Blogger Widgets
Powered By Blogger

Sabtu, 20 Februari 2016

LAPORAN PRAKTIKUM PTP


LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TANAMAN PANGAN
BUDIDAYA KACANG TANAH DENGAN BEBERAPA CARA APLIKASI PENGAPURAN
OLEH :
                                   NAMA       : NICO DWI ARDIYANSAH
      NPM          : E1J013079
      JADWAL   : RABU (PUKUL 08:00-10:00)
      DOSEN     : Ir. Dotti Suryati, M.Sc
      COASS      : Nurul halimah


LABORATORIUM AGRONOMI
       PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
             JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
                       FAKULTAS PERTANIAN
                      UNIVERSITAS BENGKULU



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kacang tanah dengan nama ilmiah Arachis hypogaea merupakan tanaman polong-polongan yang termasuk anggota family Fabaceae. Kacang tanah ini mengandung zat-zat yang penting bagi kesehatan tubuh. Oleh karena itu, kacang tanah juga merupakan kacang-kacangan terpenting setelah kedelai. Kacang tanah kaya akan lemak; protein yang tinggi bahkan jauh lebih tinggi dari protein pada daging, telur dan kacang soya; zat besi; vitamin E; vitamin B kompleks; vitamin A dan K; fosforus; lesitin, kolin dan kalsium.
Kacang tanah juga mengandung bahan yang dapat membina ketahanan tubuh untuk mencegah beberapa macam penyakit. Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali seminggu dapat mencegah penyakit jantung. Kacang tanah bekerja meningkatkan kemampuan pompa jantung dan menurunkan resoki penyakit jantung koroner. Memakan segenggam kacang tanah setiap hari terutama pesakit kencing manis dapat membantu kekurangan zat. Selain itu banyak lagi manfaat kacang tanah bagi kesehatan tubuh seperti membantu meningkatkan kesuburan, membantu mengatur gula darah, membantu mencegah batu empedu, membantu tingkat kolesterol rendah, dan lain-lain.
Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan tepatnya adalah Brazillia, namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis Masuknya kacang tanah ke Indonesia pada abad ke-17 diperkirakan karena dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol,Cina,atau Portugis sewaktu melakukan pelayarannya dari Meksiko ke Maluku setelah tahun 1597 Pada tahun 1863 Holle memasukkan Kacang Tanah dari Inggris dan pada tahun 1864 Scheffer memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir Republik Rakyat Cina dan India kini merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia.
Berikut ini adalah klasifikasi Kacang Tanah:
Kerajaan          : Plantae
Divisi               : Tracheophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Magnoliophyta
Ordo                : Leguminales
Famili              : Papilionaceae
Subfamili         : Faboideae
Bangsa                        : Aeschynomeneae
Genus              : Arachis
Spesies            : Arachis hypogeae L.
Mengingat begitu banyaknya manfaat yang ada pada kacang tanah, berkorelasi positif terhadap pembudidayaannya. Di Indonesia, kacang tanah tanah sudah banyak dibudidayakan namun produksi komoditi kacang tanah per hektar belum mencapai hasil maksimum, beberapa faktor penyebab terjadinya hal tersebut antara lain pengaruh faktor tanah yang semakin rusak, kurangnya ketersediaan unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Selain itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya.
Saat ini produksi kacang tanah masih sangat rendah yaitu antara 0,7 – 1,5 ton polong kering per hektar. Produksi yang sangat rendah ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain teknik budidaya yang masih belum sempurna. Mengingat masih terbatasnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kacang tanah di dalam negeri yang semakin meningkat, maka usaha untuk meningkatkan hasil seyogyanya mendapat perhatian utama
Pada tanah yang sering tergenang dapat menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan pH rendah serta kurang tersedianya unsur hara terutama fosfat. Pengapuran dan pemupukan fosfor merupakan salah satu usaha yang harus ditempuh untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang tergenang tersebut. Pada tanah yang asam atau pH-nya rendah efisiensi bakteri dalam mengikat N dari udara akan sangat berkurang, perlu dilakukan pemberian kapur atau dolomite.
Kemasaman tanah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: bahan induk tanah yang bereaksi masam, tingkat pelapukan, curah hujan, dan intensitas pengunaan lahan. Makin tinggi tingkat pelapukan, makin tinggi curah hujan dan makin intensif penggunaan lahan pertanian, maka makin besar kemungkinan berkembangnya tanah-tanah masam. Curah hujan yang melebihi evapotraanspirasi mempunyai kemampuan bagi terjadinya perkolasi air ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam, sehingga terjadi pencucian kation-kation basa (alkali dan lakali tanah seperti kalium, natrium, kalsium, dan magnesium).
Pengapuran adalah pemberian kapur ke tanah yang bertujuan menetralkan kemasaman tanah dan meningkatkan atau menurunkan ketersediaan unsur-unsur hara bagi pertumbuhan tanaman  Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan.

1.2 Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mempraktekkan teknik budidaya kacang tanah dengan pengapuran dan menentukan cara aplikasi yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil kacang tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan dari family fabiodeae yang juga merupakan tanaman penting dari keluarga polong-polongan kedua setelah tanaman kedelai. Kacang tanah merupakan salah satu tanaman tropic yang tumbuh secara perdu yang memiliki tinggi 30 – 50 cm dan tanaman yang mengeluarkan daun yang kecil. Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis (Batavia Reloed, 2012).
Kacang tanah memiliki beberapa manfaat yang paling banyak kacang tanah digunakan sebagai bahan makanan oleh masyarakat tetapi begitu banyaknya konsumsi kacang tanah di dalam masyarakat kurang dapat memenuhi konsumsi kacang tanah sehingga produksi kacang tanah mengalami penurunan selain memiliki kebutuhan yang banyak. Kacang tanah sebagai bahan makanan yang paling banyak digunakan oleh bahan baku industry yang diubah dengan bentuk lain seperti kacang atom, rempeyek, manisan dan lain-lain (Pitojo, 2005). Selain itu, sisa hasil kacang tanah yang tidak dipakai dapat digunakan sebagai makanan ternak sehingga seluruh bagian dari kacang tanah dapat digunakan sebagai bahan baku makanan industri maupun pakan ternak.
Peningkatan produksi kacang tanah dilakukan dengan berbagai cara seperti perluasan penanaman kacang tanah sehingga memiliki produksi yang baik dan lain-lain tetapi kendala dalam budidaya kacang tanah begitu banyak seperti kendala lahan yang banyak digunakan sebagai perumahan, kendala dari hama dan penyakit tanaman. Sebenarnya tanaman kacang tanah memiliki sifat yang tidak rentang serangan karat daun jika digunakan dari varietas yang tahan terhadap karat daun (Hidayat, dkk, 2004). Dalam membudidayakan kacang tanah sebenarnya susah-susah gampang jika para petani memperhatikan hal-hal dan syarat yang penting diperhatikan dalam proses budidaya tanaman. Berikut ini beberapa syarat untuk pertumbuhan kacang tanah yang harus diperhatikan:
1.    Iklim
1.      Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
2.      Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100oC, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil.
3.      Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
4.      Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.
2.    Media Tanam
1.      Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
2.      pH antara 6,0-6,5.
3.      Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
4.      Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang tanah.
3.    Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl. (Prabowo, 2011)
Kapur sebagai bahan penyedia kalsium diambil dari tanah sebagai kation Ca+. Pemberian kapur tidak saja menambah Ca itu sendiri, namun mengakibatkan pula unsur lain menjadi lebih tersedia, baik pada lapisan ginofor maupun pada daerah akar tanaman. Tersedianya Ca dan unsur lainnya menyebabkan pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, sehingga pengisian polong lebih sempurna dan mengakibatkan hasil menjadi lebih tinggi (Sutarto et al., 1985).
Menurut Buckman dan Brady (1964) bahwa pengapuran dapat meningkatkan pH tanah, sehingga pemberian kapur pada tanah masam akan merangsang pembentukan struktur tanah menjadi remah, mempengaruhi pelapukan bahan organik, dan pembentukan humus. Pengapuran merupakan penambahan senyawa yang mengandung Ca dan Mg ke dalam tanah. Bahan kapur yang umum digunakan adalah kelompok karbonat, seperti dolomite dan kalsit. Kedua bahan kapur tersebut berbeda dalam kandungan unsur Ca dan Mg, dan kecepatan reaksinya dalam tanah. Dolomite mempunyai reaksi lebih lambat, tetapi kandungan Mg lebih banyak. Ca dan Mg sangat penting keseimbangannya didalam tanah dalam menunjang pertumbuhan tanaman (Wahjudin, 1992). Pemberian dolomite dapat meningkatkan jumlah bintil akar dan hasil kacang tanah yang dilihat dengan perubahan jumlah polong isi, berat berangkasan kering, berat polong basah, serta berat polong kering (Sumaryo dan Suryono, 2000).
Menurut Idiek Donowati dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pengapuran dan Pemberian Bahan Organik Terhadap Berat Kering dan Serapan Hara Tanaman Kedelai (Glycine Max Merr) Pada Tanah Podsolik Merah Kuning (2005), penambahan kapur akan meniadakan keracunan (Al dan Mn), serta memperbaiki reaksi tanah sehingga akan meningkatkan ketersediaan dan serapan hara, Pemberian kapur secara bersamaaji dengan bahan organik, akan meningkatkan serapan hara dan mengurangi kebutuhan kapur. karena selain menambah unsur hara daiam tanah, bahan organik juga dapat meriurunkan kelarutan Al. CaCO3 yang diberikan setara dengan 0.00. 0.25, 0.50, 1.00. dan 1.50 kali A1dd, bahan organik yang dipakai adalah sisa panen tanaman jagung dengan taraf pemberian setara 0,15, 30, 45, dan 60 ton/ha. Tanaman indikator adalah kedelai yang dipanen 35 hari setelah tanam. Hasil berat kering serta serapan hara tanaman sangat nyata dipengaruhi oleh pemberian kapur.
Setelah pengapuran nilai pH, N maupun P mulai naik.  Naiknya pH tanah sesuai pendapat Hardjowigeno (2002), bahwa fungsi kapur antara lain untuk menaikkan pH tanah sekaligus dapat membebaskan N dan P dari ikatan Al dan Fe. Sebaliknya Nilai Fe dan BO menjadi turun, bahkan Al untuk perlakuan B,C,D tidak terdeteksi nilainya. Tanah yang bersifat alkalis menjadikan unsur-unsur hara Ca, N, dan P dapat diserap Gracillaria sp.. Selain itu dalam kapur terdapat bahan Ca yang berguna untuk pertumbuhan Gracillaria sp.. Selama penelitian sampai akhir penelitian nilai pH tanah masih menunjukkan kenaikan, akan tetapi nilai N, P, dan Ca (baik yang diberi kapur maupun tanpa kapur) terjadi penurunan. Hal ini disebabkan ke3 unsur tersebut telah dimanfaatkan Gracillaria sp. untuk pertumbuhannya, fotosintesis dan respirasi (Hidayanto, 2004).
Menurut Mulyani, et.al (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kombinasi Senyawa Humik dan CaCO terhadap Alumunium dan Fosfat Typic Paleudult Kentrong Banten (2009), pengapuran dengan CaCO dapat menurunkan Al tanah secara garis lurus.  Selanjutnya perlakuan kombinasi CaCO dengan senyawa humik meningkatkan pH tanah hingga menjadi lebih dari 6,5; sehingga Al tidak terdeteksi. 
Pengapuran dinyatakan sebagai teknologi yang paling tepat dalam pemanfaatan tanah masam di dasarkan atas beberapa pertimbangan. pertama, reaksi kapur sangat cepat dalam menaikkan pH tanah dan menurunkan kelarutan Al yang meracun. Kedua, respons tanaman sangat tinggi terhadap pemberian kapur pada tanah masam. Ketiga, efek sisa kapur atau manfaat kapur dapat dinikmati selama 3 sampai 4 tahun berikutnya. Keempat, bahan kapur cukup tersedia dan relatif murah, termasuk di Indonesia (Rahardis, 2007).
Kebutuhan kapur didefinisikan sebagai sejumlah bahan kapur yang harus diaplikasikan ke dalam tanah untuk meningkatkan pH dan kondisi masam (awal) ke tingkat optimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (McLean,1973) dalam (Godsey et.al,2007) pengapuran selai memperbaiki sifat kimia tanah dapat juga memperbaiki sifat fisik.  Ghani et.al (1956) melaporkan bahwa kapur dapat membantu dalam granulasi tanah.
Informasi penentuan dosis kapur yang diperlukan untuk meningkatkan pH tanah pada tingkat pH yang diinginkan sangat penting dalam memanfaatkan lahan kering masam pada kondisi tekstur tanah yang berbeda-beda.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Bahan dan Alat
Bahan : Bahan yang digunakan yaitu benih kacang tanah, furadan, ajir, label,dolomite,tali
  rafia,  dan pupuk NPK.
Alat     :  Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu cangkul dan meteran,

3.2  Prosedur Pelaksanaan
1.      Memasang ajir/patok dengan jarak 40 cm pada kedua sisi petak bagian utara dan selatan. Ajir pertama dipasang ½ jarak tanam, yaitu 20 cm dan 10 cm dari pinggir petak.
2.      Merentangkan tali rafia yang sudah diberi tanda jarak tanam, satu tali dengan tanda berjarak 40 cm dan satu tali dengan berjarak 20 cm. Membuat tugal benih sesuai tanda pada rentangan tali tersebut sedalam 5 cm.
3.      Membuatlah alur pupuk pada salah satu sisi tali dengan jarak 7-8 cm dengan kored sedalam 5-8 cm. Menaburkan campuran pupuk urea + SP 36 kedalam  alur pupuk secara merata. Urea diberikan ½ dosis pada awal tanam dan ½ dosis pada umur 21 Hst. Pupuk SP-36 dan KCL diberikan sekaligus pada awal tanam.
4.       Menanam benih sebanyak 2 biji/lubang tanam dengan kedalaman 3-5 cm pada lubang tanam yang sebelumnya sudah diberi furadan. Lubang tanam tidak terlalu dalam atau terlalu dangkal.
5.      Setelah semua lubang tanam dan alur pupuk terisi, baru tutup dengan tanah. Memeriksa apakah semua lubang tanam dan alur pupuk sudah tertutup dengan baik.
6.      Memasang label pada petak yang dikerjakan. Label bertuliskan nama,NPM, dan perlakuan yang digunakan.

3.3  Pemeliharaan
Setelah selesai tanam, kemudian disiram petakan dengan air sampai basah dan membersihkan petakan dari sampah kantong pupuk dan kantong benih. Melakukan penyiraman apabila tidak turun hujan. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu, menyisakan tanaman yang paling sehat dan baik. Pengendalian gulma dilakukan secara mekanik sekaligus membumbun tanaman.
Panen dilakukan apabila tanaman sudah memiliki kriteria panen, yaitu : batang mulai mengeras , daun menguning dan mulai luruh , permukaan polong berurat jelas, warna polong coklat kehitaman.

3.4  Pengamatan
1.      Tinggi tanaman : diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi, diukur 2 minggu sekali dimulai pada saat tanaman berumur 3 MST.
2.      Jumlah cabang : diamati dengan menghitung jumlah cabang yang terbentuk pada satu tanaman, dilakukan saat panen.
3.      Jumlah polong total dihitung dari seluruh polong yang terbentuk pada satu tanaman.
4.      Jumlah polong bernas dari semua polong yang berisi penuh ( bukan hampa atau muda) dan menentukan persentase polong bernasnya.
5.      Bobot polong bernas diamati dengan cara menimbang semua polong bernas dengan timbangan yang tersedia , sesudah dihitung jumlahnya dengan timbangan yang tersedia.

3.5  Evaluasi
1.      Apakah yang dimaksud ginofor pada tanaman kacang tanah
2.      Apa fungsi kapur yang diberikan ke media pertumbuhan tanaman kacang tanah?
3.      Sebutkan faktor lingkungan yang mempengaruhi jumlah dan bernasnya polong kacang tanah?
4.      Termasuk jenis apa bunga kacang tanah ? jelaskan


















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. pengamatan tinggi minggu pertama

Sampel

Tinggi tanaman (cm)
Minggu 1
Minggu 3
Minggu 5
Minggu 7
Tanaman 1
3 cm
9 cm
18 cm
30 cm
Tanaman 2
2 cm
7 cm
18 cm
34 cm
Tanaman 3
3 cm
6 cm
17 cm
34 cm
Tanaman 4
2 cm
6 cm
20 cm
39 cm
Tanaman 5
3 cm
7 cm
18 cm
34 cm
Tanaman 6
2,5 cm
7 cm
19 cm
36 cm

Tabel 2. Pengamatan jumlah cabang,jumlah ginofor,jumlah polong,dan berat polong.
Sampel
Jumlah cabang
Jumlah ginofor
Jumlah polong
Berat polong
Tanaman 1
7 cabang
12
27
32,9
Tanaman 2
5 cabang
11
18
40,9
Tanaman 3
10 cabang
10
15
27,6
Tanaman 4
10 cabang
13
35
50,3
Tanaman 5
8 cabang
14
22
30,8
Tanaman 6
9 cabang
18
29
53,4

Grafik tinggi tanaman tiap minggu

Grafik jumlah cabang

Tabel 3. Tinggi Tanaman
PERLAKUAN
ULANGAN
JUMLAH
RATAAN
1
2
3
4
K0
17,18
36,5
31,72
22,12
107,52
26,88
K1
40
42,33
37,5
33,87
153,7
38,425
K2
31,43
38
34,58
34,5
138,51
34,6275
K3
38,66
36,36
36,41
32,63
144,06
36,015
K4
40,73
35,67
35
28,6
140
35
JUMLAH
168
188,86
175,21
151,72
683,79





FK
23378,44
 Angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada BNT 5%

VARIABEL
DB
JK
KT
F hit
F tab
PERLAKUAN
4
302,1978
75,54945
3,728443
3,259167
ULANGAN
3
143,4822
47,82741
2,360331
3,490295
GALAT
12
243,1561
20,263

JUMLAH
19
688,8361


Uji BNT 5%:
BNT = t5%
=2,18   = 6,94
Urutan besar ke kecil
K1                   K3                   K4                   K2                   K0
 b
 a
38,425             36,015             35                    34,6275           26,88


perlakuan
Rataan tinggi tanaman
Notasi
K0
26,88
b
K1
38,425
a
K2
34,6275
a
K3
36,015
a
K4
35
a
Angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada BNT 5%
Kesimpulan : perlakuan dengan K1,K2,K3, dan K4 lebih baik dibandingkan K0 terhadap tinggi tanaman.

Tabel 4. Jumlah Cabang
PERLAKUAN
ULANGAN
JUMLAH
RATAAN
1
2
3
4
K0
7,66
9,33
6,38
22,75
46,12
11,53
K1
12,5
8,66
10,16
10,83
42,15
10,5375
K2
6,16
8,83
7,67
8,16
30,82
7,705
K3
8
9,83
10,16
6,83
34,82
8,705
K4
8,5
8,83
8,67
6,66
32,66
8,165
JUMLAH
42,82
45,48
43,04
55,23
186,57


FK
1740,418

Angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada BNT 5%
VARIABEL
DB
JK
KT
F. HIT
F.TABEL
PERLAKUAN
4
42,74608
10,68652
0,73859
3,259167
ULANGAN
3
20,53722
6,845738
0,473138
3,490295
GALAT
12
173,6258
14,46881

JUMLAH
19
236,9091


Uji BNT 5%:
BNT = t5%
=2,18   = 5,86

Urutan besar ke kecil
K0                   K1                   K3                   K4                   K0
 a
11,53               10,5375           8,705               8,705               7,705

Perlakuan
Rataan jumlah cabang
Notasi
K0
11,53
a
K1
10,5375
a
K2
7,705
a
K3
8,705
a
K4
8,165
a
Angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada BNT 5%
Kesimpulan : semua perlakuan merupakan perlakuan terbaik untuk meningkatkan jumlah cabang tanaman kacang tanah.

Tabel 5. Jumlah Ginofor
PERLAKUAN
ULANGAN
JUMLAH
RATAAN
1
2
3
4
K0
67,83
11,67
18,83
26,1
124,43
31,1075
K1
59,5
12,5
75,83
20,5
168,33
42,0825
K2
11,16
75,5
28,83
13
128,49
32,1225
K3
17,5
12,66
14,3
45
89,46
22,365
K4
18,83
25,67
20
23,16
87,66
21,915
JUMLAH
174,82
138
157,79
127,76
598,37





FK
17902,33


VARIABEL
DB
JK
KT
F hit
F.Tab
PERLAKUAN
4
1101,382
275,3456
0,42123
3,259167
ULANGAN
3
262,934
87,64466
0,134081
3,490295
GALAT
12
7844,05
653,6708

JUMLAH
19
9208,366


Uji BNT 5%:
BNT = t5%
=2,18   = 39, 41

Urutan besar ke kecil
K1                   K2                   K0                   K3                   K4
 a
42,0825           32,1225           31,1075           22,365             21,915

Perlakuan
Rataan jumlah ginofor
Notasi
K0
31,1075
a
K1
42,0825
a
K2
32,1225
a
K3
22,365
a
K4
21,915
a
Angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada BNT 5%
Kesimpulan : semua perlakuan efektif dalam meningkatkan jumlah ginofor.


Tabel 6. Jumlah polong
PERLAKUAN
ULANGAN
JUMLAH
RATAAN
1
2
3
4
K0
32,33
23,5
22,33
26,5
104,66
26,165
K1
33,33
37,6
56,33
26,5
153,76
38,44
K2
20,66
46,67
22,67
24,3
114,3
28,575
K3
25,66
25,5
28,3
23
102,46
25,615
K4
38,67
35,67
25,66
24,3
124,3
31,075
JUMLAH
150,65
168,94
155,29
124,6
599,48





FK
17968,81


VARIABEL
DB
JK
KT
F hit
F.Tab
PERLAKUAN
4
433,4077
108,3519
1,3626
3,259167
ULANGAN
3
206,4445
68,81484
0,865394
3,490295
GALAT
12
954,2223
79,51852

JUMLAH
19
1594,074

Uji BNT 5%:
BNT = t5%
=2,18   = 13,74

Urutan besar ke kecil
K1                   K4                   K2                   K0                   K3
 a
38,44               31,075             28,575             26,165             25,615


Perlakuan
Rataan jumlah polong
Notasi
K0
26,165
a
K1
38,44
a
K2
28,575
a
K3
25,615
a
K4
31,075
a
Angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada BNT 5%
Kesimpulan : semua perlakuan dapat digunakan dalam meningkatkan jumlah polong kacang tanah.
Tabel 7. Bobot Polong Per Tanaman
PERLAKUAN
ULANGAN
JUMLAH
RATAAN
1
2
3
4
K0
58,6
33,4
30
46,77
168,77
42,1925
K1
60,18
88,5
76,55
56,7
281,93
70,4825
K2
44,63
77,5
39,29
39,31
200,73
50,1825
K3
50,25
42,45
40,73
42,18
175,61
43,9025
K4
67,53
56,1
57,75
44,5
225,88
56,47
JUMLAH
281,19
297,95
244,32
229,46
1052,92





FK
55432,03


VARIABEL
DB
JK
KT
F Hit
F.Tab
PERLAKUAN
4
2098,228
524,557
3,303939
3,259167
ULANGAN
3
605,2082
201,7361
1,270641
3,490295
GALAT
12
1905,206
158,7672

JUMLAH
19
4608,642


Uji BNT 5%:
BNT = t5%
=2,18   = 19,42
Urutan besar ke kecil
K1                   K4                   K2                   K3                   K0
 a
70,4825           56,47               50,1825           43,9025           42,1925
 b
 
Perlakuan
Rataan bobot polong
Notasi
K0
42,1925
b
K1
70,4825
a
K2
50,1825
b
K3
43,9025
b
K4
56,47
ab
Angka yang diikuti huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada BNT 5%
Kesimpulan : perlakuan K1 sangat efektif untuk meningkatkan bobot polong tanaman kacang tanah.
4.2 Pembahasan
Pengukuran tinggi tanaman dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman selama beberapa minggu. Pengukuran dilakukan hanya pada tanaman sampel dan diukur 2 minggu sekali. Pada pengukuran minggu pertama, didapatkan tinggi tanaman keenam sampel tersebut secara berturut-turut sebesar 3 cm,2 cm, 3 cm, 2 cm, 3 cm, dan 2,5 cm dengan rata-rata tinggi tanaman sebesar 2,58 cm. Pengukuran pada minggu ketiga didapatkan tinggi tanaman keenam sampel tersebut secara berturut-turut sebesar 9 cm, 7 cm, 6 cm, 6 cm, 7 cm, dan 7 cm dengan rata-rata tinggi tanaman sebesar 7,08 cm.
Pengukuran pada minggu kelima didapatkan tinggi tanaman keenam sampel tersebut secara berturut-turut sebesar 18 cm, 18 cm, 17 cm, 20 cm, 18 cm, dan 19 cm dengan rata-rata tinggi tanaman sebesar 18,3 cm. Pengukuran pada minggu ketujuh didapatkan tinggi tanaman keenam sampel tersebut secara berturut-turut sebesar 30 cm, 34 cm, 34 cm, 39 cm, 34 cm, dan 36 cm dengan rata-rata tinggi tanaman sebesar 34,5 cm.
Pengamatan dan pengukuran jumlah cabang,jumlah ginofor, jumlah polong dan berat polong dilakukan pada saat tanaman dipanen. Cabang yang dihitung yaitu cabang utama. Dari  keenam sampel maka didapatkan jumlah cabangnya secara berturt-turut sebesar 7 cabang,5 cabang, 10 cabang, 10 cabang, 8 cabang, dan 9 cabang dengan rata-rata sebanyak 8 cabang.
Perhitungan jumlah ginofor dilakukan hanya pada ginofor yang tidak membentuk polong. Dari keenam sampel yang dilakukan perhitungan, didapatkan jumlah ginofor secara berturut-turut sebanyak 12 ginofor,11 ginofor, 10 ginofor, 13 ginofor, 14 ginofor, dan 18  ginofor dengan rata-rata sebanyak 13 ginofor.
            Perhitungan jumlah polong dilakukan pada polong-polong yang telah bernas dan telah terbentuk sempurna. Dari keenam sampel yang dilakukan perhitungan, didapatkan jumlah polong secara berturut-turut sebanyak 27 polong,18 polong, 15 polong, 35 polong, 22 polong, dan 29  polong dengan rata-rata sebanyak 24 polong.
Pengukuran berat polong dilakukan pada polong-polong yang telah dihitung jumlahnya. Dari keenam sampel yang dilakukan pengukuran, didapatkan berat polong  pada masing-masing sampel secara berturut-turut sebanyak 32,9 gram,40,9 gram, 27,6 gram, 50,3 gram, 30,8 gram, dan 53,4 gram dengan berat rata-rata sebesar 39,3 gram.
Berdasarkan grafik tinggi tanaman selama 8 minggu , tanaman yang memiliki persentase tinggi tanaman yang besar yaitu tanaman sampel keempat dan tanaman yang paling rendah yaitu tanaman sampel pertama. Berdasarkan grafik jumlah cabang, tanaman sampel yang paling banyak memiliki cabang yaitu tanaman sampel ketiga dan keempat. Tanaman yang memiliki cabang terkecil yaitu tanaman sampel kedua. Untuk pengamatan jumlah ginofor, tanaman yang memiliki ginofor terbanyak yaitu tanaman sampel keenam dan yang terkecil yaitu tanaman sampel ketiga.
Pada pengamatan jumlah polong, tanaman sampel yang memiliki jumlah polong terbanyak yaitu tanaman sampel keempat dan tanaman yang memiliki polong terkecil yaitu tanaman sampel ketiga. Pengamatan berat masing-masing polong tanaman sampel maka tanaman sampel yang memiliki berat polong tertinggi yaitu tanaman sampel keenam. Tanaman yang memiliki berat polong terkecil yaitu tanaman sampel ketiga. Pembentukan polong pada tanaman kacang tanah dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal. Faktor internal yaitu genetik tanaman dan faktor ekternal seperti kelembaban udara, kelembaban tanah, suhu udara,suhu tanah, dan ketersediaan air.
             Setelah dilakukan pengukuran maka data yang telah didapat dilakukan perhitungan dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dan dilakukan Uji lanjut dengan BNT (Beda Nilai Terkecil). Dari analisis yang dilakukan untuk variabel tinggi tanaman, perlakuan pengapuran yang efektif terhadap tinggi tanaman yaitu perlakuan K1,K2,K3 dan K4. Untuk perlakuan pengapuran, semua perlakuan yang diberikan sangat efektif terhadap jumlah cabang tanaman kacang tanah. Pada  perhitungan analisis data variabel jumlah ginofor, semua perlakuan merupakan perlakuan terbaik dalam variabel jumlah ginofor. Kemudian analisis data yang dilakukan pada variabel jumlah polong, semua perlakuan tidak berbeda nyata dan merupakan perlakuan terbaik. Pada analisis data bobot polong, dari kelima perlakuan yang diberikan, perlakuan K4 merupakan perlakuan yang paling efektif terhadap bobot polong kacang tanah.
Dari beberapa pengamatan terhadap beberapa variabel, perlakuan K1 merupakan cara paling efektif untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah yang optimal dibandingkan perlakuan yang lain. Perlakuan K1 dengan cara pemberian kapur secara merata setelah pengolahan tanah.



BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
 Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Pengapuran diperlukan sebagai amelioran yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah seperti pH tanah. Selain itu, Kapur sebagai bahan penyedia kalsium diambil dari tanah sebagai kation Ca+. Pemberian kapur tidak saja menambah Ca itu sendiri, namun mengakibatkan pula unsur lain menjadi lebih tersedia, baik pada lapisan ginofor maupun pada daerah akar tanaman. Tersedianya Ca dan unsur lainnya menyebabkan pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, sehingga pengisian polong lebih sempurna dan mengakibatkan hasil menjadi lebih tinggi.
2.      Perlakuan yang paling efektif untuk meningkatkan variabel pertumbuhan dan hasil tanaman yang diamati yaitu perlakuan K1 dengan pemberian secara merata sebelum pengolahan tanah.





















 EVALUASI :
Pertanyaan :
1.      Apakah yang dimaksud ginofor pada tanaman kacang tanah
2.      Apa fungsi kapur yang diberikan ke media pertumbuhan tanaman kacang tanah?
3.      Sebutkan faktor lingkungan yang mempengaruhi jumlah dan bernasnya polong kacang tanah?
4.      Termasuk jenis apa bunga kacang tanah ? jelaskan

Jawaban :
1.      Ginofor merupakan organ pada kacang tanah hasil proses pembuahan (fertilisasi) yang akan masuk ke dalam tanah dan merupakan calon polong.
2.      Kapur berfungsi untuk meningkatkan pH tanah hingga mencapai pH netral dan sesuai bagi pertumbuhan kacang tanah.  Selain itu pemberian kapur pada tanah masam akan merangsang pembentukan struktur tanah menjadi remah, mempengaruhi pelapukan bahan organik, dan pembentukan humus. Pemberian kapur juga dimaksudkan untuk mengurangi kandungan Alumunium yang nantinya dapat mengikat Phosphor sehingga tanaman dapat kekurangan unsur tersebut maka dari itu pemberian kapur sangat diperlukan pada tanah-tanah yang masam.
3.      Ketersediaan air, kelembaban udara,kelembaban tanah, suhu udara, dan suhu tanah.
4.      Bunga kacang tanah termasuk dalam jenis bunga monocious yaitu berumah satu. Artinya putik dan benang sari terdapat pada bunga yang sama. Penyerbukan kacang tanah terjadi pada benang sari dan putik pada bunga yang sama, sedikit sekali terjadi penyerbukan tetangga.
DAFTAR PUSTAKA
         
Ghani,M.O., K.A. Hasan and M.F.A. Khan,1955. Effect Of Liming On Aggregation, Non Capillary, Pore Space And Permeability Of Lateritic Soil. Soil Sci. (80) : 469-477.
Godsey, C.B., G.M., Pierzynski, D.B. Mengel, And R.E. Lamond. 2007. Evaluation Of Common Lime Requirement Methods. SSSAJ (71) 3 : 845-850
Hidayat, dkk. 2004. Analisis Pengembangan Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Jawa Barat dari Data Landsat Dengan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Ciltra Digital 1(1): 46-50.
Hardjowigeno, S. 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta. 283 hal
Hidayanto, M., Heru, A.W., Yossita, F. 2004.  Analisis Tanah Tambak Sebagai Indikator Tingkat Kessuburan Tambak. Journal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 7, No. 2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Samarinda. 190 hal
Idiek, Donowati.  2005. Pengaruh Pengapuran dan Pemberian Bahan Organik Terhadap Berat Kering dan Serapan Hara Tanaman Kedelai (Glrcine Max Merr.) Pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Jurnal Primordia. Vol. 1 No. 2
Mulyani, A., Hikmatullah, dan H. Subagyo. 2004. Karakteristik dan Potensi Tanah Masam Lahan Kering di Indonesia. hlm. 1-32. Dalam Prosiding Simposium Nasional Pendayagunaan Tanah Masam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Prabowo.2011.http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-kacang-tanah.html. Diakses pada tanggal 23 Desember 2015.
Pitojo. 2010. Benih Kacang Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Rahardis. 2007. Teknologi Pengapuran. Jakarta. Erlangga.
Sumaryo, dan Suryono. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit dan SP-36 terhadap Jumlah Bintil Akar dan Hasil Tanaman Kacang Tanah Di Tanah Latosol. Jurnal Agrosains vol.2: 54-58.
Sutarto, V, S. Hutami, dan B.Soeherdy.1985. Pengapuran dan Pemupukan Molibdenum, Magnesium, dan Sulfur pada Kacang Tanah. Dalam seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan volume 1 Palawija. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. 227 : 146-155.
Wahjudin. 1992. Pengaruh pemupukan kalium dan magnesium terhadap serapan hara dan produksi kacang tanah pada Podzolik coklat kekuningan dari Gajrug. Banten. Forum Pasca Sarjana.























LAMPIRAN
Minggu ke 1
Minggu ke 3
Minggu ke 5
Minggu ke 7
Kelainan pada daun
Pengamatan jumlah cabang, jumlah polong,dan jumlah ginofor
Sampel tanaman 1
Sampel tanaman 2
Sampel tanaman 3
Sampel tanaman 4
Sampel tanaman 5
Sampel tanaman 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar