Blogger Widgets
Powered By Blogger

Kamis, 15 September 2016

LAPORAN PRODUKSI TANAMAN BUAH "INDEKS PANEN BUAH"


LAPORAN PRODUKSI TANAMAN BUAH
ACARA VI
“Indeks Panen Buah”


Oleh :
                                  NAMA :  Nico Dwi Ardiyansah       
     NPM      :  E1J013079
     Shift   :  Senin pukul 14:00-16.00 wib
     Dosen          :  Ir. Hermansyah, m.p.
     Coas   :  Ervi Surmaini

    
          LABORATORIUM AGRONOMI
  FAKULTAS PERTANIAN
   UNIVERSITAS BENGKULU
 2016

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Panen adalah keadaan perkembangan dimana tanaman atau bagian-bagian dari tanaman telah memenuhi syarat untuk dimanfaatkan sesuai dengan tujuan dari panen. Lebih jauh ketuaan panen dibedakan menjadi dua macam yaitu ketuaan fisiologis dan ketuaan komersil. Ketuaan panen secara fisiologis adalah ketuaan dimana tanaman atau bagian-bagian dari tanaman telah mencapai pertumbuhan perkembangan puncak, tetapi belum memasuki masa penuaan.
Tingkat ketuaan produk pada saat panen mempengaruhi mutu akhir produk, daya simpan, dan kemungkinan terjadinya penyimpangan fisiologis. Sebagai misal, buah yang akan dikonsumsi dalam keadaan matang, bila dipanen pada keadaan masih muda akan mempunyai warna kulit yang tidak merata ketika matang, rasa yang kurang enak, aroma yang kurang bila dibandingkan dengan buah yang matang normal, yaitu buah yang sama tetapi dipanen dalam keadaan tua penuh. Ketuaan yang belum penuh juga berhubungan dengan pematangan yang tidak merata pada buah mangga, meningkatkan resiko chilling injury dalam penyimpanan dingin pada buah nenas, dan perkecambahan prematur pada bawang merah. Sebaliknya, keadaan yang terlalu tua juga dapat menyebabkan timbulnya hal-hal yang kurang menguntungkan. Selain berhubungan dengan permintaan pasar dan tujuan penggunaan produk, ketuaan panen juga berhubungan dengan masa simpan yang diinginkan, waktu dan jarak yang harus ditempuh dalam transportasi ke tempat pemasaran, dan strategi pemasaran yang digunakan.
Pada beberapa jenis buah, mungkin perlu dipanen ketika buah sudah benar-benar tua, tetapi masih hijau dan keras agar mempunyai waktu yang lebih lama untuk transportasi ke tempat pemasaran, dan penyimpanan sebelumnya dipasarkan kepada konsumen akhir. Dalam kaitan dengan strategi pemasaran, panen di awal atau di akhir musim berpeluan untuk memperoleh harga jual yang lebih baik. Hal ini juga akan diperhitungkan oleh petani atau pedagang produk hortikultura sehingga mungkin saja mereka mempercepat atau menuda panen agar dapat menjual hasil panen dengan harga yang lebih baik.

1.2 Tujuan Praktikum          
1. Mahasiswa mengetahui tanda-tanda buah matang berdasarkan warna, kekerasan.
2. Mahasiswa memahami tanda-tanda buah masak dengan mengukur tingkat kadar gula, dan tekstur buah.
 
II. TINJAUAN PUSTAKA

Umur buah/tingkat kematangan buah yang dipanen, kondisi saat panen, dan cara panen merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi mutu jeruk.  Umur buah yang optimum untuk dipanen adalah sekitar 8 bulan dari saat bunga mekar.  Ciri-ciri buah yang siap dipanen : jika dipijit tidak terlalu keras; bagian bawah  buah jika dipijit terasa lunak dan jika dijentik dengan jari tidak berbunyi nyaring, warnanya menarik (muncul warna kuning untuk jeruk siam), dan kadar gula (PTT) minimal 10%.  Kadar gula dapat ditentukan dengan alat hand refraktometer di kebun.  Dalam satu pohon, buah jeruk tidak semuanya dapat dipanen sekaligus, tergantung pada kematangannya.
Parameter mutu fisik buah yang menentukan saat pemanenan yang tepat antara lain tekstur, kekerasan atau kepadatan, berat jenis, kandungan sari buah (juice), warna kulit, kesegaran dan kebersihan kulit, warna daging buah, ukuran, dan bentuk buah (Sjaifullah, 1996). Sedangkan parameter mutu buah secara kimiawi meliputi kandungan pati, kandungan gula, keasaaman, kandungan lemak, protein, vitamin, dan mineral. Pisang biasa dipanen apabila sisir pertama pada tandan sudah terdapat 1-2 buah yang menguning. Pada saat itu pertumbuhan buah sudah mencapai atau mendekati maksimum, artinya tidak akan membesar lagi (Sjaifullah, 1996).
Berdasarkan pola respirasinya, buah dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu buah klimakterik dan non klimakterik.  Buah klimakterik adalah buah yang mengalami kenaikan produksi CO2 secara mendadak, kemudian menurun secara cepat.  Buah klimakterik mengalami peningkatan laju respirasi pada akhir fase kemasakan, sedang pada buah non klimakterik tidak terjadi peningkatan laju respirasi pada akhir fase pemasakan.  Buah jeruk termasuk non klimaterik, sebaiknya panen dilakukan sebelum akhir fase kemasakan buah agar daya simpannya lebih lama (Dhalimi, 1990).
Respirasi menyebabkan buah menjadi masak dan tua yang ditandai dengan proses perubahan fisik, kimia, dan biologi antara lain proses pematangan, perubahan warna, pembentukan aroma dan kemanisan, pengurangan keasaman, pelunakan daging buah dan pengurangan bobot. Laju respirasi dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui daya simpan sayur dan buah setelah panen. Semangkin tinggi laju respirasi, semakin pendek umur simpan.  Bila proses respirasi berlanjut terus, buah akan mengalami kelayuan dan akhirnya terjadi pembusukan yang sehingga zat gizi hilang (Sutopo, 2011)



III. METODOLOGI
3.1  Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu buah apel, buah pisang, buah sawo, buah jeruk, dan buah tomat.
Alat yang digunakan meliputi Hand Refractometer, Hand Penetrometer dan pH meter.

3.2  Cara Kerja
1.      Mengamati warna visual dan bentuk buah.
2.      Menimbang buah yang telah disediakan.
3.      Mencatat hasil pengukuran.
4.      Menyiapkan dan mengkalibrasi alat Hand Penetrometer.
5.      Menekan buah dengan arah horizontal dengan menggunakan Hand Penetrometer hingga alat masuk kedalam buah. Kemudian membaca hasilnya.
6.      Mengulang setiap percobaan sampai tiga kali.

















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan meliputi kekerasan, kemanisan dan warna buah disajikan pada tabel berikut.
Buah
Rata-rata Kekerasan (Kg/Cm2)
Rata-Rata Tingkat Kemanisan (Brix)
Warna (Visual)
U1
U2
U3
U1
U2
U3
Apel






1,4
2,5
2,1
9
9
9
Merah kekuningan
Jeruk






1,3
1,6
1,25
9
9
9
Kuning kehijauan
Tomat







1,4
1,3
2
3
3
3
Merah kekuningan
Sawo








0,6
0,5
0,5
19
16
16
Coklat
Pisang







0,6
1,2
0,25
7
10
10
kuning
Tabel 1. Hasil pengamatan beberapa variabel.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel pengamatan, variabel yang diamati meliputi tingkat kemanisan buah, tingkat kekerasan buah dan warna buah. Pengamatan ketiga variabel tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kematangan buah. Buah yang diamati meliputi pisang, sawo, tomat, apel, dan jeruk. Pengamatan tingkat kekerasan buah pada buah apel rata-rata memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan kekerasan buah lain. Tingkat kekerasan buah jeruk lebih tinggi dibandingkan nilai kekerasan buah tomat, sawo, pisang namun lebih rendah dibandingkan nilai kekerasan buah apel. Kemudian tingkat kekerasan buah tomat lebih tinggi dibandingkan sawo dan pisang namun lebih rendah dibandingkan jeruk dan apel. Tomat memiliki tingkat kematangan lebih tinggi dibandingkan jeruk dan apel sehingga tekstur buahnya lebih lunak dibandingkan apel dan jeruk. Tingkat kematangan buah sawo merupakan buah yang memiliki kekerasan paling rendah dibandingkan keempat buah yang lain. hal ini disebabkan karena kematangan buah sawo yang lebih tinggi dibandingkan keempat buah yang lain sehingga teksturnya lebih lunak. Tingkat kematangan buah pisang memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan buah sawo namun lebih rendah dibandingkan buah tomat, jeruk , dan apel.
Pengamatan tingkat kemanisan buah dilakukan untuk mengetahui padatan total terlarut dari masing-masing buah. Tingkat kemanisan buah apel memiliki nilai padatan total terlarut sama dengan jeruk namun lebih tinggi dibandingkan buah tomat, sawo dan pisang.  Tingkat kemanisan buah tomat memiliki nilai yang paling rendah dibandingkan keempat buah lain sehingga dapat dipastikan bahwa sangat sedikit padatan terlarut total dari buah tomat. Kemudian tingkat kemanisan buah sawo memiliki nilai padatan total terlarut paling tinggi dibandingkan keempat buah yang lain sehingga sawo merupakan buah yang paling tingkat  kematanganya.  
Pengamatan warna buah dilakukan secara visual dengan cara mengamati secara langsung warna buah. Buah apel memiliki warna yang cenderung merah kekuningan kemudian buah jeruk memiliki penampilan warna kuning kehijauan. Buah tomat memiliki warna yang cenderung merah kekuningan. Lalu buah sawo memiliki warna coklat yang terang dan buah pisang memiliki penampilan luar berwarna kuning. Pembentukan warna buah pada tanaman dipengaruhi oleh zat yang dihasilkan pada saat metabolisme. Zat tersebut dipengaruhi oleh intensitas dan fotoperiode cahaya misalnya , tanaman tomat memiliki warna merah yang disebabkan oleh zat likopen (pembentuk warna merah) yang dihasilkan dari proses metabolisme. Zat likopen dipengaruhi oleh pencahayaan setiap harinya.  Apabila pencahayaan tanaman tomat kurang, maka warna merah  buah tomat cenderung lama terbentuk.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Tingkat kematangan buah dapat dipengaruhi warna dan kekerasan buah. Tingkat kekerasan buah yang tinggi mengindikasikan bahwa buah tersebut memiliki tingkat kematangan yang masih rendah. Namun indikator tersebut tidak berlaku pada semua buah. Pengamatan kematangan berdasarkan warna cukup mudah dilakukan sebab hanya dilakukan secara visual.
2.      Pengamatan tingkat kematangan berdasarkan kadar gula dilakukan dengan mengukur padatan total terlarut buah. Buah yang paling matang berdasarkan total padatan terlarut yaitu buah sawo. Buah sawo memiliki tekstur yang paling lunak dan kadar gula yang paling tinggi dibandingkan keempat buah yang lain.





















DAFTAR PUSTAKA
Dhalimi, A. 1990., Penanganan Pasca Panen Buah-Buahan dan Sayuran Segar. Makalah Pelatihan Kerja sama FAO – Dep. Perdagangan di Jakarta 12-14 Febuari 1990. P. 17-37

Sjaifullah. 1996. Petunjuk Memilih Buah Segar. Cetakan Pertama. Jakarta. P.T. Penerbit Swadaya.

Sutopo. 2011. Penanganan Panen dan Pasca Panen Buah Jeruk. https://kpricitrus.wordpress.com/2011/02/13/penanganan-panen-dan-paska-panen-jeruk/ (diakses pada tanggal 01 April 2016).
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar