LAPORAN PRODUKSI TANAMAN REMPAH DAN OBAT
ACARA IV
PEMBUATAN SIMPLISIA
Oleh :
NAMA
: Nico
Dwi Ardiyansah
NPM : E1J013079
Shift :
Senin pukul 08:00-10.00 wib
Dosen
:
Ir. Entang Inoriah,M.P.
Coas : Sari
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pemanfaatan
tanaman obat sebagai obat tradisional merupakan suatau produk pelayanan
kesehatan yang strategis karena berdampak positif terhadap tingkat kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat. Tanaman obat dapat memberikan nilai tambah
apabila diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis produk. Tanaman obat
tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti simplisia
(rajangan), serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental, ekstrak kering, instan,
sirup, permen, kapsul maupun tablet.
Simplisia
merupakan bahan alami yang digunakan sebagi bahan baku obat yang mengalami
pengolahan atau baru dirajang saja, tetapi sudah dikeringkan. Permintaan
bahanbaku simplisia sebagai bahan baku obat-obatan semakin meningkat dengan
bertambahnya industri jamu. Selain itu, efek samping penggunaan tanaman obat
untuk mengobati suatu penyakit lebih kecil dibandingkan obat sintetis.
Proses
pembuatan simplisia diperlukan beberapa tahapan yaitu pengumpulan bahan baku,
sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan
dan penyimpanan. Agar simplisia memiliki mutu dan ketahanan kualitas yang baik,
selain proses pengumpulan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan,
pengeringan dan sortasi kering, juga perlu diperhatikan proses pengepakan dan
penyimpanan karena sangat berpengaruh pada kandungan kadar zat aktif dalam
simplisia.
Daun Tapak
liman (Elephantrophus
scaber) nama tumbuhan ini mungkin
jarang kita dengar. Tapi, sebetulnya bentuk tanaman ini tidak seasing namanya.
Jika kita perhatikan dengan seksama, hampir dapat dipastikan orang akan
langsung mengenalnya sebagai tanaman rumput liar yang terdapat di halaman rumah
atau di lingkungan sekitar,
Daun Tapak liman biasanya digunakan untuk obat demam,
batuk, sariawan, mencret menahun, panas, penyakit cacing dan sebagai perangsang
nafsu kelamin. Karena pemanfaatan daun tapak liman sebagai pengobatan
masih kurang, mendorong kami untuk mengolah daun tapak liman tersebut menjadi
simplisia yang berkhasiat serta mengidentifikasi kandungan zat apa
yang terdapat dalam simplisia daun tapak liman.
1.2 Tujuan Praktikum
Mahasiswa
dapat membuat macam-macam simplisia secara baik dan benar sehingga dapat
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan pada setiap tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan
tumbuhan sebagai obat tradisional umumnya hanya didasarkan atas
pengalaman/warisan tanpa mengetahui kandungan kimianya secara detail. Tumbuhan tersebut
jika ditelaah lebih lanjut mempunyai kandungan kimia aktif biologis. Potensi
bahan kimia tersebut dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, pertanian, dan industri.
Penelitian dan penggunaan obat tradisional pada saat ini lebih digalakkan.
Di bidang
kesehatan, telah banyak tumbuhan obat yang diketahui dengan jelas struktur
molekulnya dan digunakan secara global dalam pengobatan berbagai penyakit
(Achmad, 1995).
Simplisia adalah bentuk jamak dari simpleks
yang berasal dari kata simple, yang berarti satu atau sederhana. Istilah
simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam
wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Departemen Kesehatan RI
membuat batasan tentang simplisia sebagai berikut: simplisia adalah bahan alami
yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan
kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan
(Widyaningrum, 2011).
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami
yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan
kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah Dikeringkan (Dapertemen
kesehatan RI :1989).
Secara umum pemberian nama atau
penyebutan simplisia didasarkan atas gabungan nama spesies diikuti dengan nama
bagian tanaman. Sebagai contoh, merica dengan nama spesies Piperis albi maka nama simplisianya disebut Piperis albi fructus.
Fructus menunjukkan nama bagian tanaman yang digunakan yaitu buahnya
(Tjitrosoepomo, 2001).
Simplisia
nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat
tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis
nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat
tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat
berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu
(Mel depuratum). Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga ( Dep.Kes
RI,1989).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu kunyit, daun belimbing wuluh, meniran,
pegagan, dan tumbuhan lain yang diambil disekitaran laboratorium dan dibawa
dari rumah.
3.2
Prosedur Kerja
1.
Mengumpulkan bahan baku sesuai dengan sifat dan bahan tanaman
yang digunakan.
2.
Mencuci bahan baku simplisia hingga bersih dari kotoran.
Meniriskan masing-masing bahan tersebut hingga air yang menempel turun habis.
3.
Mensortasi bahan tersebut dengan cara mempilah-pilah baik
sehingga diperoleh bahan simplisia yang seragam.
4.
Memperlakukan bahan tersebut sesuai dengan karakter bahan
baku. Secara khusus untuk perlakuan simplisia.
5.
Melakukan uji mutu yang meliputi uji sederhana, uji kadar
air, dan uji kimia.
6.
Setelah dilakukan uji mutu, maka simplisia disimpan dalam
tempat yang kedap udara dan diberi label yang berisi informasi nama jenis
simplisia.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Pengamatan
pengeringan tanaman obat disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Pengeringan tanaman
obat yang telah dibersihkan.
|
|
|
|
|
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, pembuatan simplisia harus memerlukan ketelitian yang cukup tinggi,
sebab apabila terdapat kesalahan dalam pengolahan simplisia maka akan
menurunkan senyawa aktif atau kandungan kimia yang ada didalam tanaman obat itu
sendiri. Proses pembuatan simplisia disajikan sebagai berikut :
4.2.1 Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu
simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
- Bagian tanaman yang digunakan.
- Umur tanaman yang digunakan.
- Waktu panen.
- Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya
dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen.
Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa
aktif dalam jumlah yang terbesar.
4.2.1.1 Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia.
Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing
seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta
pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam
jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang
terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.
4.2.1.2 Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan
dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan
simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir,
pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier
(1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah
mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang
tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat
membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan
biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat
mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang
digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan
simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut
dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air
adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter
dan Escherishia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan
pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian
besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan
yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara
pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.
4.2.1.3 Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu
mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru
diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1
hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang
khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan
air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu
tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang
mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan.
Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur
dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk
mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah
mikroba tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi
pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan
dengan sinar matahari selama satu hari.
4.2.1 4. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk
mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu
yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik
akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa
dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang
dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja,
menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia
tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup
pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena
adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis,
transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel
tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan
simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk
menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu,
merendam bahan simplisia dengan etanol 70% atau dengan mengaliri uap panas.
Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak
berlangsung bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%.
Pengeringan simplisia dilakukan
dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering.
Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu
pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan
alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor
tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak
mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat
mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering
sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan
bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau
oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh
lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga
permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face
hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan
yang dikeringkan. Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara
pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 90°C,
tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang
mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus
dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan
cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang
atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga
tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama
pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses pengeringan.
Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya
dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan.
4.2.1.4.1
Pengeringan
Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang
dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara
pengeringan :
- Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara terbuka di atas tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. F’IDC (Food Technology Development Center IPB) telah merancang dan membuat suatu alat pengering dengan menggunakan sinar matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap tembus cahaya di atasnya sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk mengeringkan singkong yang telah dirajang dengan demikian dapat pula digunakan untuk mengeringkan simplisia.
- Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.
4.2.1.4.2
Pengeringan
Buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika
melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan
pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering
yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip
pengeringan buatan adalah sebagai berikut: “udara dipanaskan oleh suatu sumber
panas seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan
dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan
dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering”. Dengan prinsip
ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan
hasil yang cukup baik. Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh
simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan
waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca.
Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk
penjemuran dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan
kadar air 10% sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat
diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam. Daya
tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis
simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat
tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan
simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar
air 10 sampai 12%.
4.2.1.5 Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan
sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk
memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada
sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk
kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat
dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering
jurnlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang.
Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain
yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.
4.2.1.6 Pengawetan
Simplisia nabati atau simplisia
hewani harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau mikroba dengan
penambahan kloroform, CCl4, eter atau pemberian bahan atau penggunaan cara yang
sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.
4.2.1.7 Wadah
Wadah adalah tempat penyimpanan
artikel dan dapat berhubungan langsung atau tidak langsung dengan artikel.
Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah yang langsung berhubungan dengan artikel
sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan langsung dengan artikel
disebut wadah sekunder. Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang
disimpan didalamnya baik secara fisika maupun kimia, yang dapat mengakibatkan
perubahan kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan
resmi. Wadah tertutup baik: harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat
dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan
distribusi.
4.2.1.8 Suhu Penyimpanan
Dingin : suhu tidak lebih
dari 80C, Lemari pendingin mempunyai suhu antara 20C– 80C,
sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -200C dan -100C.
Sejuk : suhu
antara 80C dan 150C. Kecuali dinyatakan lain, bahan yang
harus di simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari pendingin.
Suhu kamar : suhu pada ruang kerja. Suhu kamar
terkendali adalah suhu yang di atur antara 150C dan 300C.
Hangat : hangat adalah suhu
antara 300C dan 400C.
Panas berlebih : panas berlebih adalah suhu di atas 400C.
Semua simplisia yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda
palang medali berwarna merah di atas putih dan harus disimpan dalam lemari
terkunci. Semua simplisia yang termasuk daftar obat keras kecuali yang termasuk
daftar narkotika, diberi tanda tengkorak dan harus disimpan dalam lemari
terkunci. Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan pada
simplisia yang diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan untuk suatu
pembuatan atau isolasi minyak atsiri, alkaloida, glikosida, atau zat aktif
lain, tidak harus memenuhi persyaratan tersebut. Persyaratan yang membedakan
strukrur mikroskopik serbuk yang berasal dari simplisia nabati atau simplisia
hewani dapat tercakup dalam masing–masing monografi, sebagai petunjuk identitas,
mutu atau kemurniannya.
Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi
persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan, khususnya persyaratan kadarnya.
Mutu rendah ini dapat disebabkan oleh tanaman asal, cara panen dan pengeringan
yang salah, disimpan terlalu lama, kena pengaruh kelembaban, panas atau
penyulingan. Simplisia dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keadaannya
tidak lagi memenuhi syarat, misalnya menjadi basah oleh air laut, tercampur
minyak pelumas waktu diangkut dengan kapal dan lain sebagainya. Simplisia
dinyatakan bulukan jika kwalitasnya turun karena dirusak oleh bakteri, cendawan
atau serangga. Simplisia dinyatakan tercampur jika secara tidak sengaja
terdapat bersama-sama bahan-bahan atau bagian tanaman lain, misalnya kuncup Cengkeh
tercampur dengan tangkai Cengkeh, daun Sena tercampur dengan tangkai daun.
Simplisia dianggap dipalsukan jika secara sengaja diganti, diolah atau
ditambahi bahan lain yang tidak semestinya. Misalnya minyak zaitun diganti
minyak biji kapas, tetapi tetap dijual dengan nama minyak Zaitun. Tepung jahe
yang ditambahi pati terigu agar bobotnya bertambah, ditambah serbuk cabe agar
tetap ada rasa pedasnya, ditambah serbuk temulawak agar warnanya tampak seperti
keadaan semula.
BAB V
KESIMPULAN
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarakan
praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Proses pembuatan simplisia
diperlukan beberapa tahapan yaitu pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan.
Agar simplisia memiliki mutu dan ketahanan kualitas yang baik, selain proses
pengumpulan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan dan sortasi
kering, juga perlu diperhatikan proses pengepakan dan penyimpanan karena sangat
berpengaruh pada kandungan kadar zat aktif dalam simplisia.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad,
S.A. 1995, Peranan tumbuhan hutan tropis dalam pengembangan obat-obatan. Simposium
Nasional I Tumbuhan Obat dan Aromatik. Simpul Nasional APINMAP dan UNESCO,
Bogor, 10-12 Oktober 1995.
Adhyatma, 1989. Materia
Medika Indonesia. Jilid IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Tjitrosoepomo, G., 2001., Morfologi
Tumbuhan., Gadjah Mada University Press., Yogyakarta
Widyaningrum, MPH. 2011. Kitab Tanaman Obat Nasional. Media Pressindo.
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar