNT 5%
Kesimpulan : semua perlakuan dapat digunakan dalam
meningkatkan jumlah polong kacang tanah.
Tabel 7. Bobot Polong
Per Tanaman
PERLAKUAN
|
ULANGAN
|
JUMLAH
|
RATAAN
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
K0
|
58,6
|
33,4
|
30
|
46,77
|
168,77
|
42,1925
|
K1
|
60,18
|
88,5
|
76,55
|
56,7
|
281,93
|
70,4825
|
K2
|
44,63
|
77,5
|
39,29
|
39,31
|
200,73
|
50,1825
|
K3
|
50,25
|
42,45
|
40,73
|
42,18
|
175,61
|
43,9025
|
K4
|
67,53
|
56,1
|
57,75
|
44,5
|
225,88
|
56,47
|
JUMLAH
|
281,19
|
297,95
|
244,32
|
229,46
|
1052,92
|
|
FK
|
55432,03
|
VARIABEL
|
DB
|
JK
|
KT
|
F Hit
|
F.Tab
|
PERLAKUAN
|
4
|
2098,228
|
524,557
|
3,303939
|
3,259167
|
ULANGAN
|
3
|
605,2082
|
201,7361
|
1,270641
|
3,490295
|
GALAT
|
12
|
1905,206
|
158,7672
|
||
JUMLAH
|
19
|
4608,642
|
Uji BNT 5%:
BNT = t5%
=2,18
=
19,42
Urutan besar ke kecil
K1 K4 K2 K3 K0
a
|
b
|
Perlakuan
|
Rataan bobot polong
|
Notasi
|
K0
|
42,1925
|
b
|
K1
|
70,4825
|
a
|
K2
|
50,1825
|
b
|
K3
|
43,9025
|
b
|
K4
|
56,47
|
ab
|
Angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata pada BNT 5%
Kesimpulan : perlakuan K1 sangat efektif untuk meningkatkan
bobot polong tanaman kacang tanah.
4.2 Pembahasan
Pengukuran tinggi tanaman dimaksudkan
untuk mengetahui pertumbuhan tanaman selama beberapa minggu. Pengukuran
dilakukan hanya pada tanaman sampel dan diukur 2 minggu sekali. Pada pengukuran
minggu pertama, didapatkan tinggi tanaman keenam sampel tersebut secara
berturut-turut sebesar 3 cm,2 cm, 3 cm, 2 cm, 3 cm, dan 2,5 cm dengan rata-rata
tinggi tanaman sebesar 2,58 cm. Pengukuran pada minggu ketiga didapatkan tinggi
tanaman keenam sampel tersebut secara berturut-turut sebesar 9 cm, 7 cm, 6 cm,
6 cm, 7 cm, dan 7 cm dengan rata-rata tinggi tanaman sebesar 7,08 cm.
Pengukuran pada minggu kelima
didapatkan tinggi tanaman keenam sampel tersebut secara berturut-turut sebesar
18 cm, 18 cm, 17 cm, 20 cm, 18 cm, dan 19 cm dengan rata-rata tinggi tanaman
sebesar 18,3 cm. Pengukuran pada minggu ketujuh didapatkan tinggi tanaman
keenam sampel tersebut secara berturut-turut sebesar 30 cm, 34 cm, 34 cm, 39
cm, 34 cm, dan 36 cm dengan rata-rata tinggi tanaman sebesar 34,5 cm.
Pengamatan dan pengukuran jumlah
cabang,jumlah ginofor, jumlah polong dan berat polong dilakukan pada saat
tanaman dipanen. Cabang yang dihitung yaitu cabang utama. Dari keenam sampel maka didapatkan jumlah
cabangnya secara berturt-turut sebesar 7 cabang,5 cabang, 10 cabang, 10 cabang,
8 cabang, dan 9 cabang dengan rata-rata sebanyak 8 cabang.
Perhitungan jumlah ginofor dilakukan
hanya pada ginofor yang tidak membentuk polong. Dari keenam sampel yang
dilakukan perhitungan, didapatkan jumlah ginofor secara berturut-turut sebanyak
12 ginofor,11 ginofor, 10 ginofor, 13 ginofor, 14 ginofor, dan 18 ginofor dengan rata-rata sebanyak 13 ginofor.
Perhitungan jumlah polong dilakukan
pada polong-polong yang telah bernas dan telah terbentuk sempurna. Dari keenam
sampel yang dilakukan perhitungan, didapatkan jumlah polong secara
berturut-turut sebanyak 27 polong,18 polong, 15 polong, 35 polong, 22 polong,
dan 29 polong dengan rata-rata sebanyak
24 polong.
Pengukuran berat polong dilakukan pada polong-polong
yang telah dihitung jumlahnya. Dari keenam sampel yang dilakukan pengukuran,
didapatkan berat polong pada
masing-masing sampel secara berturut-turut sebanyak 32,9 gram,40,9 gram, 27,6
gram, 50,3 gram, 30,8 gram, dan 53,4 gram dengan berat rata-rata sebesar 39,3
gram.
Berdasarkan grafik tinggi tanaman
selama 8 minggu , tanaman yang memiliki persentase tinggi tanaman yang besar
yaitu tanaman sampel keempat dan tanaman yang paling rendah yaitu tanaman
sampel pertama. Berdasarkan grafik jumlah cabang, tanaman sampel yang paling
banyak memiliki cabang yaitu tanaman sampel ketiga dan keempat. Tanaman yang
memiliki cabang terkecil yaitu tanaman sampel kedua. Untuk pengamatan jumlah
ginofor, tanaman yang memiliki ginofor terbanyak yaitu tanaman sampel keenam
dan yang terkecil yaitu tanaman sampel ketiga.
Pada pengamatan jumlah polong, tanaman
sampel yang memiliki jumlah polong terbanyak yaitu tanaman sampel keempat dan
tanaman yang memiliki polong terkecil yaitu tanaman sampel ketiga. Pengamatan
berat masing-masing polong tanaman sampel maka tanaman sampel yang memiliki
berat polong tertinggi yaitu tanaman sampel keenam. Tanaman yang memiliki berat
polong terkecil yaitu tanaman sampel ketiga. Pembentukan polong pada tanaman
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal. Faktor internal
yaitu genetik tanaman dan faktor ekternal seperti kelembaban udara, kelembaban
tanah, suhu udara,suhu tanah, dan ketersediaan air.
Setelah dilakukan pengukuran maka data yang
telah didapat dilakukan perhitungan dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap
(RAKL) dan dilakukan Uji lanjut dengan BNT (Beda Nilai Terkecil). Dari analisis
yang dilakukan untuk variabel tinggi tanaman, perlakuan pengapuran yang efektif
terhadap tinggi tanaman yaitu perlakuan K1,K2,K3 dan K4. Untuk perlakuan
pengapuran, semua perlakuan yang diberikan sangat efektif terhadap jumlah
cabang tanaman kacang tanah. Pada perhitungan analisis data variabel jumlah
ginofor, semua perlakuan merupakan perlakuan terbaik dalam variabel jumlah
ginofor. Kemudian analisis data yang dilakukan pada variabel jumlah polong,
semua perlakuan tidak berbeda nyata dan merupakan perlakuan terbaik. Pada
analisis data bobot polong, dari kelima perlakuan yang diberikan, perlakuan K4
merupakan perlakuan yang paling efektif terhadap bobot polong kacang tanah.
Dari beberapa pengamatan terhadap
beberapa variabel, perlakuan K1 merupakan cara paling efektif untuk mendapatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah yang optimal dibandingkan perlakuan
yang lain. Perlakuan K1 dengan cara pemberian kapur secara merata setelah
pengolahan tanah.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan
yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengapuran
diperlukan sebagai amelioran yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah seperti
pH tanah. Selain itu, Kapur sebagai bahan penyedia kalsium diambil dari tanah
sebagai kation Ca+. Pemberian kapur tidak saja menambah Ca itu sendiri, namun
mengakibatkan pula unsur lain menjadi lebih tersedia, baik pada lapisan ginofor
maupun pada daerah akar tanaman. Tersedianya Ca dan unsur lainnya menyebabkan
pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, sehingga pengisian polong lebih
sempurna dan mengakibatkan hasil menjadi lebih tinggi.
2. Perlakuan
yang paling efektif untuk meningkatkan variabel pertumbuhan dan hasil tanaman
yang diamati yaitu perlakuan K1 dengan pemberian secara merata sebelum
pengolahan tanah.
EVALUASI :
Pertanyaan :
1. Apakah
yang dimaksud ginofor pada tanaman kacang tanah
2. Apa
fungsi kapur yang diberikan ke media pertumbuhan tanaman kacang tanah?
3. Sebutkan
faktor lingkungan yang mempengaruhi jumlah dan bernasnya polong kacang tanah?
4. Termasuk
jenis apa bunga kacang tanah ? jelaskan
Jawaban :
1. Ginofor
merupakan organ pada kacang tanah hasil proses pembuahan (fertilisasi) yang
akan masuk ke dalam tanah dan merupakan calon polong.
2. Kapur
berfungsi untuk meningkatkan pH tanah hingga mencapai pH netral dan sesuai bagi
pertumbuhan kacang tanah. Selain itu
pemberian kapur pada tanah masam akan merangsang pembentukan struktur tanah
menjadi remah, mempengaruhi pelapukan bahan organik, dan pembentukan humus.
Pemberian kapur juga dimaksudkan untuk mengurangi kandungan Alumunium yang
nantinya dapat mengikat Phosphor sehingga tanaman dapat kekurangan unsur
tersebut maka dari itu pemberian kapur sangat diperlukan pada tanah-tanah yang
masam.
3. Ketersediaan
air, kelembaban udara,kelembaban tanah, suhu udara, dan suhu tanah.
4. Bunga
kacang tanah termasuk dalam jenis bunga monocious yaitu berumah satu. Artinya
putik dan benang sari terdapat pada bunga yang sama. Penyerbukan kacang tanah terjadi pada
benang sari dan putik pada bunga yang sama, sedikit sekali terjadi penyerbukan
tetangga.
DAFTAR
PUSTAKA
Batavia, R.
2012. http://bataviareload.wordpress.com/daftar/pertanian/cara-budidaya-kacang-tanah-yang-baik-dan-benar/. Diakses pada tanggal 23 Desember
2015.
Ghani,M.O.,
K.A. Hasan and M.F.A. Khan,1955. Effect Of Liming On Aggregation, Non
Capillary, Pore Space And Permeability Of Lateritic Soil. Soil Sci. (80) : 469-477.
Godsey, C.B.,
G.M., Pierzynski, D.B. Mengel, And R.E. Lamond. 2007. Evaluation Of Common Lime
Requirement Methods. SSSAJ (71) 3 : 845-850
Hidayat, dkk.
2004. Analisis Pengembangan Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Jawa Barat dari
Data Landsat Dengan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Ciltra Digital 1(1):
46-50.
Hardjowigeno, S. 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo,
Jakarta. 283 hal
Hidayanto, M., Heru, A.W., Yossita,
F. 2004. Analisis Tanah Tambak Sebagai
Indikator Tingkat Kessuburan Tambak. Journal
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 7, No. 2. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Samarinda. 190 hal
Idiek, Donowati. 2005. Pengaruh Pengapuran dan Pemberian Bahan
Organik Terhadap Berat Kering dan Serapan Hara Tanaman Kedelai (Glrcine Max
Merr.) Pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Jurnal Primordia. Vol. 1 No. 2
Mulyani,
A., Hikmatullah, dan H. Subagyo. 2004. Karakteristik dan Potensi Tanah Masam
Lahan Kering di Indonesia. hlm. 1-32. Dalam Prosiding Simposium Nasional
Pendayagunaan Tanah Masam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat, Bogor.
Prabowo.2011.http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-kacang-tanah.html. Diakses pada tanggal 23 Desember
2015.
Pitojo. 2010. Benih Kacang Tanah.
Yogyakarta: Kanisius.
Rahardis. 2007. Teknologi Pengapuran. Jakarta. Erlangga.
Sumaryo, dan
Suryono. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit dan SP-36 terhadap Jumlah Bintil
Akar dan Hasil Tanaman Kacang Tanah Di Tanah Latosol. Jurnal Agrosains vol.2: 54-58.
Sutarto, V, S.
Hutami, dan B.Soeherdy.1985. Pengapuran dan Pemupukan Molibdenum, Magnesium,
dan Sulfur pada Kacang Tanah. Dalam seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan
volume 1 Palawija. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. 227 : 146-155.
Wahjudin. 1992. Pengaruh pemupukan
kalium dan magnesium terhadap serapan hara dan produksi kacang tanah pada
Podzolik coklat kekuningan dari Gajrug. Banten. Forum Pasca Sarjana.
LAMPIRAN
Minggu ke 1
|
Minggu ke 3
|
Minggu ke 5
|
Minggu ke 7
|
Kelainan pada daun
|
Pengamatan jumlah cabang, jumlah polong,dan
jumlah ginofor
|
Sampel tanaman 1
|
Sampel tanaman 2
|
Sampel tanaman 3
|
Sampel tanaman 4
|
Sampel tanaman 5
|
Sampel tanaman 6
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar