LAPORAN PRODUKSI TANAMAN REMPAH DAN OBAT
ACARA III
“BUDIDAYA TANAMAN OBAT”
Oleh :
NAMA
: Nico
Dwi Ardiyansah
NPM : E1J013079
Shift :
Senin pukul 08:00-10.00 wib
Dosen
:
Ir. Entang Inoriah,M.P.
Coas : Sari
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Saat ini kita
telah memasuki era globalisasi ekonomi yang memaksa petani sebagai produsen
utama produk-produk pertanian secara langsung dan tidak langsung memasuki
persaingan dengan banyak produsen lain ditingkat global. Produk-produk
pertanian tidak hanya bersaing dengan produk-produk pertanian luar negeri di
pasar global tetapi juga di pasar domestik. Dalam pasar global terbuka suatu
negara tidak boleh mengenakan proteksi dan hambatan tarif terhadap komoditi
yang masuk kewilayahnya. Dalam kondisi demikian persaingan menjadi semakin
sengit dan ketat, produsen kuat bersaing dengan produsen lemah, akibatnya
produsen yang kalah bersaing akan semakin termarginalkan. Keadaan demikian yang
sekarang sedang terjadi dengan produk-produk pertanian khususnya produk pangan
buah-buahan dan sayuran. Indonesia.
Kehidupan
masyarakat adalah sebagai petani, baik itu kaum laki-laki maupun kaum ibu-ibu.
Biasanya kegiatan pertanian dilaksanakan hanya dengan sampai waktu siang atau
setengah hari kemudian ibu-ibu balik untuk makan siang dan istirahat tampa
melakukan kegiatan sampingan setelah pulang dari kebun. Sedangkan lahan
pekarangan yang kosong tidak dimamfaatkan dengan optimal, padahal ini sangat
potensial bila dimamfaatkan dengan optimal dengan menanam tanaman obat-obatan
yang berguna untuk keluarga dan juga bernilai ekonomis sehingga dapat
dipasarkan atau dijual yang pada akhirnya tentu meningkatkan pendapatan petani
sebagai pendapatan sampingan.
Luas lahan
pekarangan yang rata-rata cukup luas di sekitar rumah penduduk
ini belum termanfaatkan dengan optimal. Padahal pekarangan tersebut dapat
dimanfaatkan secara lebih optimal untuk digunakan sebagai lahan produktif.
umumnya petani berkebun kopi dan nilam ada juga yang menanam padi. Sedangkan tanaman obat-obatan seperti temu-temuan maupun herba lainnya sangat jarang diusahakan padahal ini sangat penting digalakkan untuk kebutuhan keluarga dan dikomersilkan seperti yang dijelaskan diatasDalam kondisi tersebut, saya mempunyai inisiatif dan himbauan serta ajakan kepada masyarakat untuk dapat memanfaatkan lahan perkarangan tersebut dalam bentuk kebun keluarga, kebun keluarga disini dimaksudnya adalah kebun yang terdiri dari tanaman-tanaman yang dapat dibutuhkan oleh keluarga baik yang bermanfaat sebagai rempah-rempah atau bermanfaat sebagai obat-obatan kesehatan keluarga.
ini belum termanfaatkan dengan optimal. Padahal pekarangan tersebut dapat
dimanfaatkan secara lebih optimal untuk digunakan sebagai lahan produktif.
umumnya petani berkebun kopi dan nilam ada juga yang menanam padi. Sedangkan tanaman obat-obatan seperti temu-temuan maupun herba lainnya sangat jarang diusahakan padahal ini sangat penting digalakkan untuk kebutuhan keluarga dan dikomersilkan seperti yang dijelaskan diatasDalam kondisi tersebut, saya mempunyai inisiatif dan himbauan serta ajakan kepada masyarakat untuk dapat memanfaatkan lahan perkarangan tersebut dalam bentuk kebun keluarga, kebun keluarga disini dimaksudnya adalah kebun yang terdiri dari tanaman-tanaman yang dapat dibutuhkan oleh keluarga baik yang bermanfaat sebagai rempah-rempah atau bermanfaat sebagai obat-obatan kesehatan keluarga.
1.2 Tujuan Praktikum
Mahasiswa
mampu membudidayakan berbagai jenis tanaman obat dan rempah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan
tumbuhan sebagai obat tradisional umumnya hanya didasarkan atas pengalaman/warisan
tanpa mengetahui kandungan kimianya secara detail. Tumbuhan tersebut jika
ditelaah lebih lanjut mempunyai kandungan kimia aktif biologis. Potensi bahan
kimia tersebut dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, pertanian, dan industri.
Penelitian dan penggunaan obat tradisional pada saat ini lebih digalakkan
(Chairul dan Sulianti, 2002). Di bidang kesehatan, telah banyak tumbuhan obat
yang diketahui dengan jelas struktur molekulnya dan digunakan secara global
dalam pengobatan berbagai penyakit, tetapi mengingat terdapat lebih dari
250.000 spesies tumbuhan tinggi di muka bumi, maka diduga masih banyak obat
baru yang dapat ditemukan dari dunia tumbuhan (Achmad, 1995).
Salah satu zat aktif yang banyak
ditemukan di alam dan juga di tumbuhan adalah glikosida. Glikosida adalah zat
aktif yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Secara umum, arti
penting glikosida bagi manusia adalah untuk sarana pengobatan dalam arti luas
yang beberapa diantaranya adalah sebagai obat jantung, pencahar, pengiritasi
lokal, analgetikum dan penurunan tegangan permukaan.
Di antara sekian banyak jenis tumbuhan
obat, terdapat genus Calophyllum (Clusiaceae) yang banyak tumbuh di kawasan
pantai. Genus ini terdiri dari 190 spesies, antara lain: C. inophyllum Linn.
dan C. saulatri Burm F. Beberapa spesies lainnya yang juga banyak
dikenal adalah: C.\ muscigerum Boerl & Kos., C.
pulcherrinum Wall., C. venulasum Zoll & Mor., dan C.
walichianum Planch & Triana (Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1963;
Heyne, 1987; Lemmens dan Soerianegara, 1994). Anggota Famili Clusiaceae ini
umumnya mengandung resin, minyak atsiri, steroid, tannin, triterpen, dan
saponin (Heyne, 1987; Govindachari et al., 1967; Burkill, 1935). Belakangan ini ditemukan pula senyawa yang
berkhasiat anti HIV (Human Immunodeficiency Virus) dari tanaman
nyamplung (C.inophyllum) yaitu: inophyllum A-E, inophyllum P, inophyllum
G-1, dan inophyllum G-2.
Di Indonesia tumbuhan ini telah
digunakan sebagai obat tradisional, baik bagian daun, kulit batang, biji, maupun
bunga. Seduhan daun dapat digunakan untuk mencuci mata yang meradang. Rebusan
kulit batang digunakan untuk mengobati penyakit keputihan dan rematik. Biji
digunakan untuk mengobati kudis, borok, dan penumbuh rambut. Tumbuhan ini juga
dapat digunakan sebagai racun ikan (Burkill, 1935; Govindachari, 1967; Kaizu et
al., 1968; Perry dan Judith, 1980; Heyne, 1987; Lemmens dan Soerianegara,
1994).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu tanaman jahe, kunyit, temulawak, dan semua
tanaman obat lain yang ditanam demi memenuhi kebun koleksi, air, dan polybeg.
Alat yang digunakan yaitu cangkul, tip x, dan gembor.
3.2
Prosedur Kerja
1.
Menyiapkan semua bahan dan alat.
2.
Membuat teras-teras pada lahan yang miring dan meletakan
seresah pada pinggir bagian teras sebagai penahan air.
3.
Mengisi polybeg berukuran 40 x 40 (5 buah) atau 10 x 10 cm
(10 buah) kemudian tanah dipadatkan dan dibuang lubang tanam dibagian tengah
sedalam 3 cm.
4.
Memasukan bahan tanam sesuai dengan ketentuan, dapat berupa
rimpang jahe, kunyit, kapulaga, atau tanaman lain yang jarang ditemukan.
5.
Polybeg yang telah diisi bahan tanam, kemudian diletakan di
bagian tengah teras dan dibuat barisan.
6.
Merawat tanaman yang telah ditanam.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4. 1 Hasil Pengamatan
Polybag Yang ditanami Temulawak
|
Polybag Yang Ditanami Kunyit
|
Polybag Yang ditanami Jahe
Merah
|
Polybag Yang ditanami
Jahe Putih
|
Polybag Yang ditanami
Kapulaga
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan, penanaman tanaman obat dan rempah dilakukan dalam polybag dengan
ukuran 40 cm x 50 cm dan ukuran 10 cm x 10 cm. Sebelum dilakukan penanaman,
lahan dibersihkan terlebih dahulu dari gulma-gulma dan sampah untuk mempermudah
proses peletakan polybag di sepanjang lahan. Kemudian lahan dibuat teras-teras
untuk memperkecil aliran permukaan dan terjadinya erosi. Sisa-sisa gulma dan
sampah diletakan dibibir atau dipinggir teras sebagai penahan air. Lahan yang
telah bersih kemudian diratakan dibagian tengah lahan. Polybag yang telah
disiapkan diisi dengan tanah sampai leher polybag dan dipadatkan. Penanaman
dilakukan dengan cara membuat lubang tanam pada polybag dan memasukan bahan
tanam meliputi kunyit, jahe merah, jahe putih, temulawak dan kapulaga.
Manfaat yang diperoleh dari penanaman kunyit adalah
untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian yang sekaligus menambah
penghasilan petani. Dari rimpang ku kunyit ini dapat diperoleh berbagai macam keperluan
yaitu: minyak atsiri, penyedap makanan minuman dan obat-obatan. Tanaman kunyit
mempunyai kegunaan tradisional dan social cukup luas dalam masyarakat
Indonesia. Produk utama kencur adalah rimpangnya yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan obat nabati (simplisia) tradisional, untuk bahan baku industri
minuman penyegar serta bumbu dapur. Sebagai
tanaman obat, kunyit memberi manfaat cukup banyak terutama rimpangnya. Rimpang
kunyit berkhasiat untuk obat batuk, gatal-gatal pada tenggorokan, perut kembung,
rasa mual, masuk angin, pegal-pegal, pengompresan bengkak, tetanus, penambah
nafsu makan dan juga sebagai minuman segar.
Penanaman temulawak ternyata sangat
mudah ditanam karena lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan
atau pekarangan. Maka kita bisa memanfaatkan lahan kecil yang tidak
terpakai untuk penanaman temulawak ini. Penanaman jahe dilakukan dengan 2 jenis
jahe yaitu jahe putih dan jahe merah. Jahe putih Atau sering di sebut juga jahe
sunti atau jahe emprit merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu
masakan, ruasnya lebih kecil, agak rata, sedikit agak sedikit mengembung, rasa
lebih pedas, seratnya tinggi dan aromanya cukup tajam. Ukuran rimpang sedang
dengan warna kuning. kemudian Jahe merah memiliki Kandungan gingerol-zat antiradang
dalam jahe merah lebih tinggi dibanding dua macam jahe lainnya dan rasa paling
pedas, ukuran rimpangnya paling kecil dengan kulit warna merah, serat lebih
besar dibandingkan dengan jahe biasa.
Penanaman kapulaga diambil dari tunas yang masih berumur
beberapa bulan. Buah kapulaga muncul dari batang semu dekat tanah, dan merayap
bersama tandannya yang sepanjang 1 m, ke tanah sekitarnya. Supaya tidak kotor
kecipratan tanah kalau hujan, petani pemiliknya menyelipkan lembaran plastik
sebagai alas di bawah tandan buah itu.
BAB V
KESIMPULAN
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Penanaman
tanaman obat dan rempah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan sebagai kebun
koleksi tanaman. Kebun koleksi ini nantinya akan ditanami berbagai tanaman obat
dan rempah yang bertujuan agar mahasiswa lebih mengenal morfologi tanaman obat
dan rempah. Penanaman tanaman obat dan rempah menggunakan sistem GAP (Good
Agriculture Practice) yang dilakukan dengan mengutamakan konsep berbasis
lingkungan.
2. Tanaman
obat dan rempah yang ditanam meliputi
kapulaga, kunyit, jahe merah, jahe putih dan temulawak. Berbagai macam tanaman
tersebut umumnya ditanam dari rimpangnya. Penanaman dilakukan di polybag dengan
ukuran yang telah ditentukan. Tanaman yang ditanam dirawat secara rutin guna
mempercepat proses pertumbuhannya dan dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan
kebun koleksi nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad,
S.A. 1995, Peranan tumbuhan hutan tropis dalam pengembangan obat-obatan. Simposium
Nasional I Tumbuhan Obat dan Aromatik. Simpul Nasional APINMAP dan UNESCO,
Bogor, 10-12 Oktober 1995.
Burkill, I.H. 1935, A Dictionary of the Economic Products
of the Malay Peninsula. Volume I. London: Goverments of the Straits
Settlements and Federated Malat States.
Chairul
dan S.B. Sulianti. 2002. Pendayagunaan sumber daya nabati (tumbuhan) dalam
pelayanan kesehatan masyarakat menuju Indonesia sehat 2010. Berita IPTEK 43
(1): 71 -82.
Govindachari,
R.T., N.B.R. Wiswanathan, R.R. Pai, and Srinivasan. 1967. Triterpenes of Callophyllum inophyllum Linn. London:
Pergamon Press.
Kaizu,
K., H. Ogihashi, and I. Mitsui. 1968. The piscicidal constituents of Calophyllum inophyllum Linn. Tetrahedrons
Letters: 2383.
Lemmens,
R.H.M.J. and I. Soerianegara. 1994. Plants Resources of South- East Asia. Bogor:
Prosea.
Perry,
L.M. and Judith. 1980. Medicinal Plants of East and South-East Asia,
Cambridge: The MIT Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar